Indikator momentum adalah indikator dalam analisis leading yang bertujuan untuk menunjukkan tren pergerakan harga dalam memprediksi pergerakan harga, baik kenaikan maupun penurunan harga. Sesuai namanya, momentum berarti memberikan arah momentum rebound atau momentum koreksi pada para trader.
Indikator momentum memiliki garis penting, yaitu garis angka 100. Dimana ketika indikator bergerak naik menuju garis 100 dan membentuk tanda panah keatas, maka artinya tren harga saham akan segera naik. Sebaliknya, jika indikator bergerak turun menuju garis 100, dan indikator momentum menunjukkan tanda panah kebawah, artinya tren harga saham akan segera turun. Jadi, ketika indikator momentum berada di level 100 menuju keatas, artinya Anda ambil ancang2 untuk buy, dan sebaliknya ketika momentum menyentuh level 100, dan bergerak turun, Anda ambil ancang2 untuk segera take profit. Ketika indikator momentum berada pada level dibawah 100, menunjukkan besarnya tekanan jual. Sebaliknya, ketika momentum berada diatas 100, menunjukkan adanya tekanan beli yang tinggi. Setingan indikator momentum pada software adalah 12 hari. Berikut adalah tampilan indikator momentum pada software saham.
Anda bisa amati, ada banyak tanda panah pada indikator momentum. Indikator akan memberikan tanda panah sebagai sinyal beli atau jual ketika grafik menyentuh level 100. Level 100 ditunjukkan dengan adanya garis horizontal seperti yang tertera diatas.
PENERAPAN MOMENTUM - SAHAM ADRO
Perhatikan saham ADRO diatas. Pada saat indikator momentum turun dan kemudian menyentuh angka 100 (lihat tanda yang saya beri persegi), dan diikuti pula dengan gambar tanda panah kebawah, maka harga saham juga mengalami penurunan. Sebaliknya, ketika indikator mulai naik menuju garis 100 (lihat tanda yang saya beri lingkaran), harga saham juga mengalami kenaikan.
Kalau Anda melihat indikator ini, sekilas agak2 mirip dengan indikator moving average. Hanya bedanya momentum pada dasarnya digunakan untuk memprediksi pergerakan harga kedepan sebagai panduan sinyal buy dan sinyal sell. Kalau indikator moving average, lebih banyak digunakan untuk melihat tren harga saham, karena sifatnya yang lagging. Jika Anda belum paham indikator leading dan lagging, silahkan baca pos: Analisis Teknikal: Indikator Lagging vs Indikator Leading.
PENERAPAN MOMENTUM - SAHAM ADRO
Perhatikan saham ADRO diatas. Pada saat indikator momentum turun dan kemudian menyentuh angka 100 (lihat tanda yang saya beri persegi), dan diikuti pula dengan gambar tanda panah kebawah, maka harga saham juga mengalami penurunan. Sebaliknya, ketika indikator mulai naik menuju garis 100 (lihat tanda yang saya beri lingkaran), harga saham juga mengalami kenaikan.
Kalau Anda melihat indikator ini, sekilas agak2 mirip dengan indikator moving average. Hanya bedanya momentum pada dasarnya digunakan untuk memprediksi pergerakan harga kedepan sebagai panduan sinyal buy dan sinyal sell. Kalau indikator moving average, lebih banyak digunakan untuk melihat tren harga saham, karena sifatnya yang lagging. Jika Anda belum paham indikator leading dan lagging, silahkan baca pos: Analisis Teknikal: Indikator Lagging vs Indikator Leading.
Divergence pada indikator momentum
Divergence dapat dikatakan sebagai false signal. Ketika indikator memberikan sinyal rebound, tetapi harga saham bergerak turun. Ketika harga saham memberikan sinyal koreksi, tetapi harga saham malah bergerak naik
Perhatikan yang saya beri tanda persegi. Terlihat bahwa indikator momentum memberikan sinyal jual, akan tetapi harga saham bukannya turun, justru bergerak sidways cenderung naik. Kemudian pada gambar yang kedua, terlihat pula indikator momentum memberikan sinyal jual, akan tetapi harga saham justru malah bergerak naik.
Indikator momentum sama seperti indikator2 lainnya pada umumnya, yaitu tidak berdiri sendiri. Penggunaan indikator momentum ada baiknya Anda kombinasikan dengan indikator2 lainnya, seperti stochastic oscillator, moving average, MACD, RSI dan lain2.
Divergence dapat dikatakan sebagai false signal. Ketika indikator memberikan sinyal rebound, tetapi harga saham bergerak turun. Ketika harga saham memberikan sinyal koreksi, tetapi harga saham malah bergerak naik
Indikator momentum sama seperti indikator2 lainnya pada umumnya, yaitu tidak berdiri sendiri. Penggunaan indikator momentum ada baiknya Anda kombinasikan dengan indikator2 lainnya, seperti stochastic oscillator, moving average, MACD, RSI dan lain2.