Thursday, June 30, 2016

Virtual Trading Begitu Mudah Profit, Begitu Trading Beneran.......

Pernahkah Anda melakukan virtual trading (demo trading), sebelum Anda benar2 melakukan trading beneran? Sebagian besar pemula di kalangan dunia persahaman sudah pernah mencicipi virtual trading.

[Catatan: Virtual trading adalah trading yang dilakukan tidak menggunakan uang sungguhan alias menggunakan dana virtual, dan karena tidak pakai dana beneran, saham yang dibeli juga hanyalah catatan diatas kertas/ demo, namun tetap menggunakan situasi market secara riil.]

Para trader seringkali mendapatkan "cuan" yang besar dalam waktu yang cepat dari aktivitas virtual trading. Bahkan para pemula yang baru saja belajar saham, waktu disuruh virtual trading ternyata bisa dapat "cuan" banyak. Trader yang bisa dapat "cuan" besar dari aktivitas virtual trading, seringkali merasa sangat percaya diri ketika trading di pasar saham riil. Tidak jarang para newbie yang akhirnya merasa dirinya seolah-olah sudah pintar dan hebat mengeksekusi pasar. 

Tapi begitu trading pakai modal beneran... Bukannya untung malah buntung... Bukannya profit gede malah profit pas-pasan. Nah, kenapa ya kok bisa begitu?

Situasi dan kondisi virtual trading dengan trading beneran sangatlah berbeda. Terutama dalam hal PSIKOLOGIS. Virtual trading memberikan Anda rasa free. Mengapa demikian? Karena Anda trading pakai uang2-an. Kalau Anda untung, meskipun untung puluhan juta, uangnya ya nggak bisa Anda gunakan untuk apa2. Sebaliknya, kalau Anda rugi toh juga nggak ada efeknya, kan nggak pakai uang beneran?

Sedangkan kalau Anda sudah trading sungguhan, Anda mempertaruhkan dana Anda di saham. Dana Anda ibarat nyawa. Selama masih ada nyawa, Anda tetap bisa hidup. Selama masih ada dana, Anda tetap bisa trading. Nah, kalau udah nggak ada nyawa (modal) gimana? Kan nggak bisa trading lagi? Karena pakai modal beneran, pasti akan ada rasa fear and greed. Silahkan Baca postingan: Psikologi Pasar Saham: Empat Tahapan Penting. Baca juga: Psikologi Pasar: Fear And Greed (Part I) (Baca sampai Part III).

Kalau IHSG naik, saham Anda naik akan ada kecenderungan untuk jadi serakah (greed). Kalau IHSG turun, saham Anda turun, akan ada kecenderungan untuk jadi takut dan panik (fear). Inilah yang membedakan trading pakai uang dengan trading pakai "uang". Kalau pakai "uang", Anda mau untung atau rugi segeda apapun nggak akan ada pengaruhnya. Inilah mengapa kalau trading di pasar beneran akan sangat berpengaruh pada psikologis Anda. 

Di pasar virtual, Anda bisa meraup untung besar. Tapi, jangan harap Anda bisa mendapatkan hal yang sama pada saat Anda trading beneran. Jadi, ingatlah: TRADING VIRTUAL SITUASINYA JAUH BERBEDA DENGAN TRADING BENERAN.  

"Nah terus, berarti latihan pakai virtual trading itu nggak penting dong Bung Heze?" Tanya Anda.  

Anda jangan terlalu cepat menyimpulkan demikian. Trading pakai akun virtual itu SANGAT PERLU, terutama untuk pemula yang baru memutuskan akan trading di pasar saham. Atau sangat berguna untuk Anda yang sudah mengalami kerugian besar, kemudian Anda mau bangkit lagi, alangkah baiknya kalau Anda melakukan recovery dengan berlatih dahulu pakai akun virtual.

Jadi, kegunaan Anda melakukan virtual trading adalah untuk BERLATIH. Berlatih untuk apa? Untuk membaca kondisi pasar, untuk membaca situasi market, untuk memahami pergerakan harga saham dan teknikalnya, untuk membiasakan diri Anda melihat pasar. Ibarat Anda mau lomba menyanyi. Bagaimana mungkin Anda bisa menang lomba menyanyi dengan ditonton oleh ratusan orang, kalau Anda tidak berlatih dahulu? Berlatih menyanyi sendiri, berlatih saat nggak ada siapa2. Itulah ibarat perlunya virtual trading untuk Anda.

"Jadi, Bung Heze apa sebenarnya inti dari pos ini?" Timpal Anda.   

Ada dua hal penting yang ingin saya sampaikan kepada Anda, dan poin2 ini sekaligus meluruskan persepsi banyak para pemula yang selama ini salah besar. 

Pertama. Virtual trading bukanlah sebagai ukuran seberapa besar Anda bisa meraup profit, dan Anda umpamakan profit tersebut akan terjadi di pasar riil saat Anda mempertaruhkan dana Anda. Saya ulangi sekali lagi: Virtual trading bukanlah sebagai ukuran seberapa besar Anda bisa meraup profit, dan Anda umpamakan profit tersebut akan terjadi di pasar riil saat Anda mempertaruhkan dana Anda.

Jadi, profit yang Anda dapatkan di virtual trading nggak ada hubungannya sama sekali dengan pasar riil saat Anda sudah menyuntikkan modal. Pada virtual trading, Anda trading pakai "uang". Sedangkan pada pasar sungguhan, Anda trading pakai uang. Kondisi psikologi akan sangat berbeda. 

Lalu, apa tujuan dari virtual trading? Kembali lagi Anda baca beberapa paragraf sebelumnya, bahwa virtual trading bertujuan untuk membaca kondisi pasar, untuk membaca situasi market, untuk memahami pergerakan harga saham dan teknikalnya, untuk membiasakan diri Anda melihat pasar

Kedua. Kalaupun Anda bisa "profit" gede saat virtual trading, Anda jangan sok pintar dan jangan sok hebat. Apalagi sampai pamer2 kalau Anda sudah merasa bisa trading. Mindset demikian dapat menghancurkan Anda ketika Anda trading di pasar sungguhan, pakai dana sungguhan, beli saham sungguhan.  Karena ketika Anda sudah merasa sok2-an dan ternyata apa yang terjadi sama sekali tidak sesuai, dijamin Anda bakalan luar biasa stress.. 

Cara Menggunakan Indikator Commodity Channel Index (CCI)

Indikator CCI diperkenalkan oleh Donald Lambert pada tahun 1980. Indikator CCI merupakan salah satu indikator teknikal leading yang digunakan untuk mengukur sinyal beli dan sinyal jual. Awal mulanya, indikator CCI digunakan untuk mengukur sinyal perdagangan komoditas, namun sekarang garis CCI banyak digunakan pula untuk menganalisis harga saham. Garis CCI, terdiri dari garis CCI itu sendiri sebagai sinyal untuk memprediksi, zona overbought dan zona oversold. Zona overbought atau jenuh beli berada pada garis diatas 0. Sedangkan zona oversold atau jenuh jual berada pada garis dibawah 0. Perhatikan grafik CCI dibawah. 


