Thursday, August 04, 2016

Pengaruh Berita dan Keputusan Trading Saham

Di pasar modal akan selalu ramai dengan berita pasar, berita emiten, berita lain2 yang ada kaitannya dengan naik-turunnya IHSG. Setiap ada good news, IHSG bisa langsung melejit. Sebaliknya, ketika ada bad news, IHSG langsung ambruk. Contohnya: Ketika terjadi Brexit (Britain Exit), IHSG langsung anjlok, padahal sejatinya pengaruh Brexit ke Indonesia tidak ada pengaruh secara langsung. 

Jadi seumpama ada berita2 seperti ini:

Nilai ekspor Indonesia bulan ini turun drastis. Apakah itu artinya Anda tidak trading dulu hari itu?

Indeks Asia dibuka sumringah. Apakah itu artinya saatnya Anda trading dan beli saham banyak2?

The FED akan menaikkan suku bunga. Apakah itu artinya Anda tidak usah trading sampai The FED menurunkan suku bunganya?

Laba SMGR semester ini naik dibandingkan perioda yang sama tahun lalu. Apakah itu artinya Anda segera beli saham SMGR?

Jika Anda jawab YA, maka Anda harus banyak belajar analisis teknikal, jangan terpaku pada berita. Berita bukanlah patokan Anda mengambil keputusan trading, tetapi berita ada untuk Anda cermati. Dan satu lagi, berita ada untuk menambah wawasan Anda. Bukan untuk keputusan final jual beli saham. Mengapa demikian?

Saya kasih satu contoh, dari sekian banyak contoh. Kemarin sebelum pasar saham buka, saya baca berita tentang muramnya pasar ASEAN akibat tingginya impor baja dari China. Sebagaimana Anda tahu, barang produk China sangat kuat di pasaran karena harga murah, tapi kualitasnya nggak murahan. China bisa menekan biaya produksi seminimal mungkin. Ketika impor baja meningkat, hal itu turut menekan kelangsungan industri2  baja di Indonesia. Dalam berita Kontan, disebutkan, salah satunya perusahaan baja di Indonesia yang terbesar yaitu PT Krakatau Steel (KRAS). 

Artinya, seharusnya saham KRAS hari itu juga akan turun kan. Tetapi? Pada penutupan, KRAS malah naik sebanyak 6,35%. Dan waktu itu, KRAS memang sudah menunjukkan teknikal rebound, baik dari indikator stochastic, momentum, A/D. Hal ini mengindikasikan bahwa berita bukanlah dasar keputusan untuk membeli dan menjual saham. 

Namun, bukan berarti berita itu tidak penting. Jika berita itu adalah berita yang memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap IHSG, Anda harus peka. Contohnya, ketika Anda mengamati nilai tukar Rupiah terus turun, banyak sektor usaha rugi, tapi IHSG naik terus seperti pada tahun 2015. Nah, ini yang perlu Anda waspadai. Itu adalah indikasi "bubble" ekonomi. Kalau sudah melihat indikasi seperti itu, suatu saat "gelembung"-nya akan meletus. Artinya, Anda harus cepat2 keluar dari pasar dan usahakan jangan trading dulu (wait and see). 

Tapi inti dari pos ini adalah mengajarkan Anda supaya jangan terlalu latah dengan berita. Inti dari trading saham itu sebenarnya cuma satu: Analisis Teknikal. Silahkan baca pos: Prinsip-prinsip Dasar Analisis Teknikal. Coba Anda bayangkan, apakah Anda bisa mengambil keputusan objektif jika Anda memiliki terlalu banyak berita2 informasi? Tentu tidak kan?

Dalam trading saham, banyak trader yang masih sering mengandalkan berita. Laba PT A naik, berarti harga sahamnya bakal naik. Tidak seperti itu. Kalau Anda adalah seorang teknikalis, yang perlu Anda perhatikan adalah momentum-nya (analisis teknikal). So, kalau Anda mau trading saham, fokuslah saja belajar analisis teknikal. Baca pos: Panduan Belajar Analisis Teknikal Saham/Forex.