Friday, August 26, 2016

Tujuan Emiten Melakukan Stock Split

Baca pos tentang stock split: Stock Split di Bursa Saham

Di pos sebelumnya, saya sudah menjelaskan banyak tentang stock split. Sekarang, apa tujuan emiten melakukan stock split? Jawabannya adalah: Meningkatkan likuiditas saham perusahaan. Dengan harga saham yang sudah dipecah (harganya lebih rendah), akan lebih menjangkau investor2 ritel dengan dana kecil untuk membeli saham perusahaan. 

Kalau harga saham terlalu tinggi kan, semakin besar dana yang dibutuhkan untuk membeli saham, sehingga semakin tinggi harga saham, semakin sulit dijangkau investor. Itulah mengapa, dengan adanya stock split harga saham perusahaan jadi lebih likuid. 

Kalau tujuannya meningkatkan likuiditas saham, lalu apa untungnya untuk emiten? Apakah dengan saham yang lebih likuid, maka emiten akan memperoleh laba lebih banyak?

Sama sekali tidak. 

Harga saham likuid tidak ada hubungannya dengan kinerja perusahaan. Kalau dipikir-pikir lagi, dengan stock split perusahaan malah mengeluarkan biaya adminstrasi menerbitkan saham ya? Kalau hanya sekedar sahamnya biar likuid, tapi nggak ada efek apapun ke emiten, lalu kenapa perusahaan kok repot2 melakukan stock split?

Pertama, stock split adalah kesadaran emiten untuk memuaskan pemegang saham. Memang tidak paksaan untuk melakukan stock split, namun sebagai emiten (perusahaan go public), sudah seharusnya emiten harus memberikan nilai lebih bagi pemegang saham. Salah satunya kalau harga saham perusahaan sudah terlalu tinggi, perusahaan ya harus mau stock split. 

Kedua, Dengan stock split jumlah investor publik di perusahaan tersebut akan meningkat (semakin likuid). Oleh karena itu, sahamnya akan jadi semakin menarik. Kalau jumlah investor di perusahaan meningkat, dan kalau saham emiten tersebut jadi semakin likuid, emiten yang bersangkutan akan lebih mudah untuk mencari pendanaan baru melalui pasar modal, misalnya melalui right issue. Emiten akan lebih mudah untuk menggaet investor untuk ikut dalam pendanaan emiten, sehingga emiten tersebut akan lebih mudah untuk mendapatkan dana segar. 

Ketiga, desakan dari pihak berwenang (Baca: Bursa Efek Indonesia atau BEI). BEI selalu mengawasi saham2 yang tidak likuid. Saham2 yang tidak likuid karena harga sahamnya terlalu tinggi, akan diberikan warning untuk segera stock split. Saya berikan satu contoh. Sebelum stock split, PT Multi Bintang Indonesia (MLBI) adalah emiten dengan harga saham termahal di Bursa. Harganya mencapai Rp1.000.000 (satu juta rupiah) per lembar saham!

Siapa juga yang mau beli harga saham segitu mahalnya. Sudah jelas saham MLBI sangat tidak likuid pada waktu itu. Oleh karena itu, BEI memberikan "warning" kepada manajemen MLBI untuk segera melakukan stock split. Kalau Anda baca berita2 tentang "stock split MLBI", Anda akan menemukan banyak pernyataan dari BEI yang intinya menyatakan bahwa: "Saham2 yang harganya sudah tinggi harus stock split. Dan perusahaan yang nggak mau stock split sebaiknya di-delisting (keluar dari Bursa)". 

Kita memang tidak bisa menyimpulkan apakah MLBI stock split karena diwajibkan oleh pihak BEI atau karena keinginan sendiri, hanya manajemen MLBI yang tahu. Tetapi, setidaknya pihak BEI sudah memberikan "warning" kepada emiten MLBI untuk stock split. MLBI akhirnya melakukan stock split dengan rasio 1: 100. 

Itulah tujuan emiten melakukan stock split. Saya rasa Anda pasti bisa memahami dengan mudah.   

Grafik Saham Sebelum dan Setelah Stock Split 

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana harga saham sebelum dan sesudah stock split? Cenderung naik atau turun?

Emiten yang stock split harga sahamnya biasanya naik di awal2. Saya juga tidak tahu mengapa kecenderungannya naik, padahal stock split tidak ada hubungannya dengan kinerja emiten. Satu alasan yang mungkin adalah karena investor senang karena sahamnya semakin mudah dijangkau, itulah mengapa harga sahamnya biasanya cenderung naik. 