  
Garis berwarna merah adalah zona jenuh beli, yang mengindikasikan banyak permintaan, sehingga harga saham naik terlalu tinggi menurut indikator CCI. Garis berwarna biru adalah zona jenuh jual, yang mengindikasikan banya penawaran jual, sehingga harga saham turun terlalu banyak banyak (over) menurut indikator CCI. 

Cara meggunakan indikator CCI sebagai sinyal buy dan sinyal sell: Ketika garis CCI bergerak naik, artinya harga saham akan bergerak naik, maka saatnya Anda beli (sinyal buy). Ketika indikator CCI bergerak turun, artinya harga saham akan bergerak turun, maka saatnya Anda sell (sinyal sell). Ketika garis CCI berada di zona overbought, artinya harga saham cenderung akan terkoreksi karena harga sudah tinggi. Artinya, pada zona overbought, disinilah momen Anda untuk siap2 "buang barang" / sell. Ketika garis CCI berada di zona oversold, artinya harga saham cenderung akan rebound karena harga sudah rendah. Artinya pada zona overbought, disinilah momen Anda untuk buy / akumulasi. 

PENERAPAN INDIKATOR CCI


Perhatikan saham PWON diatas. Pada saat indikator CCI mengalami kenaikan (yang saya beri tanda lingkaran), maka akan diikuti dengan kenaikan harga saham. Sebaliknya, pada saat indikator CCI turun (yang saya beri persegi), maka akan diikuti dengan penurunan harga saham. 

CCI DIVERGENCE


Divergence adalah suatu kondisi dimana indikator memberikan sinyal bullish, namun sebaliknya harga saham malah turun. Dan sebaliknya juga, kondisi dimana indikator memberikan sinyal bearish, namun sebaliknya harga sahma malah naik. Contoh divergence: Perhatikan gambar diatas yang saya beri tanda lingkaran. Pada saat indikator CCI turun, harga saham PWON justru mengalami kenaikan. 

Indikator CCI tidak bisa berdiri sendiri, sama dengan indikator lainnya. Ketika menggunakan indikator CCI, ada baiknya Anda memadukannya dengan indikator lain, seperti MA, stochastic dan lain2.  

Friday, June 24, 2016

Arah Harga Saham itu Mudah Ditebak!

Kalau Anda baca judul pos diatas, saya yakin akan ada tiga multitafsir dari para pembaca web Saham Gain. Pertama, Anda setuju dengan apa yang saya tulis. Anda berpikir: "Iya ya, memang mudah menebak harga saham itu mau naik atau turun. Itulah kenapa saya bisa profit konsisten.Kedua, Anda berpikir kalau saya cuma membual. Anda berpikir: "Ah, masa sih yang nulis ini memang pinter nebak arah harga saham?" Ketiga, Bagi Anda yang masih berada dalam posisi portofolio merah (loss), Anda marah dan merasa tersindir.

Well, pos ini tidak bermaksud untuk menyerang siapapun ataupun membujuk diri saya sendiri. Mengapa saya katakan harga saham itu mudah ditebak? 

Memprediksi harga saham pada dasarnya hanyalah menggunakan garis support dan resisten, serta menentukan arah tren harga saham tersebut. Saham yang berada dalam uptrend yang kuat, maka saham tersebut akan terus menembus resistennya. Artinya? Tentu saja, harganya akan terus breakout dan naik. Jadi, patokan harga support dan resisten yang lama sudah pasti nggak berlaku sama sekali, karena harga sudah terbang tinggi. 

Maka, ketika ada kesempatan untuk membeli di harga "high" dan menjualnya di harga lebih tinggi (buy high sell higher), kesempatan tersebut adalah kesempatan emas. Sebaliknya, kalau harga saham berada pada tren turun, dan harga terus turun, maka harga saham tersebut memiliki potensi besar untuk terus jebol melewati support2 pentingnya. 

Itu artinya, kalau Anda ingin cuan, belilah saham2 yang sedang uptrend, bukan saham2 yang sedang jatuh. Memang, saham2 yang sedang jatuh memiliki potensi untuk rebound dan Anda bisa membeli di harga rendah. Namun, Anda membutuhkan suatu sinyal yang pas, dan hati2 harga saham yang jatuh terus bisa mengindikasikan saham tersebut adalah saham yang tidak likuid. Saham2 uptrend akan naik terus, dan koreksi yang terjadi umumnya adalah koreksi sehat, sehingga jika banyak para trader berpikiran kapan harga saham ini akan jatuh soalnya sudah "kemahalan", sehingga saya bisa membeli di harga yang rendah, maka pemikiran itu sangatlah salah.  

Percaya atau tidak, sebenarnya, banyak dari pedagang saham seperti Anda dan saya yang tidak perlu kesulitan untuk menebak arah harga saham menggunakan analisis teknikal, bahkan dengan analisis yang cukup simpel nggak perlu rumit2. Dibalik semua itu, pernahkah harga saham yang Anda prediksi benar, tapi cuan yang Anda dapat malah nggak segede prediksi Anda yang benar itu?

Jika Anda pernah mengalami hal demikian, maka sesungguhnya yang jadi kendala utamanya sebenarnya bukanlah Anda yang tidak jago memprediksi, tetapi ada satu faktor paling penting lainnya, yaitu KEMAMPUAN EKSEKUSI. Kehebatan Anda dalam memprediksi hanyalah kemampuan Anda diatas kertas. Yang paling penting adalah bagaimana Anda bisa eksekusi saat pasar saham sedang jalan, saat harga saham terus bergerak liar. Disitulah ketangguhan Anda baru diuji. 

Misalkan: Hari ini Anda rencana membeli saham AKRA dengan modal Rp15 juta. Anda yakin kalau saham AKRA akan naik kencang dalam beberapa waktu kedepan. Tiba2 Anda membaca rekomendasi analis lain yang bilan kalau saham LPPF akan naik kencang. Kemudian ada analis lagi yang mengatakan bahwa saham SMGR akan naik. Anda yang pada awalnya berencana memasukkan modal 15 juta di saham AKRA, jadi kalang kabut saat lihat kondisi pasar saham yang sudah jalan, terlebih ketika Anda lihat saham LPPF dan SMGR mulai bergerak naik. Akhirnya, Anda pun beli saham AKRA, LPPF dan SMGR, dengan alokasi dana masing2 5 juta, karena Anda takut ketinggalan kereta. Itu artinya, Anda belum bisa meng-eksekusi pasar.  

Itulah kenapa kalau Anda perhatikan, banyak sekali orang yang bisa ngomong ini dan itu tentang saham, tentang prediksi harga saham, tetapi mereka sendiri belum bisa cuan dari trading saham. 

