Di pos ini saya ada pertanyaan untuk Anda. Kalau Anda saya suruh untuk memilih dengan 3 opsi, Anda pilih yang mana:
1. Kondisi market dengan saham2 yang rally terus
2. Kondisi market dengan saham2 turun terus atau
3. Kondisi market dengan keadaan saham yang fluktuatif saja
Ok, kita mulai dari opsi pertama. Sebagian trader yang memilih banyak saham yang rally terus. Rally terus artinya banyak saham2 yang sedang uptrend. Bagi Anda dan saya, kalau melihat saham2 uptrend tentu akan "menyegarkan mata" ketimbang melihat saham2 yang turun terus. Bagi trader, Anda maupun saya, saham2 yang naik akan memberikan cuan yang besar. Tetapi sejujurnya, saya kurang suka kalau saham2 naik terus terlalu kencang. Mau tahu alasannya?
Pertama. Dilema menerapkan strategi buy high, sell higher. Ketika pasar modal bullish kencang, Anda akan sering menemukan saham2 yang naik sampai menembus all time high. Kalau Anda belum pegang sahamnya sama sekali dan harganya sudah naik kencang, maka jika Anda memutuskan buy, Anda harus menggunakan strategi buy high sell higher.
Dalam kondisi pasar bullish Anda akan sering menemui saham2 yang rally kencang sekali, tetapi pada saat tertentu, saham2 yang naik bisa langsung turun 4% bahkan lebih dalam sehari. Kalau Anda yang punya prinsip buy high, sell higher dan momennya nggak pas, saham Anda bisa2 malah turun banyak.
Kedua. Menunggu market dan saham2 Anda koreksi. Masalahnya: Kapan koreksinya? Kalau Anda nggak jago menerapkan strategi buy high sell higher, dan Anda menunggu saham2 turun, tapi malah naik terus, bisa2 Anda nggak trading. Itulah kenapa saya kurang suka kalau market berada dalam kondisi yang bullish terlalu kencang.
Ketiga. Perlu modal lebih besar. Kalau saham2 rally terus, harganya naik terus artinya harga sahamnya akan semakin tinggi. Berarti Anda harus membeli saham dengan modal yang lebih besar.
Keempat. Harus mengubah lagi titik support-resisten. Anda mungkin sudah nyaman menentukan titik support resisten suatu saham. Misalnya: Saham PWON sebelumnya selalu bergerak dalam range support: 488 - 510 dan resisten: 540-550. Tiba2 saham tersebut naik kencang sampai menembus 630. Maka, analisis garis support-resisten yang lama tidak berlaku lagi, Anda harus menentukan garis support dan resisten yang baru.
Menentukan titik support-resisten yang baru ada kemungkinan malah bisa meleset. Baca juga: Makna Penting Garis Support dan Resisten Part I. Makna Penting Garis Support dan Resisten Part II. Makna Penting Garis Support dan Resisten Part III.
Anda mungkin masih kurang puas dengan jawaban saya diatas, Anda bertanya-tanya lagi:
Kenapa opsi pertama (saham rally terus) kurang Bung Heze sukai? Bukankah kalau saham2 naik artinya perekonomian juga baik?
Belum tentu juga. Saham yang rally terus belum tentu mengindikasikan perekonomian yang baik. Bisa saja itu hanyalah euforia pasar semata. Masalahnya, sekarang pasar modal kita masih dikuasai 64% lebih asing, sisanya domestik. Kalau market naik kencang, biasanya selalu dikaitkan dengan aksi borong saham oleh pihak asing. Nah, yang jadi persoalan kalau kemudian asing tiba2 buang barang, maka saham2 Anda tidak menutup kemungkinan akan ikut turun banyak.
Contohnya seperti pada tahun 2015, saat perekonomian lesu sebelumnya diawali dengan saham2 yang rally terus akibat euforia pasar. Pada saat asing mulai jual barang, IHSG perlahan-lahan rontok.
Sekarang saya bahas opsi kedua: Sebagian trader yang memilih agar saham2 turun terus. Lho, apa tujuannya kok Anda ingin market turun terus?