Grafik saham emiten yang pernah melakukan stock split terlihat jelas. Perhatikan gambar dibawah. 



Grafik diatas adalah saham HMSP yang melakukan stock split pada Juni 2016 lalu. Perhatikan, emiten yang melakukan stock split pada grafiknya selalu terlihat "agak janggal". Karena harga saham semula diatas cuku tinggi, tiba2 keesokan hari turun sangat tajam (perhatikan gambar diatas). Penurunan sangat tajam kemudian diikuti dengan volume yang semakin banyak (perhatikan tanda lingkaran). 

Jadi, sebelum stock split harga saham perusahaan akan tampak tinggi dengan volume yang sedikit. Setelah stock split, harga saham perusahaan akan terkesan "anjlok" secara tiba2 dan diikuti dengan volume yang semakin besar (menunjukkan bahwa saham semakin likuid karena stock split). Jadi, kalau Anda menemukan grafik saham seperti gambar diatas, Anda nggak usah bingung. Grafik tersebut bisa terjadi karena perusahaan melakukan aksi korporasi, yaitu: STOCK SPLIT.

Bagaimana dengan stock split? Mudah dipahami kan?

Pengertian dan Ilustrasi Stock Split

Ketika menjalani aktivitas trading, Pernahkah Anda mendengar istilah STOCK SPLIT  di pasar saham? MLBI akan melakukan stock split dengan rasio 1:100. Apa artinya pengumuman tersebut? Nah, sebelum membahas lebih lanjut, ada baiknya mengerti istilah stock split terlebih dahulu.

Stock split (pemecahan saham) adalah pemecahan satu lembar saham menjadi beberapa lembar saham. Masih bingung mencerna kalimat tersebut? Saya berikan ilustrasinya. 

Anda memiliki uang Rp100.000 (seratus ribu rupiah) sebanyak satu lembar, dan ingin berbelanja di pasar. Anda merasa bahwa uang tersebut terlalu besar. Oleh karena itu, Anda menukarkan Rp100.000 kepada teman Anda menjadi Rp50.000 (lima puluh ribu rupiah) sebanyak 2 lembar. Lihat gambar ilustrasi dibawah.



Itulah stock split. Sudah paham? Stock split tidak akan mengubah jumlah nominal nilai saham Anda (Rupiah), tetapi hanya merubah JUMLAH SAHAM Anda. Dengan stcok split, jumlah saham Anda akan menjadi semakin banyak. Karena jumlah saham setelah stock split semakin banyak, maka stock split akan menambah JUMLAH LEMBAR SAHAM YANG BEREDAR, tetapi tidak merubah nilai Rupiah saham itu sendiri. 

1 lembar uang Rp100.000 = 1 x Rp100.000 = Rp100.000   

2 lembar uang Rp50.000 = 2x Rp50.000 = Rp100.000

Anda lihat, nilai rupiah nggak berubah, yang berubah hanya jumlah lembarnya saja. Semula Anda memiliki 1 lembar, sekarang Anda memiliki 2 lembar dengan jumlah (pemecahan) mata uang yang lebih kecil. 

Penerapan Stock Split di Pasar Saham

Perusahaan PT HM Sampoerna (HMSP) melakukan stock split, berikut pengumumannya:

Rasio pemecahan saham: 1:25.
Cum date: 13 Juni 2016
Ex date: 14 Juni 2016

Arti pengumuman tersebut adalah: Setiap 1 (satu) pemegang saham HSMP sampai dengan tanggal cum date 13 Juni 2016, akan mendapatkan 25 lembar saham pada tanggal ex date 14 Juni 2016. Sebelum stock split, harga saham HMSP ada di kisaran 92.000 per lembar. Saya ambil harga 92.500, jadi setelah stock split, harga saham HMSP akan berada di kisaran 3.808 (92.500: 25). 

Terus, apa tujuan emiten melakukan stock split? Dan bagaimana pergerakan harga saham setelah emiten melakukan stock split? Apa ciri2 emiten yang melakukan stock split? Silahkan baca pos: Tujuan Emiten Melakukan Stock Split.

Thursday, August 25, 2016

Harga Saham Naik 10%, Yakin Mau Buy?