So, untuk menjadi seorang trader yang handal Anda dituntut untuk tidak hanya jago prediksi harga saham, tetapi Anda harus mampu melakukan eksekusi dengan benar dan sesuai trading plan Anda.   

Cara Menggunakan Indikator Accumulation/Distribution (AD)

Jika Anda mempelajari ilmu bandarmologi, Anda harus banyak belajar dan memahami saham2 yang sedang diakumulasi oleh bandar, atau saham yang akan "dibuang" oleh bandar. Sebenarnya, analisis teknikal menyediakan indikator untuk membaca teori akumulasi dan distribusi yang dilakukan oleh pelaku pasar. Indikator tersebut adalah indikator accumulation/distribution (AD). Sesuai namanya, accumulation berarti akumulasi artinya membaca saham yang sedang diakumulasi. Distribution sesuai namanya berarti distribusi artinya membaca saham yang banyak dijual oleh pelaku pasar. 

Indikator ini saya katakan cukup baik, karena mampu membaca saham2 yang sedang "dikumpulkan" atau yang akan "dibuang" oleh pelaku pasar. Berikut adalah tampilan indikator AD pada charting. 


Cara membaca indikator AD sebenarnya cukup mudah. Hampir sama dengan cara membaca indikator lain. Ketika indikator AD bergerak naik, artinya saham tersebut sedang diakumulasi, dan biasanya akan diikuti dengan kenaikan harga saham. Dan sebaliknya, apabila indikator AD bergerak turun, artinya saham tersebut sedang didistribusi, artinya mulai banyak pekaku pasar yang "buang barang", sehingga pada umumnya akan diikuti dengan penurunan harga saham. 

PENERAPAN INDIKATOR AD


Perhatikan indikator AD pada saham DOID diatas. Ketika indikator AD menunjukkan penurunan, maka akan diikuti dengan penurunan harga saham (yang saya beri tanda persegi). Penurunan indikator AD menunjukkan bahwa saham sedang berada dalam fase distribusi (banyak pelaku pasar yang menjual saham), yang menyebabkan harga saham turun. Ketika indikator AD mulai bergerak turun dan berhenti dari fase akumulasi, maka pada saat itulah Anda disarankan untuk sell. 

Sedangkan pada saat indikator AD mulai mengalami kenaikan, pada umumnya akan diikuti dengan kenaikan harga saham (tanda lingkaran). Kenaikan indikator AD menunjukkan bahwa saham sedang dalam fase akumulasi (banyak pelaku pasar yang membeli saham). Dengan kata lain, permintaan lebih besar ketimbang penawaran, sesuai hukum ekonomi harga akan naik. Ketika indikator AD mulai bergerak naik dan terlihat tanda2 fase distribusi akan berakhir, maka Anda disarankan untuk buy.  

INDIKATOR AD DAN HARGA SAHAM BERGERAK BERLAWANAN


Hati2 apabila harga saham sedang naik, tapi tidak dibarengi dengan akumulasi saham atau sebaliknya, harga saham turun tapi tidak dibarengi dengan distribusi saham. Jika Anda menemukan saham yang demikian, bisa jadi kenaikan maupun penurunan harga saham hanyalah "tipuan". 

Perhatikan chart diatas, saham PNLF (yang saya beri tanda persegi). Harga saham PNLF tampak mengalami kenaikan, akan tetapi indikator AD justru bergerak cenderung sideways. Apa artinya? Artinya, kenaikan harga saham PNLF tidak dibarengi dengan aksi akumulasi yang besar, yang sebenarnya saham PNLF memang "tidak berminat" untuk naik. Kemudian Anda perhatikan, setelah harga saham PNLF naik beberapa hari (tanpa dibarengi kenaikan indikator AD), tren harga saham PNLF langsung terjun bebas. So, kalau Anda menemukan saham sedang uptrend kecil yang tidak dibarengi kenaikan indikator, saran saya jangan membeli saham tersebut. 

Sama seperti indikator lainnya, indikator AD tidak bisa berjalan sendiri. Alangkah baiknya apabila Anda meng-kombinasikan indikator AD dengan indikator2 lainnya, seperti stochastic, RSI, MA, Volume dan lain2.  

Cara Menggunakan Indikator Momentum

Indikator momentum adalah indikator dalam analisis leading yang bertujuan untuk menunjukkan tren pergerakan harga dalam memprediksi pergerakan harga, baik kenaikan maupun penurunan harga. Sesuai namanya, momentum berarti memberikan arah momentum rebound atau momentum koreksi pada para trader. 

Indikator momentum memiliki garis penting, yaitu garis angka 100. Dimana ketika indikator bergerak naik menuju garis 100 dan membentuk tanda panah keatas, maka artinya tren harga saham akan segera naik. Sebaliknya, jika indikator bergerak turun menuju garis 100, dan indikator momentum menunjukkan tanda panah kebawah, artinya tren harga saham akan segera turun.  Jadi, ketika indikator momentum berada di level 100 menuju keatas, artinya Anda ambil ancang2 untuk buy, dan sebaliknya ketika momentum menyentuh level 100, dan bergerak turun, Anda ambil ancang2 untuk segera take profit. Ketika indikator momentum berada pada level dibawah 100, menunjukkan besarnya tekanan jual. Sebaliknya, ketika momentum berada diatas 100, menunjukkan adanya tekanan beli yang tinggi. Setingan indikator momentum pada software adalah 12 hari. Berikut adalah tampilan indikator momentum pada software saham.


Anda bisa amati, ada banyak tanda panah pada indikator momentum. Indikator akan memberikan tanda panah sebagai sinyal beli atau jual ketika grafik menyentuh level 100. Level 100 ditunjukkan dengan adanya garis horizontal seperti yang tertera diatas. 

PENERAPAN MOMENTUM - SAHAM ADRO



Perhatikan saham ADRO diatas. Pada saat indikator momentum turun dan kemudian menyentuh angka 100 (lihat tanda yang saya beri persegi), dan diikuti pula dengan gambar tanda panah kebawah, maka harga saham juga mengalami penurunan. Sebaliknya, ketika indikator mulai naik menuju garis 100 (lihat tanda yang saya beri lingkaran), harga saham juga mengalami kenaikan. 

Kalau Anda melihat indikator ini, sekilas agak2 mirip dengan indikator moving average. Hanya bedanya momentum pada dasarnya digunakan untuk memprediksi pergerakan harga kedepan sebagai panduan sinyal buy dan sinyal sell. Kalau indikator moving average, lebih banyak digunakan untuk melihat tren harga saham, karena sifatnya yang lagging. Jika Anda belum paham indikator leading dan lagging, silahkan baca pos: Analisis Teknikal: Indikator Lagging vs Indikator Leading.