"Supaya bisa ambil saham di harga bawah". Jawab Anda dengan nada yakin.
Ya, market turun memang tujuannya untuk itu: membeli saham di harga low (buy low sell highest). Tapi kalau pasar saham turun terus ya nggak enak kan. Anda akan nunggu2 terus kapan ya market naik lagi? Harga saham sudah turun kok malah turun terus. Kalau pasar saham turun terus kan artinya perekonomian juga lesu. Jadi, untuk opsi kedua ini, jelas saya nggak memilih sama sekali.
Opsi ketiga: Market fluktuatif. Fluktuatif disini maksudnya adalah pasar saham tetap berada dalam tren naikknya, tetapi tidak bergerak naik terlalu liar, tetapi juga tidak anjlok. Kenaikan tetaplah wajar, dan koreksi sehat tetaplah wajar. Inilah market yang saya sukai.
Market yang lebih fluktuatif, akan lebih mudah menentukan titik support-resisten suat saham, tanpa harus banyak merubah batasan support dan resisten. Sehingga, kalau pasar saham dalam kondisi yang lebih fluktuatif, maka seorang trader bisa mendapatkan cuan dari trading pendek (beberapa hari), hanya dengan menentukan batasan support dan resisten yang lebih pasti.
Hanya saja, kekurangannya kondisi market yang fluktuatif sekali, bisa menjebak Anda. Saham dibeli, harga bisa turun. Hal ini bisa disiasati dengan trading pada beberapa saham pilihan saja.
[Catatan: Saham yang rally terus maupun turun terus, bukan berarti sama sekali tidak berfluktuasi. Pasar saham dalam kondisi apapun selalu tetap berfluktuasi.]
Namun Anda dan saya sebagai investor ritel, tidak mungkin bisa mengatur kondisi market. Apapun kondisi market yang sedang terjadi, Anda harus menyikapinya dengan bijaksana. Jangan mudah terbawa euforia, jangan mudah panik kalau saham turun. Jadikan pasar saham sebagai motivasi dan tantangan untuk trading.
1. Kondisi market dengan saham2 yang rally terus
2. Kondisi market dengan saham2 turun terus atau
3. Kondisi market dengan keadaan saham yang fluktuatif saja
Ok, kita mulai dari opsi pertama. Sebagian trader yang memilih banyak saham yang rally terus. Rally terus artinya banyak saham2 yang sedang uptrend. Bagi Anda dan saya, kalau melihat saham2 uptrend tentu akan "menyegarkan mata" ketimbang melihat saham2 yang turun terus. Bagi trader, Anda maupun saya, saham2 yang naik akan memberikan cuan yang besar. Tetapi sejujurnya, saya kurang suka kalau saham2 naik terus terlalu kencang. Mau tahu alasannya?
Pertama. Dilema menerapkan strategi buy high, sell higher. Ketika pasar modal bullish kencang, Anda akan sering menemukan saham2 yang naik sampai menembus all time high. Kalau Anda belum pegang sahamnya sama sekali dan harganya sudah naik kencang, maka jika Anda memutuskan buy, Anda harus menggunakan strategi buy high sell higher.
Dalam kondisi pasar bullish Anda akan sering menemui saham2 yang rally kencang sekali, tetapi pada saat tertentu, saham2 yang naik bisa langsung turun 4% bahkan lebih dalam sehari. Kalau Anda yang punya prinsip buy high, sell higher dan momennya nggak pas, saham Anda bisa2 malah turun banyak.
Kedua. Menunggu market dan saham2 Anda koreksi. Masalahnya: Kapan koreksinya? Kalau Anda nggak jago menerapkan strategi buy high sell higher, dan Anda menunggu saham2 turun, tapi malah naik terus, bisa2 Anda nggak trading. Itulah kenapa saya kurang suka kalau market berada dalam kondisi yang bullish terlalu kencang.
Ketiga. Perlu modal lebih besar. Kalau saham2 rally terus, harganya naik terus artinya harga sahamnya akan semakin tinggi. Berarti Anda harus membeli saham dengan modal yang lebih besar.