Sejak DPR menyetujui rancangan UU Tax Amnesty pada 28 Juni 2016, IHSG terus saja naik. Kita sudah pernah membahasnya di pos ini: Tetap Slow dan Waspada Saat Saham Naik. Di saat pasar saham bullish seperti ini, saya sering sekali menemukan saham2 yang harganya dalam sehari tiba2 bisa melejit sampai 10% lebih. Dan tidak jarang "para analis" sering memberikan rekomendasi atau seolah-olah ajakan untuk membeli saham tersebut. 

Kalau ada saham yang tiba2 naik sebanyak itu dalam sehari, tidak menutup kemungkinan keesokan harinya naik akan melanjutkan kenaikannya, bahkan bukan naik biasa, tapi kenaikan yang kencang sekali. Yang jadi masalah, apakah kalau menemukan saham2 seperti itu Anda sebaiknya beli?

Jawabannya: 90% tidak dan 10% ya.  Nah lho ?

Mari saya jelaskan. Dalam kondisi pasar saham bullish seperti saat ini, ada banyak sekali saham  yang tiba2 dalam sehari naik kuencanggg sekali. Katakanlah: WOMF, POOL, INDS, IMJS, HRUM, MYOH dan masih banyak lainnya yang mencatat kenaikan drastis. Kalau Anda menemukan saham2 yang tiba2 naik kencang PADAHAL ANDA JARANG MEMPERHATIKAN SAHAM2 TERSEBUT, maka jangan pernah mengejarnya (Buy).

Bagaimana kalau Anda coba beli saham2 yang naik 10% secara tiba2, dan saham itu belum pernah Anda pantau sebelumnya? 

Oke saya beri satu contoh saham yang naik pesat: INDS. Perhatikan grafik INDS dibawah.


Asumsikan INDS adalah saham yang tidak pernah Anda pantau sebelumnya (Anda tidak paham pola teknikal saham INDS). Pada 10 Agustus 2016, saham INDS mampu mencetak harga high 1.315 (perhatikan tanda panah). Tentu saja INDS sudah mengalami kenaikan harga yang sangat pesat, bahkan hari itu adalah harga tertingginya selama satu tahun. Dan selain itu, pada bulan Maret 2016 harganya masih di kisaran 380-an!

Anda yang tidak pernah perhatikan saham INDS, belum pernah pegang saham INDS sejak harganya masih 380-an, dan tiba2 Anda nyadar INDS naik terus dengan pesat. Pada waktu Anda perhatikan ternyata harganya sudah tembus resisten 1 tahun. Anda yakin kalau saham INDS bakal naik lagi, akhirnya Anda berambisi untuk mengejar dan Anda buy di harga 1.300. Ternyata, keesokan harinya 11 Agustus 2016 harga INDS bukannya naik malah turun drastis, dengan haga high hanya 1.155 dan ditutup hanya di harga 1.060. (Perhatikan candle merah setelah tanda panah, menunjukkan penurunan drastis harga saham INDS)


Apa yang terjadi? Saham Anda nyangkut. Ya, bayangkan saja, begitu beli di 1.300 tiba2 dalam satu hari langsung amblas ke 1.155. Ini adalah pelajaran yang bisa Anda dapatkan: Anda jangan pernah berambisi mengejar saham2 yang naik pesat, padahal Anda tidak pernah memperhatikan saham tersebut sebelumnya, Anda juga tidak kenal pola teknikal saham tersebut. Trading dengan cara seperti itu, akan sangat mempengaruhi kondisi psikologis Anda.  

Anda harus trading mengikuti trading plan yang Anda siapkan. Kalau Anda tergoda dengan saham2 yang naik kencang yang jarang Anda perhatikan (diluar pengawasan monitoring saham Anda), sudah bisa kebaca kalau Anda tidak punya trading plan. Baca juga: Ciri2 Trader yang Tidak Punya Trading Plan (Belum terbit.. coming soon).

Nah, disinilah peran TRADING PLAN berbicara. Trading plan yang seperti apa? Supaya Anda tidak mudah tergoda mengejar saham2 yang naiknya nggak jelas, Anda harus membuat trading plan seleksi saham2 yang  layak dibeli secara analisis teknikal. Artinya, Anda harus trading hanya pada beberapa saham saja yang Anda pahami. Ingat quote Waaren Buffet:
"Risiko trading saham dapat berkurang banyak apabila Anda trading pada beberapa saham saja."
Dengan memantau beberapa saham saja, Anda tidak akan tergoda oleh saham2 yang naik nggak jelas dan di luar pemantauan Anda. 

Nah, tadi saya bilang 90% jangan dibeli dan 10% boleh beli. Dalam hal apa Anda boleh beli?