Divergence pada indikator momentum 

Divergence dapat dikatakan sebagai false signal. Ketika indikator memberikan sinyal rebound, tetapi harga saham bergerak turun. Ketika harga saham memberikan sinyal koreksi, tetapi harga saham malah bergerak naik 



Perhatikan yang saya beri tanda persegi. Terlihat bahwa indikator momentum memberikan sinyal jual, akan tetapi harga saham bukannya turun, justru bergerak sidways cenderung naik. Kemudian pada gambar yang kedua, terlihat pula indikator momentum memberikan sinyal jual, akan tetapi harga saham justru malah bergerak naik. 

Indikator momentum sama seperti indikator2 lainnya pada umumnya, yaitu tidak berdiri sendiri. Penggunaan indikator momentum ada baiknya Anda kombinasikan dengan indikator2 lainnya, seperti stochastic oscillator, moving average, MACD, RSI dan lain2. 

Cara Menggunakan Indikator MACD

Indikator MACD merupakan indikator teknikal yang cukup populer digunakan. MACD termasuk dalam salah satu indikator lagging. Jika Anda belum paham indikator lagging, baca kembali pos: Analisis Teknikal: Indikator Lagging vs Indikator Leading. MACD adalah kependekan dari Moving Average Convergence Divergence. Indikator ini dikembangkan oleh Gerald Appel. MACD digunakan untuk mengetahui peraliha tren dari bullisg menuju bearish atau sebaliknya, serta digunakan untuk melihat tinggi rendahnya tekanan beli dan jual. 

Untuk membaca sinyal dan melihat tren harga saham, MACD memiliki dua garis utama. Garis pertama adalah garis indikator MACD (selisih MA jangka pendek dan panjang). Kemudian garis kedua adalah garis yang berfungsi memberikan sinyal (Moving Average). Selain garis MA, MACD juga dikombinasikan dengan histogram (MACD histogram). Histogram membentuk kumpulan batang (bars) yang menghadap ke bawah dan bars yang menghadap ke atas garis level 0.

Cara menggunakan indikator MACD:  Sinyal beli akan terlihat apabila kedua garis berpotongan dari bawah menuju keatas, sehingga posisi garis MACD berada diatas garis sinyal. Perpotongan ini disebut sebagai golden cross. Ketika garis MACD membentuk golden cross, biasanya ditandai dengan mulai munculnya histogram positif dan meredanya histogram negatif, yang menunjukkan mulai banyaknya permintaan pasar.  

Sinyal jual terlihat apabila kedua garis berpotongan dari atas menuju kebawah, sehingga posisi garis MACD berada dibawah garis sinyal. Perpotongan ini disebut sebagai death cross. Ketika garis MACD membentuk death cross, biasanya ditandai dengan mulai munculnya histogram negatif dan meredanya histogram positif, yang menunjukkan mulai banyaknya penawaran jual pasar.  

Histogram bar yang menghadap keatas diatas garis nol, disebut sebagai histrogram positif menunjukkan adanya tekanan beli (banyak permintaan dari pada penawaran) yang sedang terjadi. Sedangkan histogram bar yang menghadap kebawah, dibawah garis nol, disebut sebagai histogram negatif, menunjukkan adanya tekanan jual (banyak penawaran ketimbang permintaan). 

Semakin tinggi histogram, menunjukkan adanya tekanan beli / jual yang semakin tinggi. Jika histogram positif semakin tinggi maka menunjukkan harga saham semakin banyak permintaan, yang menyebabkan harga saham naik tinggi. Jika histogram positif semakin tipis, menunjukan tekanan beli yang mulai reda, dan ada kemungkinan besar akan terjadi koreksi harga saham. Sebaliknya, semakin rendah histogram negatif, menunjukkan tekanan jual yang semakin tinggi, yang menyebabkan harga saham turun. Jika histogram negatif semakin tipis, dan mulai ditunjukan dengan adanya sedikut histogram positif, menunjukkan tekanan jual yang mulai reda, dan merupakan indikasi akan terjadi balik arah.  

Perhatikan cara membaca indikator MACD dibawah ini:


Garis Signal Moving Average = Biru
Garis MACD  = Orange

Pada saat harga saham naik akan selalu ditandai dengan histogram positif dan garis MACD yang naik pula. Histogram positif menunjukkan permintaan tinggi ketimbang penawaran. Sedangkan pada saat harga saham turun, selalu ditandai dengan histogram negatif dan garis MACD yang turun pula.  

Sinyal beli terjadi pada saat histogram negatif mulai tipis dengan munculnya sedikit histogram positif, serta didukung dengan golden cross pada garis MACD. Jika terjadi sinyal jual maka ditandai dengan histogram positif yang mulai tipis dan mulai muncul sedikit histogram negatif, serta didukung dengan death cross pada garis MACD. 

PENERAPAN MACD



Ketika histogram MACD membentuk histogram negatif dan garis indikator menuju kebawah, maka hal tersebut merupakan sinyal jual. Ketika histogram MACD membentuk histogram positif dan garis indikator menuju keatas, hal tersebut merupakan sinyal beli. 
DIVEGENCE MACD

Divergence pada indikator MACD (sama dengan indikator2 lainnya) terjadi ketika indikator menyatakan sinyal buy atau sell, namun tidak diikuti dengan pergerakan harga saham. Ketika MACD menunjukkan sinyal buy, harga saham malah turun / sideways, dan ketika MACD menunjukkan sinyal sell, harga saham justru bergerak naik / sideways.

Berikut adalah contoh divergence pada indikator MACD


Ketika bar MACD masih berada dibawah, seharusnya kalau menurut pemahaman MACD, harga saham masih akan mengalami penurunan. Akan tetapi, kalau Anda perhatikan saham ADHI diatas (yang saya beri tanda persegi), ketika indikator MACD menunjukkan histogram negatif dengan grafik turun, harga saham justru naik. Demikian juga ketika MACD berada pada histogram positif dengan grafik naik, harga saham justru malah turun (tanda persegi yang kedua). 

Cara Menggunakan Indikator Relative Strengh Index (RSI)

Indikator Relative Strengh Index (RSI) pertama kali diperkenalkan oleh J. Wilder tahun 1978. Sesuai namanya, Indikator RSI digunakan untuk kekuatan harga saham dengan cara membandingkan kenaikan dan penurunan harga dalam sebuah grafik. Ujung2nya, tujuannya tetap sama yaitu untuk memberikan sinyal beli dan sinyal jual, menampilkan kondisi jenuh beli (overbought) dan jenuh jual (oversold), konfirmasi pergerakan harga dan memberikan potensi pembalikan arah. Berikut adalah indikator RSI pada software saham.



Cara membaca garis RSI: ketika garis RSI mulai naik keatas, maka artinya indikator memberikan sinyal beli / golden cross. Yang berarti harga saham akan rebound setelah terjadi penurunan harga. Sebaliknya pada saat garis RSI tampak turun, artinya indikator memberikan sinyal jual / death cross/ bearish reversal. Yang artinya harga saham akan koreksi setelah terjadi kenaikan harga.  

