Ketika Anda melakukan trading, maka sudah seharusnya dan selayaknya Anda menggunakan analisis teknikal sebagai dasar keputusan untuk membeli dan menjual saham. Namanya juga analisis teknikal, artinya kebanyakan dari para teknikalis, saya dan Anda akan cenderung trading (bukan investasi) jangka pendek, rentang waktu harian - mingguan saja. Untuk lebih jelasnya silahkan baca pos berikut: Cara Menganalisis Suatu Saham.
Sebelum Anda mempelajari lebih banyak tentang candlestick dan grafik, Anda perlu memahami prinsip-prinsip dasar analisis teknikal. Di pasar saham, terdapat 3 (tiga) prinsip dasar analisis teknikal yang menjadi dasar mengapa harga bergerak naik dan turun. Ketiga prinsip tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama. Market price discount everything (Kejadian di pasar menggambarkan segalanya).
Prinsip pertama ingin menekankan pada Anda bahwa semua peristiwa bisa sangat berpengaruh terhadap harga saham. Baik dari segi fundamental, ekonomi dan faktor2 lainnya. Seluruh kejadian di pasar menggambarkan reaksi dari semua kejadian yang bisa mempengaruhi pergerakan harga saham.
Pergerakan harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran. Sehingga dengan dasar hukum tersebut, apabila jumlah penawaran (offer) lebih banyak dibandingkan permintaan (bid), maka harga saham akan bergerak turun dan sebaliknya jika permintaan lebih besar ketimbang penawaran, harga saham akan cenderung bergerak naik.
Prinsip pertama ingin menekankan pada Anda bahwa semua peristiwa bisa sangat berpengaruh terhadap harga saham. Baik dari segi fundamental, ekonomi dan faktor2 lainnya. Seluruh kejadian di pasar menggambarkan reaksi dari semua kejadian yang bisa mempengaruhi pergerakan harga saham.
Pergerakan harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran. Sehingga dengan dasar hukum tersebut, apabila jumlah penawaran (offer) lebih banyak dibandingkan permintaan (bid), maka harga saham akan bergerak turun dan sebaliknya jika permintaan lebih besar ketimbang penawaran, harga saham akan cenderung bergerak naik.
Kedua. Price moves in trend (Harga bergerak mengikuti tren).
Prinsip kedua ingin menekankan pada Anda bahwa harga saham akan selalu bergerak mengikuti tren/ pola tertentu, dan pola pergerakan harga saham akan terus berlanjut sampai terdapat tanda2 tren tersebut akan berhenti atau berbalik arah.
Contoh dari prinsip kedua, saya ambil satu saham yaitu saham WTON. Perhatikan grafik saham WTON dibawah ini.
Sejak melantai di Bursa saham tahun 2014, harga saham mengalami kenaikan drastis dari harga 700 menjadi 1.400 menuju puncak resisten tertinggi (lihat garis merah). Kenaikan harga saham WTON dikarenakan secara fundamental, laporan keuangan WTON memiliki prospek yang cerah, ditambah adanya program pemerintah untuk meningkatkan kualitas infrastruktur dan pembangunan, yang membuat WTON terkena dampak positifnya. WTON adalah satu2 emiten yang baru pertama kali melantai di Bursa sudah bisa masuk index papan utama. WTON terus saja membentuk uptrend.
Namun, setelah harga mencapai puncak 1.400 WTON malah anjlok, dan berbalik ke harga 1.o00 (lihat garis biru). Mengapa WTON kok tidak melanjutkan uptrendnya, jika bukan karena ada berita buruk makro maupun mikro yang bisa menyebabkan WTON anjlok. Beberapa bulan setelah kenaikan drastis WTON, target pertumbuhan ekonomi Indonesia jauh dari kata memuaskan, ekonomi jatuh, harga semen terus bersaing dan turut menggerus laba WTON Kuartal I 2015.