Anda boleh beli saham yang naik 10% secara cepat, kalau saham tersebut adalah saham yang memang sudah berada dalam pantauan Anda, dan Anda yakin kalau saham tersebut akan tetap melanjutkan kenaikan (rally). 

Jadi, inti dari trading saham adalah: Bagaimana  Anda mengenali pola suatu saham dan bisa mendapat profit konsisten, serta rugi seminimal mungkin, dan bekerja sesuai dengan trading plan. Bukan mengejar barang2 yang tidak Anda kenal. Ibarat pergi ke supermarket untuk belanja, kemudian membeli barang secara asal. 

Saturday, August 20, 2016

Saham Rally Terus, Turun Terus, atau Fluktuatif?

Di pos ini saya ada pertanyaan untuk Anda. Kalau Anda saya suruh untuk memilih dengan 3 opsi, Anda pilih yang mana: 

1. Kondisi market dengan saham2 yang rally terus
2. Kondisi market dengan saham2 turun terus atau 
3. Kondisi market dengan keadaan saham yang fluktuatif saja

Ok, kita mulai dari opsi pertama. Sebagian trader yang memilih banyak saham yang  rally terus. Rally terus artinya banyak saham2 yang sedang uptrend. Bagi Anda dan saya, kalau melihat saham2 uptrend tentu akan "menyegarkan mata" ketimbang melihat saham2 yang turun terus. Bagi trader, Anda maupun saya, saham2 yang naik akan memberikan cuan yang besar. Tetapi sejujurnya, saya kurang suka kalau saham2 naik terus terlalu kencang. Mau tahu alasannya?

Pertama. Dilema menerapkan strategi buy high, sell higher. Ketika pasar modal bullish kencang, Anda akan sering menemukan saham2 yang naik sampai menembus all time high. Kalau Anda belum pegang sahamnya sama sekali dan harganya sudah naik kencang, maka jika Anda memutuskan buy, Anda harus menggunakan strategi buy high sell higher. 

Dalam kondisi pasar bullish Anda akan sering menemui saham2 yang rally kencang sekali, tetapi pada saat tertentu, saham2 yang naik bisa langsung turun 4% bahkan lebih dalam sehari. Kalau Anda yang punya prinsip buy high, sell higher dan momennya nggak pas, saham Anda bisa2 malah turun banyak. 

Kedua. Menunggu market dan saham2 Anda koreksi. Masalahnya: Kapan koreksinya? Kalau Anda nggak jago menerapkan strategi buy high sell higher, dan Anda menunggu saham2 turun, tapi malah naik terus, bisa2 Anda nggak trading. Itulah kenapa saya kurang suka kalau market berada dalam kondisi yang bullish terlalu kencang.

Ketiga. Perlu modal lebih besar. Kalau saham2 rally terus, harganya naik terus artinya harga sahamnya akan semakin tinggi. Berarti Anda harus membeli saham dengan modal yang lebih besar. 

Keempat. Harus mengubah lagi titik support-resisten. Anda mungkin sudah nyaman menentukan titik support resisten suatu saham. Misalnya: Saham PWON sebelumnya selalu bergerak dalam range support: 488 - 510 dan resisten: 540-550. Tiba2 saham tersebut naik kencang sampai menembus 630. Maka, analisis garis support-resisten yang lama tidak berlaku lagi, Anda harus menentukan garis support dan resisten yang baru. 

Menentukan titik support-resisten yang baru ada kemungkinan malah bisa meleset. Baca juga: Makna Penting Garis Support dan Resisten Part IMakna Penting Garis Support dan Resisten Part II. Makna Penting Garis Support dan Resisten Part III.

Anda mungkin masih kurang puas dengan jawaban saya diatas, Anda bertanya-tanya lagi: 
Kenapa opsi pertama (saham rally terus) kurang Bung Heze sukai? Bukankah kalau saham2 naik artinya perekonomian juga baik? 

Belum tentu juga. Saham yang rally terus belum tentu mengindikasikan perekonomian yang baik. Bisa saja itu hanyalah euforia pasar semata.  Masalahnya, sekarang pasar modal kita masih dikuasai 64% lebih asing, sisanya domestik. Kalau market naik kencang, biasanya selalu dikaitkan dengan aksi borong saham oleh pihak asing. Nah, yang jadi persoalan kalau kemudian asing tiba2 buang barang, maka saham2 Anda tidak menutup kemungkinan akan ikut turun banyak. 

