Judul diatas barangkali membuat Anda bingung. Kalau baca judul diatas, Anda mungkin berpikir trading mengikuti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah membeli saham saat IHSG naik, sedangkan trading melawan IHSG berarti trading saat IHSG turun.
Benarkah begitu?
Tunggu dulu... Sabar.. saya jelaskan pelan2...
Saya sering mendengar rekan2 trader yang mengatakan ingin membeli IHSG. Jujur saja, saya sendiri sebenarnya kurang paham apa yang dimaksud dengan membeli IHSG. Bukannya IHSG itu adalah kumpulan perhitungan kumulatif dari seluruh saham yang ada di Bursa Efek Indonesia ya? Berarti kalau trading IHSG ya sama saja dengan membeli saham.
Namun, yang dimaksud membeli IHSG kemungkinan yang paling pas adalah membeli saham2 LQ45. Lho? Perlu Anda ketahui, korelasi IHSG dengan saham2 LQ45 adalah 99%. Hal ini dikarenakan saham2 LQ45 adalah saham2 yang paling aktif (likuid) diperdagangkan di Bursa saham. Biasanya, saham2 LQ45 ini isinya adalah sham2 blue chip, yang selalu menjadi penggerak pasar. Contohnya: ASII, BBCA, BBRI, TLKM, HMSP, INDF, dan lain2. Saham2 ini memiliki **kapitalisasi pasar yang sangat besar, sehingga berdampak besar terhadap pergerakan IHSG.
** Kapitalisasi pasar = harga saham x jumlah saham beredar
Ketika IHSG naik, maka sebagian besar saham2 LQ45 juga mengalami kenaikan. Sebaliknya, saat IHSG turun, saham2 LQ45 biasanya akan turun (terutama saham2 blue chip). Jadi, kenaikan dan penurunan IHSG sehari-hari yang Anda lihat, biasanya lebih banyak dipengaruhi oleh saham2 LQ45.
"Lalu, Bung Heze apa hubungannya dengan judul pos diatas tadi?" Tanya Anda penasaran
Saya memiliki banyak pengalaman trading di saham2 LQ45 khususnya penggerak pasar. Dan berdasarkan pengalaman saya, saya sangat setuju bahwa saham2 ini memang memiliki korelasi yang besar terhadap pergerakan IHSG.
Sedikit pengalaman saya, saat IHSG sedang turun, saya membeli saham INDF dan ASII, karena kedua saham sudah menunjukkan teknikal rebound. Bukannya naik, malah turun lagi. Dan keesokan hari saat IHSG sudah mulai hijau, barulah saham2 yang saya beli kemarin mulai rebound dan memberikan profit.
Saya memiliki banyak pengalaman trading di saham2 LQ45 khususnya penggerak pasar. Dan berdasarkan pengalaman saya, saya sangat setuju bahwa saham2 ini memang memiliki korelasi yang besar terhadap pergerakan IHSG.
Sedikit pengalaman saya, saat IHSG sedang turun, saya membeli saham INDF dan ASII, karena kedua saham sudah menunjukkan teknikal rebound. Bukannya naik, malah turun lagi. Dan keesokan hari saat IHSG sudah mulai hijau, barulah saham2 yang saya beli kemarin mulai rebound dan memberikan profit.
Artinya begini, kalau Anda mempunyai mindset: Saat IHSG sedang naik, berarti waktunya akumulasi, dan saat IHSG turun waktunya jual, maka Anda harusnya trading HANYA di saham2 LQ45 saja. Kalau Anda punya mindset: Mau IHSG naik ataupun turun, saya nggak peduli, pokoknya saya beli saham2 yang saya anggap sudah naik, maka Anda tidak harus trading di saham2 LQ45.
Intinya, dalam trading saham Anda sangat tidak disarankan untuk melawan arus pasar. Jika Anda punya mindset bahwa IHSG turun maka waktunya jual saham dan sebaliknya saat IHSG mulai naik, maka ada baiknya Anda mengikuti arus pasar dengan membeli saham2 yang memang memiliki pengaruh terhadap pergerakan IHSG.
Intinya, dalam trading saham Anda sangat tidak disarankan untuk melawan arus pasar. Jika Anda punya mindset bahwa IHSG turun maka waktunya jual saham dan sebaliknya saat IHSG mulai naik, maka ada baiknya Anda mengikuti arus pasar dengan membeli saham2 yang memang memiliki pengaruh terhadap pergerakan IHSG.