Sunday, October 23, 2016

Membeli Harga Saham Murah VS Harga Saham Mahal

Trader seringkali mengincar harga saham yang "murah" (rendah) ketimbang harga saham yang mahal, dengan tujuan supaya bisa membeli dalam jumlah lot yang banyak. Setelah itu, kalau sudah naik, maka profitnya akan lebih terasa besar (ketimbang beli saham mahal dengan jumlah lot sedikit).

Mindset trader seperti ini kurang tepat. Memang, jika Anda adalah pemula, yang masih trading dengan modal kecil, ada baiknya Anda memilih saham2 yang harganya rendah. Tetapi, jika Anda berpikir bahwa harga saham yang murah lebih menguntungkan ketimbang harga saham mahal, Anda harus mulai mengubah pola pikir tersebut. 

"Mengapa begitu?" Tanya Anda

Harga saham murah/ rendah tidak menjamin Anda pasti lebih untung. Pertama, harga saham rendah, biasanya cenderung banyak yang tidak likuid. Kedua, masalahnya, harga saham murah bisa saja lebih murah lagi. Ketiga, harga saham yang sudah rendah belum tentu akan diangkat dalam jangka waktu cepat. Keempat, saham2 murah, biasanya tingkat volatilitasnya tinggi (contoh: BUMI, TRAM, TAXI, DOID, MLPL).

Contohnya, SRIL pada bulan Bulan Mei 2016 sempat mencapai harga 320. Sekarang saat pos ini ditulis harga sahamnya masih bertengger di harga 250-an. Sedangkan, perhatikan saham2 seperti INDF yang tahun 2015 sempat turun ke 5.000-an, sekarang sudah mencapai 8.000-an per lembarnya. 

Harga saham murah belum tentu bagus dan likuid, dan harga saham murah juga tidak selalu jelek dan tidak likuid, demikian juga sebaliknya dengan harga saham yang sudah tinggi. Contoh: PPRO tahun 2015 harganya 190-an, sekarang harganya sudah 1.400. Memang, secara umum saham2 yang likuid adalah saham2 yang harganya sudah agak tinggi dan biasanya tergolong saham2 blue chip (seperti BBCA, BBNI, TLKM). 

Oleh karena itu, dalam keputusan trading saham, saya tidak menyarankan Anda membeli saham yang murah, tetapi Anda harus mempertimbangkan faktor2 berikut ini:

- Belilah saham2 yang rebound, bukan saham2 yang murah.
- Amati tingkat likuid suatu saham
- Amati grafik harian, 3 bulanan, 6 bulanan, grafik 1 tahun. 

Jadi, jika Anda selama ini sering mengejar saham2 murah karena beranggapan saham2 tersebut punya potensi untung lebih besar daripada saham2 yang harganya tinggi, Anda harus mulai mengubah mindset trading Anda.