Contohnya seperti pada tahun 2015, saat perekonomian lesu sebelumnya diawali dengan saham2 yang rally terus akibat euforia pasar. Pada saat asing mulai jual barang, IHSG perlahan-lahan rontok. 

Sekarang saya bahas opsi kedua: Sebagian trader yang memilih agar saham2 turun terus. Lho, apa tujuannya kok Anda ingin market turun terus? 

"Supaya bisa ambil saham di harga bawah". Jawab Anda dengan nada yakin.  

Ya, market turun memang tujuannya untuk itu: membeli saham di harga low (buy low sell highest). Tapi kalau pasar saham turun terus ya nggak enak kan. Anda akan nunggu2 terus kapan ya market naik lagi? Harga saham sudah turun kok malah turun terus. Kalau pasar saham turun terus kan artinya perekonomian juga lesu. Jadi, untuk opsi kedua ini, jelas saya nggak memilih sama sekali. 

Opsi ketiga: Market fluktuatif. Fluktuatif disini maksudnya adalah pasar saham tetap berada dalam tren naikknya, tetapi tidak bergerak naik terlalu liar, tetapi juga tidak anjlok. Kenaikan tetaplah wajar, dan koreksi sehat tetaplah wajar. Inilah market yang saya sukai. 

Market yang lebih fluktuatif, akan lebih mudah menentukan titik support-resisten suat saham, tanpa harus banyak merubah batasan support dan resisten. Sehingga, kalau pasar saham dalam kondisi yang lebih fluktuatif, maka seorang trader bisa mendapatkan cuan dari trading pendek (beberapa hari), hanya dengan menentukan batasan support dan resisten yang lebih pasti. 

Hanya saja, kekurangannya kondisi market yang fluktuatif sekali, bisa menjebak Anda. Saham dibeli, harga bisa turun. Hal ini bisa disiasati dengan trading pada beberapa saham pilihan saja. 

[Catatan: Saham yang rally terus maupun turun terus, bukan berarti sama sekali tidak berfluktuasi. Pasar saham dalam kondisi apapun selalu tetap berfluktuasi.]

Namun Anda dan saya sebagai investor ritel, tidak mungkin bisa mengatur kondisi market. Apapun kondisi market yang sedang terjadi, Anda harus menyikapinya dengan bijaksana. Jangan mudah terbawa euforia, jangan mudah panik kalau saham turun. Jadikan pasar saham sebagai motivasi dan tantangan untuk trading.  

Full Time Trader dan Trading for A Living, Sama atau Beda?

Dalam dunia pasar modal, Anda pasti sering mendengar istilah full time trader (FTT).  Bagi saya full time trader adalah sebuah profesi yang sangat menjanjikan. Mengenai full time trader, saya pernah membahasnya di pos ini: Menjadi Full Time Trader Part I. Baca juga part II: Menjadi Full Time Trader Part II. 

Kata2 full time trader selalu dikaitkan dengan trading for a living. Nah, sebelum membahas lebih dalam, saya ingin bertanya pada Anda: Apakah istilah keduanya sama atau berbeda? Sebelum para trader salah dan terjebak dengan kedua istilah diatas, ada baiknya saya menjelaskan mengenai kedua istilah tersebut. 

Dari segi arti / makna saja sebenarnya sudah berbeda. Kalau diterjemahkan:

Full time trader = Trader (pedagang) saham purna waktu.
Trading for A Living = Trading untuk (memenuhi kebutuhan) hidup.

Full time trader berarti pekerjaan utamanya adalah trading. Karena pekerjaan utama full time trader adalah trading saham/ forex, artinya seorang full time trader mendapatkan penghasilan utamanya dari trading. Makan, membiayai anak sekolah, menabung, membayar kebutuhan sehari-hari dari hasil trading. Maka, seorang full time trader dapat dikatakan trading for a living.  

Sedangkan trading for a living belum tentu mereka adalah seorang full time trader. Lho kok bisa begitu? Saya jelaskan dengan ilustrasi. Ilustrasi 1:

Andi adalah seorang pekerja kantoran (penghasilan utama dari gaji). Selain bekerja di kantor juga memiliki bisnis sampingan, yaitu trading saham. Modal trading saham Andi adalah 100 juta. Karena Andi sudah pemain saham kawakan, Andi selalu dapat untung 10% per bulan = profit 10 juta per bulan. 