Garis RSI memiliki range angka 0-100. Perhatikan grafik RSI diatas, apabila garis RSI berada di atas 70, maka dikatakan sebagai area overbought / jenuh beli. Yang artinya harga saham sudah naik tinggi, dan ada potensi besar untuk segera koreksi / turun. Pada tahapan jenuh beli, kemungkinan besar pelaku pasar akan segera menjual saham, karena harga dinilai sudah terlalu tinggi, akibat banyaknya permintaan. Artinya, kalau indikator RSI berada pada rentang 70 keatas, Anda tidak disarankan membeli, karena harga saham akan koreksi. Walaupun tidak menutup kemungkinan ketika garis RSI berada pada zona overbought harganya bisa naik lagi. 

RSI juga memiliki garis zona oversold atau jenuh jual, yaitu pada angka 30 kebawah. Artinya, harga saham sudah turun banyak dikarenakan banyaknya penawaran jual, dan ada potensi besar untuk naik / rebound kembali. Dengan kata lain, kalau indikator RSI sudah berada di area jenuh jual, Anda disarankan untuk siap2 membeli sahamnya kembali, karena kemungkinan untuk rebound cukup besar. 

PENERAPAN RSI - SAHAM BBRI

Perhatikan grafik BBRI diatas yang dikombinasikan dengan analisis indikator RSI.


Lihat grafik RSI yang saya beri tanda lingkaran. Perhatikan, ketika indikator RSI bergerak naik keatas maka diikuti dengan kenaikan harga saham setelahnya. Dan sebaliknya, perhatikan grafik RSI yang saya beri tanda persegi. Ketika garis RSI bergerak menuju kebawah diikuti pula dengan penurunan harga saham setelahnya. 

Settingan perioda indikator RSI pada software saham adalah 14 hari. Anda bisa memperpanjang atau memperpendek sendiri perioda RSI tergantung kebutuhan trading Anda. Semakin pendek jangka waktu trading Anda, maka perioda RSI semakin sempit dan sebaliknya. Saran saya, jangan menggunakan perioda RSI terlalu pendek, karena semakin pendek perioda suatu indikator, maka kemungkinan indikator menghasilkan sinyal2 palsu besar. Perioda hari yang semakin pendek, menyebabkan fluktuatif grafik tampak tinggi, sehingga dapat menghasilkan sinyal palsu (indikator menyatakan buy, namun harga saham malah turun dan sebaliknya).

- Website Saham Gain akan menyajikan edukasi saham dan trading kepada Anda - 

Cara Menggunakan Indikator Williams %R

Indikator Williams %R (Baca: Williams Ar) adalah indikator leading yang digunakan untuk memberikan sinyal beli dan sinyal jual suatu saham. Indikator Williams %R memiliki pergerakan pada rentang -100 hingga 0. Tampilan dan garis pada indikator Williams %R hampir sama dengan indikator RSI. Jika Anda belum paham RSI, silahkan baca pos: Cara Menggunakan Indikator Relative Strengh Index (RSI). Cara membaca indikator Williams %R kurang lebih sama dengan cara membaca indikator2 leading lainnya. Berikut adalah tampilan indikator Williams %R pada software saham.
Cara membaca indikator Williams %R: Ketika garis indikator bergerak menuju keatas, artinya harga saham akan mengalami kenaikan. Sebaliknya ketika indikator Williams %R bergerak menuju kebawah, artinya harga saham akan mengalami penurunan. Simpel sekali cara membacanya.

Masih berkaitan dengan cara membaca indikator ini, pada indikator Williams %R terdapat garis -20 yang disebut sebagai garis jenuh beli (overbought) dan garis -80 yang disebut sebagai garis jenuh jual (oversold). Ketika garis indikator berada pada garis -20 atau diatas -20, artinya harga saham berada dalam fase jenuh beli. Fase jenuh beli terjadi karena harga saham naik tinggi (banyaknya permintaan beli), sehingga ketika harga saham berada pada fase jenuh beli tersebut, ada potensi besar untuk koreksi / turun lagi. Dengan kata lain, ketika indikator tersebut berada pada fase jenuh beli, hal tersebut merupakan sinyal bahwa harga saham sudah tinggi, dan siap2 waktunya untuk koreksi. Jadi ketika indikator sudah berada pada jenuh beli, siap2 untuk take profit. 

Sedangkan garis jenuh jual (oversold) berada pada garis -80 dan dibawah -80. Ketika garis indikator berada pada angka dibawah -80, artinya harga saham berada pada fase jenuh jual. Fase ini terjadi karena harga saham turun banyak akibat tekanan jual yang tinggi, karena tingginya tekanan jual, hingga harga saham mengalami fase jenuh. Dengan kata lain, ketika indikator ini berada pada fase jenuh jual, hal tersebut merupakan sinyal bahwa harga saham sudah rendah, dan siap2 waktunya untuk rebound lagi. So, ketika indikator sudah berada pada area jenuh jual, maka saatnya Anda ancang2 untuk akumulasi.  

Settingan indikator Williams %R pada software saham adalah 5 hari. Anda bisa mengubahnya sendiri sesuai selera dan kebutuhan Anda. 

PENERAPAN INDIKATOR WILLIAMS %R - SAHAM JPFA



Perhatikan yang saya beri tanda kotak. Ketika indikator Williams %R menunjukkan penurunan, maka indikator juga diikuti dengan penurunan harga saham. Dan ketika indikator Williams %R menunjukkan kenaikan (lihat tanda yang beri lingkaran),  maka indikator juga diikuti dengan kenaikan harga saham. Begitulah cara membaca indikator Williams %R untuk mengetahui sinyal beli atau sinyal jual.  Cara membaca indikator Williams %R tidaklah sulit, dan cara membacanya hampir sama dengan kebanyakan indikator lainnya. 

WILLIAMS %R TERLALU SENSITIF

Kekurangan utama indikator Williams %R, yaitu: Indikator ini terlalu sensitif. Coba Anda perhatikan lagi gambar Indikator Williams %R diatas. Contoh yang saya gunakan adalah perioda 14 hari. Dan bentuk indikator Williams %R diatas tampak sangat bergelombang. Itulah mengapa saya katakan sensitif. Jika Anda bandingkan dengan indikator RSI dengan perioda yang sama, yaitu 14 hari, maka indikator RSI tidak terlalu bergelombang dan lebih smoothJika Anda belum paham RSI, silahkan baca pos: Cara Menggunakan Indikator Relative Strengh Index (RSI) 

Lalu, apa hubungannya dengan kelemahan indikator Williams %R?

