Saturday, October 29, 2016

Pasar Saham: Ketika Teori Lebih Mudah Ketimbang Praktik

Investasi saham bisa mendapatkan pengembalian yang berlipat-lipat. Atau, kalau Anda seorang trader, maka dengam membeli saham, Anda bisa mendapatkan keuntungan yang besar dibandingkan Anda mendepositokannya. 

Benarkah pernyataan tersebut?

Saya setuju. Tetapi, permasalahannya tidak semudah itu. Itu kan baru teorinya. Waktu saya masih kuliah, saya mempelajari teori2 teknikal yang mengatakan bahwa ketika garis stochastic naik keatas, maka itulah saatnya buy. Sekilas terlihat sangat mudah, dan saya suka sekali. Tapi ternyata, seringkali saya membeli ketika garis stochastic naik.. ehhh.. besok malah turun harga sahamnya. Baca juga: Mengapa Indikator Teknikal Sering Menipu?

Anda barangkali sering mendengar, bahwa investasi saham, trading saham bisa menghasilkan return yang besar. Tapi faktanya, banyak pemain saham yang ternyata, juga sering melakukan cut loss. Pembelajaran2 tentang dunia saham seakan begitu mudah untuk mendapatkan profit yang cepat dan besar. Seakan-akan pasar saham adalah ladang emas tempat meraup kekayaan yang besar.. Tetapi ketika kembali pada praktik, teori seringkali tidak sejalan dengan praktiknya. 

Bagi Anda yang sudah berpengalaman menjadi pemain / investor saham setujukah Anda dengan saya?

Jangan suka ber-teori. Praktik dan pengembangan sistem teknikal itu yang lebih perlu. Dengan berjalannya waktu, Anda akan lebih mengerti bagaimana mengkombinasikan analisis teknikal yang benar untuk mendapatkan profit, ketimbang merasa pintar hanya karena sudah bisa baca indikator (padahal belum dipraktikkan). 

Kalau Anda mengikuti seminar2 saham, Anda sering mendengar asumsi2 yang cenderung mengarah pada teori. Misalnya: IHSG tahun 1982 masih 100 perak, dan tahun 2016 IHSG sudah mencapai 5.400. Berarti kalau seumpama saya pegang saham mulai tahun 1982, return saya sudah ribuan kali lipat. 

Saya setuju dengan pernyataan tersebut, tetapi tidak sepenuhnya. Mengapa? Karena itu cuman teorinya alias hitung2an kasar saja. Kalau Anda nggak tahu cara berinvestasi yang baik, kalau Anda nggak tahu cara trading yang benar, kalau Anda nggak bisa kelola psikologis dan mindset trading yang benar, ya Anda tetap sulit mendapatkan profit. Semua itu, kembali lagi pada praktik riil. 

"Bung Heze, berarti nggak bisa kaya donk dari saham?" Tanya Anda

Kaya dari saham? Sangat bisa. Kalau nggak bisa dapat profit dari saham mana ada orang yang mau trading dan investasi saham?  Tapi, kaya dari saham itu tidak bisa dibangun dalam sekejap mata. Setiap trader akan merasakan yang namanya cut loss. Coba Anda bayangkan, seorang Chris John membutuhkan waktu 6 tahun di ring profesional (terus berlatih dan bertanding) untuk menjadi juara dunia. 

Kalau buanyaak orang mematok target2 yang tidak masuk akal (baru belajar sudah berharap untuk ratusan persen), maka karir trading Anda tidak akan bertahan lama. Karena teori seringkali tidak sejalan dengan praktikknya. Dan orang2 yang menganggap sudah pintar padahal baru "pandai" membaca indikator dan belum praktik, waktu terkena kerugian besar, mareka akan menyalahkan pasar saham sebagai tempat judi, bandarnya kurang ajar, salahnya broker dan lain2. 

Jadi sekali lagi, kalau Anda memang benar2 memiliki niat kuat untuk trading saham, Anda harus banyak berlatih (eksekusi jual dan beli). Seiring berjalannya waktu, Anda akan tahu sendiri, bahwa teori di pasar saham dan praktikknya memang seringkali tidak sejalan. Dan seiring berjalannya waktu itu pula, Anda akan semakin mahir menemukan pola2 pergerakan harga saham yang layak untuk dibeli.