Prinsip teknikal kedua ini trend following trader, seperti saya yang cenderung lebih mengikuti sebuah tren harga saham untuk mendapatkan cuan. Dan menjual ketika saham akan koreksi atau ada berita2 buruk. Prinsip kedua juga mengajarkan pada Anda bahwa: Never Fight With Trend (jangan pernah melawan tren). Karena prinsip kedua menekankan bahwa tren harga saham tersebut menunjukkan sikap dan psikologis para pelaku pasar atas suatu harga saham. Anda tidak akan pernah menang melawan pasar, karena pasar digerakkan oleh banyak sekali orang dengan berbagai kepentingan.
Prinsip kedua ingin menekankan pada Anda bahwa harga saham akan selalu bergerak mengikuti tren/ pola tertentu, dan pola pergerakan harga saham akan terus berlanjut sampai terdapat tanda2 tren tersebut akan berhenti atau berbalik arah.
Contoh dari prinsip kedua, saya ambil satu saham yaitu saham WTON. Perhatikan grafik saham WTON dibawah ini.
Sejak melantai di Bursa saham tahun 2014, harga saham mengalami kenaikan drastis dari harga 700 menjadi 1.400 menuju puncak resisten tertinggi (lihat garis merah). Kenaikan harga saham WTON dikarenakan secara fundamental, laporan keuangan WTON memiliki prospek yang cerah, ditambah adanya program pemerintah untuk meningkatkan kualitas infrastruktur dan pembangunan, yang membuat WTON terkena dampak positifnya. WTON adalah satu2 emiten yang baru pertama kali melantai di Bursa sudah bisa masuk index papan utama. WTON terus saja membentuk uptrend.
Namun, setelah harga mencapai puncak 1.400 WTON malah anjlok, dan berbalik ke harga 1.o00 (lihat garis biru). Mengapa WTON kok tidak melanjutkan uptrendnya, jika bukan karena ada berita buruk makro maupun mikro yang bisa menyebabkan WTON anjlok. Beberapa bulan setelah kenaikan drastis WTON, target pertumbuhan ekonomi Indonesia jauh dari kata memuaskan, ekonomi jatuh, harga semen terus bersaing dan turut menggerus laba WTON Kuartal I 2015.
Prinsip teknikal kedua ini trend following trader, seperti saya yang cenderung lebih mengikuti sebuah tren harga saham untuk mendapatkan cuan. Dan menjual ketika saham akan koreksi atau ada berita2 buruk. Prinsip kedua juga mengajarkan pada Anda bahwa: Never Fight With Trend (jangan pernah melawan tren). Karena prinsip kedua menekankan bahwa tren harga saham tersebut menunjukkan sikap dan psikologis para pelaku pasar atas suatu harga saham. Anda tidak akan pernah menang melawan pasar, karena pasar digerakkan oleh banyak sekali orang dengan berbagai kepentingan.
Ketiga. History repeat itself (sejarah akan terulang).
Prinsip ketiga ingin menekankan pada Anda bahwa pergerakan harga saham di masa lalu akan cenderung terjadi secara berulang, sehingga dapar menjadi acuan bagi seorang trader untuk mengambil keputusan trading.
Contoh dari prinsip ketiga ini adalah: Harga saham yang memiliki support kuat (harga support yang sering tersentuh), ketika harga saham koreksi, maka harga saham akan cenderung turun ke harga support kuatnya. Itulah yang dinamakan dengan history repeat itself.
Prinsip ketiga ingin menekankan pada Anda bahwa pergerakan harga saham di masa lalu akan cenderung terjadi secara berulang, sehingga dapar menjadi acuan bagi seorang trader untuk mengambil keputusan trading.
Contoh dari prinsip ketiga ini adalah: Harga saham yang memiliki support kuat (harga support yang sering tersentuh), ketika harga saham koreksi, maka harga saham akan cenderung turun ke harga support kuatnya. Itulah yang dinamakan dengan history repeat itself.
Mengapa hal demikian bisa terjadi? Hal tersebut dikarenakan adanya psikologi pasar, yaitu manusia akan cenderung memberikan reaksi yang sama terhadap masalah yang sama, sehingga segala sesuatu yang pernah terjadi di masa lalu yang tercermin dari pergerakan harga saham historis, akan cenderung terulang di masa mendatang. Harga saham di pasar modal seringkali cenderung menggambarkan pola pergerakan harga yang cenderung berulang.