Keempat. Harus mengubah lagi titik support-resisten. Anda mungkin sudah nyaman menentukan titik support resisten suatu saham. Misalnya: Saham PWON sebelumnya selalu bergerak dalam range support: 488 - 510 dan resisten: 540-550. Tiba2 saham tersebut naik kencang sampai menembus 630. Maka, analisis garis support-resisten yang lama tidak berlaku lagi, Anda harus menentukan garis support dan resisten yang baru.
Menentukan titik support-resisten yang baru ada kemungkinan malah bisa meleset. Baca juga: Makna Penting Garis Support dan Resisten Part I. Makna Penting Garis Support dan Resisten Part II. Makna Penting Garis Support dan Resisten Part III.
Anda mungkin masih kurang puas dengan jawaban saya diatas, Anda bertanya-tanya lagi:
Kenapa opsi pertama (saham rally terus) kurang Bung Heze sukai? Bukankah kalau saham2 naik artinya perekonomian juga baik?
Belum tentu juga. Saham yang rally terus belum tentu mengindikasikan perekonomian yang baik. Bisa saja itu hanyalah euforia pasar semata. Masalahnya, sekarang pasar modal kita masih dikuasai 64% lebih asing, sisanya domestik. Kalau market naik kencang, biasanya selalu dikaitkan dengan aksi borong saham oleh pihak asing. Nah, yang jadi persoalan kalau kemudian asing tiba2 buang barang, maka saham2 Anda tidak menutup kemungkinan akan ikut turun banyak.
Contohnya seperti pada tahun 2015, saat perekonomian lesu sebelumnya diawali dengan saham2 yang rally terus akibat euforia pasar. Pada saat asing mulai jual barang, IHSG perlahan-lahan rontok.
Sekarang saya bahas opsi kedua: Sebagian trader yang memilih agar saham2 turun terus. Lho, apa tujuannya kok Anda ingin market turun terus?
"Supaya bisa ambil saham di harga bawah". Jawab Anda dengan nada yakin.
Ya, market turun memang tujuannya untuk itu: membeli saham di harga low (buy low sell highest). Tapi kalau pasar saham turun terus ya nggak enak kan. Anda akan nunggu2 terus kapan ya market naik lagi? Harga saham sudah turun kok malah turun terus. Kalau pasar saham turun terus kan artinya perekonomian juga lesu. Jadi, untuk opsi kedua ini, jelas saya nggak memilih sama sekali.
Opsi ketiga: Market fluktuatif. Fluktuatif disini maksudnya adalah pasar saham tetap berada dalam tren naikknya, tetapi tidak bergerak naik terlalu liar, tetapi juga tidak anjlok. Kenaikan tetaplah wajar, dan koreksi sehat tetaplah wajar. Inilah market yang saya sukai.
Market yang lebih fluktuatif, akan lebih mudah menentukan titik support-resisten suat saham, tanpa harus banyak merubah batasan support dan resisten. Sehingga, kalau pasar saham dalam kondisi yang lebih fluktuatif, maka seorang trader bisa mendapatkan cuan dari trading pendek (beberapa hari), hanya dengan menentukan batasan support dan resisten yang lebih pasti.
Hanya saja, kekurangannya kondisi market yang fluktuatif sekali, bisa menjebak Anda. Saham dibeli, harga bisa turun. Hal ini bisa disiasati dengan trading pada beberapa saham pilihan saja.
[Catatan: Saham yang rally terus maupun turun terus, bukan berarti sama sekali tidak berfluktuasi. Pasar saham dalam kondisi apapun selalu tetap berfluktuasi.]
Namun Anda dan saya sebagai investor ritel, tidak mungkin bisa mengatur kondisi market. Apapun kondisi market yang sedang terjadi, Anda harus menyikapinya dengan bijaksana. Jangan mudah terbawa euforia, jangan mudah panik kalau saham turun. Jadikan pasar saham sebagai motivasi dan tantangan untuk trading.