Bentuk kurva yang cenderung sangat bergelombang dan sensitif, dapat membuat indikator menjadi tidak akurat dalam memprediksi sinyal. Karena dengan bergelombangnya indikator ini berpotensi menimbulkan sinyal palsu. Sinyal palsu maksudnya adalah ketika indikator menyatakan buy, akan tetapi harga sahamnya malah turun atau sebaliknya. Semakin bergelombang indikator, semakin pendek perioda indikator, potensi menghasilkan sinyal palsu semakin tinggi.  

Perhatikan contoh dibawah.



Pada gmabar diatas (yang saya beri tanda lingkaran) tampak bawah ketika Williams %R memberikan sinyal rebound, namun harga saham malah turun. Bagaimana meminimalkan sinyal palsu tersebut? Untuk meminimalkan sinyal palsu, Anda disarankan untuk memperlebar perioda indikator. Misalnya, jika Anda menggunakan perioda 14 hari, Anda bisa menggunakan perioda yang lebih panjang lagi, misalnya 25 hari, supaya grafik terlihat lebih smooth dan 'tenang'.

Cara Menggunakan Indikator Stochastic Oscillator

Stochastic Oscillator (SO) menurut saya mungkin adalah indikator leading yang sangat umum digunakan. Kalau Anda belum memahami apa itu indikator leading, silahkan baca: Analisis Teknikal: Indikator Lagging Vs Indikator Leading. Penemu indikator ini adalah George Lane. 

Singkatnya, SO digunakan untuk memberikan sinyal beli dan sinyal jual kepada trader dengan menggunakan dua buah perpotongan garis sinyal. Perpotongan garis yang memberikan sinyal beli disebut dengan GOLDEN CROSS. Sedangkan perpotongan garis yang memberikan sinyal jual disebut sebagai DEATH CROSS. 

Berikut adalah gambar dari indikator SO


MEMBACA STOCHASTIC YANG PALING MUDAH

Kalau Anda pemula atau orang awam, maka cara membaca stochastic yang paling mudah adalah ketika kedua garis berpotongan dari bawah menuju keatas, maka perpotongan tersebut dinamakan dengan GOLDEN CROSS, artinya sinyal beli / momen jual / waktunya untuk membeli saham. Dikatakan momen beli karena stochastic berpotongan naik, artinya harga saham akan naik / rebound. 

Ketika kedua buah garis berpotongan dari atas menuju kebawah, maka disebut dengan DEATH CROSS, artinya sinyal jual / momen jual / waktunya untuk jual saham. Dikatakan momen jual karena kedua garis berpotongan menuju kebawah, artinya harga saham akan turun (koreksi).  

Sampai disini Anda sudah paham?

Kalau Anda sudah paham cara simpel membaca indikator SO, maka saya akan masuk ke bahasa teknikal yang lebih berbobot. 

GARIS %K DAN %D

kedua garis oscillato pada indikator SO dinamakan dengan garis %K dan garis %D. Garis %K memiliki garis yang lebih panjang ketimbangf garis %D, misalnya perbandingan antara 5 hari untuk garis %K dan 3 hari untuk garis %D. Perlu Anda perhatikan: Garis %K adalah garis utama dan terpenting, sehingga disebut sebagai signal line. Sedangkan garis %D adalah trigger line, yaitu moving average dari garis %K.

Karena pada indikator SO, Anda mengacunya pada garis %K, maka dikatakan terjadi sinyal beli atau golden cross apabila  garis %K memotong keatas garis %D. Dikatakan sinyal jual atau death cross apabila garis %K memotong kebawah %D. Supaya Anda lebih paham, coba lihat stochastic dibawah yang memberikan sinyal buy dan sell. 

Keterangan:
Garis %K adalah garis yang berwarna orange
Garis %D adalah garis yang berwarna biru

GARIS OVERBOUGHT DAN OVERSOLD

Kalau Anda perhatikan lagi gambar diatas, maka Anda menemukan garis yang saya beri tanda panah dengan kata2 garis area jenuh beli (selanjutnya disebut jenuh beli) dan garis area jenuh jual (disebut jenuh jual). Apa kegunaan garis tersebut?

Garis jenuh beli (ovebought zone) adalah garis yang menunjukkan pelaku pasar sudah terlalu banyak melakukan akumulasi saham, sehingga harga saham dinilai sudah terlalu tinggi, sehingga terjadilah jenuh beli. Ketika garis SO sudah berada di jenuh beli, maka ada potensi besar koreksi harga saham. Jadi ketika SO berada di garis overbought, maka indikator SO sesungguhnya memberikan sinyal pada Anda untuk segera jual sahamnya, karena harga saham sudah terlalu tinggi, dan kemungkinan besar pelaku pasar sebentar lagi akan buang barang (jual saham). Pada indikator SO, garis jenuh beli adalah pada angka 80 dan diatas 80.

Garis jenuh jual (oversold zone) adalah garis yang menunjukkan pelaku pasar sudah terlalu banyak melakukan distribusi saham / buang barang / menjual saham, sehingga harga saham dinilai sudah terlalu rendah atau murah, sehingga dinamakan jenuh jual. Jadi ketika SO berada di garis oversold, maka indikator SO sesungguhnya memberikan sinyal pada Anda untuk membeli saham tersebut, karena harga saham sudah murah, kemungkinan besar banyak yang akan melakukan akumulasi lagi pada saham2 yang murah, sehingga harga saham akan rebound.  Pada indikator SO, garis jenuh jual adalah pada angka 20 dan dibawah 20.

Perhatikan gambar dibawah. Terdapat garis horizontal pada angka 20 dibawah. Garis tersebut adalah garis oversold. Sedangkan garis horizontal mendekati angka 80 diatas, garis tersebut adalah garis overbought dalam indikator SO.



PENERAPAN STOCHASTIC


Perhatikan garis vertikal pertama. Lihat bahwa ketika stochastic berpotongan dari atas menuju kebawah (death cross), harga saham langsung turun keesokan harinya. Perhatikan pula garis vertikal kedua dan ketiga diatas. Ketika harga SO berpotongan menuju keatas (golden cross), perhatikan harga sahamnya mengalami kenaikan. Perhatikan pula, ketika harga saham sudah berada di area jenuh beli, harga saham akan kembali turun setelahnya. Dan sebaliknya, ketika harga saham berada di areah jenuh jual, harga saham sebentar lagi cenderung rebound. 

Pada umumnya, indikator SO yang sudah berada di zona overbought, artinya harga saham sudah akan koreksi. Dan saat SO berada di zona oversold artinya harga saham akan rebound. Namun, tidak menutup kemungkinan ketika harga saham sudah berada di zona overbought harga sahamnya malah naik lagi. Dan ketika harga saham berada di zona oversold, tidak menutup kemungkinan harga sahamnya justru malah turun lagi. Tidak menutup kemungkinan pula, saham yang sudah golden cross, malah balik arah lagi jadi death cross. Mengapa demikian? Karena tidak ada indikator yang sifatnya sempurna. Semua indikator sifatnya hanyalah untuk memprediksi, bukan memastikan. 

