Friday, October 14, 2016

Waktu Terbaik Berhenti (Rest) Trading Saham

Trading saham sangat berkaitan erat dengan psikologis trader. Ketika Anda berbicara soal trading, Anda tidak hanya berbicara mengenai beli dan jual saham. Seorang trader yang dalam kondisi psikologis baik akan lebih mudah mendapatkan profit dibandingkan trader yang sedang dalam kondisi psikologis kurang baik, meskipun kondisi pasar dalam keadaan bullish. Apakah Anda juga pernah mengalami hal tersebut?

Jika kondisi Anda dalam kondisi psikologis yang kurang baik, maka Anda saya sarankan untuk berhenti (baca: istirahat / rest) dari trading.

Tapiii... Kondisi psikologis yang kurang baik itu yang seperti apa? 

Anda harusnya berhenti trading jika terjadi tiga kondisi berikut: Pertama, ketika Anda mengalami rugi besar (yang secara psikologis mengganggu Anda). Kedua, ketika Anda mendapatkan profit yang besar. Ketiga, mood sedang jelek

Kondisi pertama: Ketika Anda mengalami rugi besar.

Ketika Anda rugi, dengan catatan kerugian tersebut mempengaruhi kondisi psikologis Anda, maka Anda harus istirahat dari trading. Kerugian yang seperti apa yang mempengaruhi kondisi psikologis Anda? Hanya Anda yang tahu jawabnya.

Rasa2nya, kalau modal Anda 100 juta menjadi 50 juta, pasti akan berpengaruh ke kondisi psikologis Anda. Tapi saran saya, kalau Anda sudah rugi sebesar 10%, maka Anda harus istirahat dahulu. Jangan memaksakan trading. Karena ketika Anda rugi, maka pikiran Anda akan cenderung kurang tenang, sehingga keputusan trading Anda bisa2 menjadi tidak objektif dan hanya terpaku untuk membalas kerugian yang ada. 

Faktanya, banyak banget trader yang ketika rugi besar, malah trading terus. Akhirnya, bukannya kerugian yang berubah jadi keuntungan, tetapi kerugian yang ada bertambah jadi lebih besar.  

Kondisi kedua: ketika Anda mendapatkan profit besar. 

Kalau Anda baca lagi kondisi kedua, saya yakin Anda bakalan protes sama saya. 

Kondisi untung kok malah disuruh berhenti trading? 


Mengapa kok dalam kondisi profit besar Anda juga harus istirahat trading? 

Kondisi profit besar berpotensi membuat seseorang untuk menjadi SERAKAH (greedy). Kalau sudah serakah, trader biasanya akan kehilangan objektivitasnya dalam analisis. Trader cenderung ingin terus mengejar profit. Inilah alasan mengapa banyak trader yang sudah profit, tiba2 berbalik lagi portofolionya jadi rugi dan dipenuhi saham2 nyangkut.

Kalau saya mengumpamakan dengan perumpamaan hidup, maka dalam kehidupan ujian yang sebenarnya bukan hanya terjadi saat Anda sedang susah (rugi dalam trading). Tetapi ujian juga datang saat Anda sedang kaya dan berkelimpahan (profit dalam trading). Karena pada saat seseorang menjadi kaya, biasanya akan ada kecenderungan untuk foya2, sombong, konsumerisme, materialistis dan lain2. 

Demikian juga dengan ketika trader mendapat profit besar, akan ada kecenderungan untuk menjadi euforia, egois, nafsu, ingin terus mengejar profit yang lebih besar. Nah, untuk menekan keinginan2 negatif ini, maka trader harus istirahat dari trading. Istirahat ini ditujukan agar Anda psikologis Anda lebih stabil, dan euforia Anda berkurang. 

Kalau sudah profit, cobalah untuk melakukan aktivitas2 lainnya yang menyenangkan untuk Anda. Baca buku, nonton movie, travelling, pergi main bola....... Pokoknya lupakan dahulu lah soal trading.  

Kondisi ketiga: Anda tidak rugi, tetapi Anda sedang dalam masalah

Ketika Anda mengalami masalah pribadi, sedang marah atau bahkan gembira berlebihan. atau Anda sedang bad mood Anda harus istirahat dahulu, meskipun mungkin Anda tidak sedang dalam kondisi rugi (loss). Kondisi2 inilah yang dapat mempengaruhi objektivitas Anda dalam mengambil keputusan trading. 

Pertanyaan selanjutnya: Berhenti trading ini sampai berapa lama? 1 hari? 4 hari? 1 minggu? 1 bulan? 3 bulan?

Hanya Anda yang tahu jawabnya. Intinya, kalau Anda sedang mengalami ketiga kondisi diatas Anda harus istirahat dari trading, untuk memulihkan kondisi psikologis Anda.

CARA LAIN: Waktu terbaik berhenti trading terkadang tidak harus dilakukan dengan istirahat. Maksudnya? Maksud saya, "berhenti" trading bisa dilakukan dengan cara mengurangi size (jumlah lot) trading secara signifikan (dilakukan ketika Anda sedang dalam posisi rugi). Misalnya, Anda biasanya trading dengan junlah lot besar. Ketika Anda rugi, Anda tetap trading tetapi dengan jumlah lot yang sangat kecil. 5 lot, 7 lot, 10 lot. 12 lot.

Tujuannya adalah untuk mengembalikan mental trading dan kepercayaan diri Anda. Hal inilah yang saya lakukan ketika pasar saham crash tahun 2015, yaitu mengurangi jumlah lot trading secara signifikan. Perlahan tapi pasti, saya bisa membalikkan kerugian besar menjadi BEP. 

So, kesuksesan Anda dalam trading sangat berkaitan dengan psikologis itu sendiri. Kehebatan analisis teknikal Anda, tidak sebanding dibandingkan dengan kemampuan mengelola psikologis. Sehebat apapun analisis Anda, tapi Anda tidak bisa mengatur psikologis, maka karir trading Anda tidak akan bertahan lama.