Jadi, tentang indikator SO, kalau saya rangkum secara ringkas kira2 seperti ini:

Indikator SO terdiri dari perpotongan dua garis, yaitu garis %K dan garis %D. Jika garis %K memotong garis %D keatas, maka disebut golden cross, artinya sinyal beli. Jika garis %K memotong garis %D kebawah, maka disebut death cross, artinya sinyal jual. SO memiliki garis overbought di angka 80 dan oversold di angka 20. Settingan default indikator pada software saham adalah 5, 3, 3. 5 hari time periods %K, 3 hari untuk slowing garis %K, dan 3 hari untuk garis %D.

Cara Menggunakan Indikator Moving Average - Part III

Baca part sebelumnya: Cara Menggunakan Indikator Moving Average - Part II

Menggunakan indikator MA berarti Anda harus menggunakan perioda waktu tertentu untuk bisa menghasilkan sinyal dan menentukan tren. Terus perioda waktu MA terbaik itu perioda waktu berapa? Tanya Anda..

Perlu Anda ketahui terlebih dahulu, perioda moving average yang PALING SERING digunakan dalam saham adalah:

- MA 5 (1 minggu)
- MA 10 (2 minggu)
- MA 15 (3 minggu)
- MA 20 (1 bulan)
- MA 50 (2 bulan)
- MA 100 (5 bulan)
- MA 200 (1 tahun)

Perioda waktu mana yang terbaik, semua kembali lagi kepada tipikal trading Anda. 

Lho, kok sembarang2 tergantung saya? Protes Anda...

Tenang dulu, saya bisa menyarankan pada Anda apa yang sebaiknya dan tidak sebaiknya Anda lakukan ketika setting perioda indikator MA. Disamping banyak keunggulannya, indikator MA sejatinya memiliki dua kelemahan utama:

Pertama. Indikator MA kurang berguna dalam kondisi harga saham sideways / tidak bergerak. Jika Anda belum paham istilah sideways, silahkan baca pos: Saham Uptrend, Downtrend, dan Sideways Part I (Belum terbit.. coming soon). Oleh karena itu, jika Anda menemukan harga saham yang sideways, indikator MA dalam perioda waktu pendek maupun panjang kurang berfungsi. Di satu sisi, penggunaan MA dalam tren yang datar, akan cenderung menghasilkan sinyal2 palsu (whipsaws) dan kurang mampu menghasilkan sinyal buy dan sell. Jadi, kalau Anda menemukan harga saham yang sideways, hindari penggunaan indikator MA. Artinya, MA hanya berguna dalam tren naik dan tren turun 

Kedua. Perioda MA yang pendek sering menghasilkan sinyal palsu (whipsaws). Semakin pendek perioda MA, garis MA akan semakin tampak fluktuatif, sehingga kurang mampu menghasilkan sinyal yang 'smooth' dan lebih terarah. Pendeknya perioda MA lebih sering "menipu" Anda. Indikator MA bilang saham sudah rebound, nyatanya harga saham malah turun. Indikator MA bilang saham akan koreksi, beberapa hari malah naik terus.  

Dari kedua kelemahan indikator MA, selain poin pertama yang perlu Anda pahami, poin kedua inilah yang ingin saya tekankan kepada Anda. Kalau Anda menggunakan MA, saya tidak menyarankan Anda untuk menggunakan indikator MA dengan perioda yang terlalu pendek, seperti MA 3, MA 5, MA 7, MA 10. Karena MA juga berfungsi sebagai garis tren, ada baiknya Anda lebih sering menggunakan MA dengan perioda yang agak panjang atau perioda panjang. Misalnya MA 20, MA 50. 

Nah, kenapa trader cenderung menggunakan MA perioda pendek? Karena trader ingin trading pendek / day trading. Atau, trader ingin trading untuk jangka waktu dibawah satu minggu. Karena ingin trading dalam rentang pendek, trader biasanya cenderung menggunakan setting moving average dengan perioda yang pendek. Dengan MA perioda pendek, trader bisa memanfaatkan sinyal cepat untuk memperoleh cuan dalam rentang pendek.  

Lalu, Bung Heze setting Moving Average terbaik yang seperti apa?

Sejauh pengalaman saya selama ini, saya lebih cenderung pada penggunaan kombinasi MA 20, MA 50 dan MA 100. Dan selama ini settingan kombinasi tersebut terbukti cukup bagus dalam memprediksi tren yang berlanjut, terutama sangat cocok dengan tipikal saya dan barangkali juga Anda yang adalah seorang swing trader - penganut trend following

Setelah sekian lama trading di pasar saham dengan menggunakan indikator MA, saya bisa menyimpulkan sendiri bahwa penggunaan perioda MA yang terlalu pendek bisa menyebabkan adanya whipsaws yang cukup besar. Maunya beli saham simpan 2 hari - beli saham, harga malah turun - cut loss - ternyata trennya balik naik. Ternyata setelah saya cek menggunakan tren MA yang agak panjang, saham yang saya beli trennya memang masih naik. Itulah kelemahan MA dengan perioda yang terlalu pendek. Terkait dengan hal tersebut, nanti saya akan tulis pos tersendiri tentang pengalaman saya menggunakan indikator MA. 

Tapi, kalau Anda kembali lagi baca pos saya di awal2, saya mengatakan: "Perioda waktu mana yang terbaik, semua kembali lagi kepada tipikal trading Anda". Artinya, sesungguhnya memang menentukan setting Moving Average terbaik sangatlah subjektif. Kalau Anda adalah tipikal trader jangka pendek, Anda perlu menggunakan MA 10, MA 15 atau MA 20. Tipe trading yang "keluar-masuknya" cepat tentu tidak cocok menggunakan MA 100 bukan? Sebaliknya, kalau tipikal Anda adalah trading jangka menengah, tentu saja tidak cocok menggunakan MA 10. Lebih baik jika Anda menggunakan MA 100 dan MA 200. 

Pos saya tidak bermaksud offensif terhadap Anda yang memiliki keinginan untuk jago trading pendek. Sekali lagi, saya hanya menyarankan pada Anda untuk sebisa mungkin menghindari penggunaan MA dengan perioda yang terlalu pendek. Dengan seringnya sinyal palsu dari MA perioda pendek, kalau Anda ingin day trading Anda akan sering terjebak. Lagian, kalau Anda baca pos Hindari Day Trading, Cara Instan Jadi Kaya ! Saya sudah menyarankan pada Anda untuk tidak melakukan day trading.

Itulah tentang setting indikator moving average terbaik. Semoga memberikan pencerahan pada Anda. 

Cara Menggunakan Indikator Moving Average - Part I

Indikator Moving Average (MA) merupakan indikator yang digunakan untuk mengidentifikasi kecenderungan tren arah pergerakan harga saham menggunakan rata2 pergerakan harga selama perioda tertentu. 

Kalau Anda cermati definisi diatas, akan didapatkan dua pemahaman. Pertama, kecenderungan tren. Kedua, rata2 harga saham. Kecenderungan tren artinya indikator MA sering sekali digunakan untuk menentukan tren harga saham, baik tren naik maupun tren turun, ataupun menentukan arah pembalikan tren dari bullish menuju bearish dan sebaliknya. Rata2 harga saham artinya perhitungan indikator MA didapatkan dari rerata harga saham selama perioda jangka waktu tertentu yang sudah Anda tentukan. Bagaimana cara menghitung dan membaca indikator MA? Kita bahas ilustrasi dibawah ini.

Misalkan Anda menggunakan indikator MA 5. Apa artinya MA 5? MA 5 artinya adalah: Rata2 pergerakan harga saham selama 5 HARI TERAKHIR, kemudian hasilnya akan dibagi 5 untuk mendapatkan nilai MA.  Ilustrasinya, misalkan ada 5 harga saham sebagai berikut: 

700 + 750 +800 + 850 + 900 = 4.000 / 5 = 800.

Jika pada hari perdagangan berikutnya harga penutupannya adalah 950, maka perhitungan MA 5 akan berlanjut sebagai berikut:

750 +800 + 850 + 900 + 950 = 4.250 / 5 = 850.

Lalu angka2 tersebut diambil dari mana? Bukannya harga saham terdiri dari Open, High, Low dan Close? Penggunaan indikator MA pada umumnya akan menggunakan nilai harga penutupan (closing), karena harga penutupan merupakan harga terakhir, yang sudah tidak mungkin berubah-ubah lagi.  

Berikut adalah gambaran indikator MA.



Perhatikan garis orange diatas. Garis tersebut adalah garis MA. Garis MA selalu berdekatan dengan candlestick, karena MA berfungsi sebagai garis tren.

Bagaimana implikasi garis MA lebih lanjut? Perioda MA mana yang paling efektif? Silahkan lanjut baca ke part berikutnya: Cara Menggunakan Indikator Moving Average - Part II

Cara Menggunakan Indikator Moving Average - Part II

Baca pos sebelumnya: Cara Menggunakan Indikator Moving Average - Part I

Menggunakan garis MA bisa dilakukan menggunakan dua cara, yaitu menggunakan: satu garis dan atau crossover MA (perpotongan dua garis MA). Berikut adalah cara membaca indikator MA sebagai garis sinyal buy dan sell. 



Ketika garis MA (orange) berpotongan dengan candlestick dari bawah, maka hal tersebut adalah indikasi harga saham rebound (Perhatikan tanda lingkaran). Sebaliknya, ketika garis MA berpotongan dengan dengan candlestick dari atas, maka hal tersebut adalah indikasi harga saham akan koreksi (Perhatikan tanda persegi). 

GARIS MA SEBAGAI GARIS SUPPORT DAN RESISTEN


Garis MA juga bisa berfungsi sebagai garis support dan resisten. Ketika harga saham cenderung terkoreksi, garis MA yang berada di atas harga saham akan berfungsi sebagai garis resisten. Perhatikan grafik dibawah.



Ketikha harga saham WSKT cenderung naik, garis MA berada diatas candlestick, dan ketika WSKT terjadi koreksi, garis MA sebelumnya akan berfungsi sebagai garis resisten (Lihat tanda panah biru). 

GARIS MA SEBAGAI GARIS TREN

Suatu saham dapat dikatakan uptrend apabila garis MA berada DIBAWAH harga saham. Harga saham dalam hal ini maksudnya adalah tercermin dari candlestick. Sedangkan suatu saham dikatakan downtrend, apabila garis MA berada DIATAS harga saham. Kalau harga saham berada diatas garis MA, artinya saham sedang berada dalam tren naik, yang juga bisa mengindikasikan saham tersebut relatif aman untuk Anda beli. Dan sebaliknya, kalau harga saham berada dibawah garis MA, artinya saham berada dalam tren turun, artinya saham tersebut "kurang aman" untuk Anda simpan dan hold. 

MA bisa Memberikan sinyal pada Anda mengenai saham2 bullish yang layak Anda simpan ketimbang saham2 downtrend. Mengapa saya katakan demikian? Karena saham2 yang layak disimpan dan saham2 yang bisa memberikan return pada Anda adalah saham2 yang harganya naik, bukan saham2 yang harganya turun. Inilah fungsi garis MA sebagai garis tren. 

Untuk menggunakan indikator MA sebagai garis tren, saya menyarankan pada Anda untuk menggunakan perioda waktu MA yang agak panjang, misalnya kombinasi MA 20, MA 50 dan MA 100. Atau kalau Anda adalah tipikal jangka panjang, Anda bisa menggunakan perioda tren MA 200. Karena pada dasarnya mennetukan tren adalah untuk jangka waktu menengah - panjang, sehingga jika Anda menggunakan perioda waktu MA yang terlalu kecil, tren harga saham akan tampak sangat fluktuatif dan kurang menggambarkan kondisi tren yang sebenarnya. Kecuali, kalau Anda ingin trading pendek. 

Berikut adalah contoh MA sebagai garis tren, MA 200 hari. 



Tampak pada grafik diatas saham WIKA, pada saat harga WIKA cenderung uptrend, MA 200 (garis orange) berada dibawah harga saham. Sedangkan ketika WIKA mulai terkoreksi cukup banyak, MA 200 berada dibawah harga saham. 

CROSSOVER MOVING AVERAGE

Pada umumnya, para trader sering menggunakan crossover MA (Perpotongan dua buah garis MA). Hal ini dikarenakan crossover MA bisa memberikan sinyal beli-jual melalui perpotongan dua garis tersebut. Perhatikan grafik dibawah. 


Analisis MA dilakukan dengan membandingkan garis MA yang memiliki perioda panjang dengan garis MA yang memiliki perioda pendek. Misalnya perpotongan MA 10 dengan MA 20. Dikatakan sinyal beli / goldencross apabila garis MA yang lebih kecil (perioda pendek) memotong garis MA perioda panjang dari bawah. Dikatakan sinyal jual / deathcross apabila garis MA yang lebih pendek memotong garis MA perioda panjang dari atas, sehingga hal tersebut adalah indikasi harga saham akan turun. 

Jadi patokan Anda ketika menggunakan garis MA adalah dengan melihat MA PERIODA PENDEK sebagai patokan. Apakah MA perioda lebih pendek memotong keatas atau kebawah MA perioda panjang. 

Untuk mempermudah, silahkan lihat rangkuman tabel dibawah.   


Selanjutnya, menentukan perioda MA terbaik seringkali menimbulkan kontroversi. Perioda MA manakah yang terbaik dan perioda manakah yang saya sarankan untuk Anda gunakan? Silahkan baca ke part selanjutnya: Cara Menggunakan Indikator Moving Average - Part III