Andi berkeluarga dan biaya kebutuhan hidupnya cukup besar. Penghasilan dari gaji utamanya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tetapi, dengan mendapatkan 10 juta per bulan dari trading saham, maka Andi bisa memenuhi kebutuhan hidupnya lebih dari cukup. 

Dari contoh kasus diatas, dapat dikatakan bahwa Andi trading saham dengan tujuan: Trading for a living. Tetapi, perlu diingat Andi bukanlah seorang full time trader. Bagi Andi, trading hanyalah pekerjaan sampingan, karena Andi tidak melepas pekerjaan utamanya di kantor.

Sekarang saya akan berikan ilustrasi 2:

Si Billy tidak lagi bekerja kantoran, hanya trading di rumah dengan modal besar, dan kebutuhan hidupnya dipenuhi dari trading. Akan tetapi, Billy ini beli saham terus ditinggal melakukan aktivitas lainnya. Karena Billy ternyata juga menjalankan bisnis konveksi dan buka toko. 

Apakah dalam hal ini, Billy bisa dikatakan sebagai full time trader? Tentu saja tidak. Mengapa? Karena Billy tidak trading secara penuh (full). Beli saham, lalu ditinggal (tunggu saja nanti kalau naik), yang penting kerjakan pekerjaan lain dulu: Konveksi dan urusan toko. Tetapi, Billy bisa dikatakan trading for a living, karena ya memang Billy trading untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.     

Yang namanya full time trader, ya harus trading full. Artinya, harus memantau pergerakan saham secara real time, meskipun hanya bekerja di  rumah. Memantau pergerakan saham secara real time means bekerja layaknya seorang broker di kantor sekuritas yang mengikuti jam trading Bursa saham (meskipun trading tidak harus dilakukan setiap hari). Baca juga: Jam Trading Bursa Saham Indonesia. Kalau Anda bekerja memantau saham dan trading di rumah untuk memenuhi kebutuhan hidup, Anda sudah bisa dibilang sebagai full time trader. 

Saya rasa Anda sudah paham dan bisa menarik kesimpulan: Full time trader dan trading for a living memiliki kesamaan tapi tidak selalu sama (juga terdapat perbedaan). Seorang full time trader menjalankan pekerjaannya dengan tujuan trading for a living. Tetapi, orang yang trading for a living belum tentu profesinya adalah full time trader.   

Tuesday, August 16, 2016

Aturan Baru Fee Transaksi Saham

Beberapa waktu lalu saya membaca berita di Kontan online, intinya bahwa Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) akan menetapkan aturan batasan minimum untuk fee transaksi broker. APEI menetapkan batasan minimum fee transaksi beli 0,18%, sedangkan fee transaksi jual minimal sebesar 0,28%. Aturan ini akan berlaku mulai Januari 2017. Bagi Anda yang belum paham mengenai fee transaksi Bursa saham, silahkan baca pos: Arti dan Ilustrasi Satuan Perdagangan dan Fee Transaksi Saham. 

Tujuan APEI menetapkan aturan minimal fee transaksi adalah untuk menyudahi perang fee antar sekuritas. Selama ini, setiap sekuritas saham berlomba-lomba untuk memberikan fee sekecil mungkin dengan tujuan menarik nasabah, sehingga menjadi bumerang bagi sekuritas itu sendiri. Nah pertanyaannya, penetapan fee transaksi minimal ini kira2 menguntungkan atau merugikan kita sebagai seorang trader?

Tentunya Anda dan saya yang sudah terkena fee yang lebih rendah daripada 0,18% dan 0,28% ditetapkan kantor sekuritas, akan terasa sedikit mengecewakan (dari sisi trader). Karena sekuritas mau tidak mau harus menaikkan fee beli dan jualnya. Artinya, kalau ingin membeli saham, Anda harus merogoh kocek lebih banyak. Dan kalau menjual saham dan ingin merealisasikan keuntungan, Anda kemungkinan besar juga harus menjual beberapa poin lebih tinggi supaya nggak terkena fee transaksi yang sudah naik. 

Well, dibalik semua itu, apapun itu, kebijakan APEI tetaplah memiliki tujuan positif, supaya tetap mengatur persaingan antar sekuritas yang sehat. Meskipun, ada beberapa pihak trader yang mungkin terkesan sedikit "dirugikan" karena mungkin sebelumnya fee beli dan jual adalah 0,17% dan 0,27% harus dinaikkan ke batas minimum sesuai peraturan, yaitu 0,18% dan 0,28%. 
   
Bagaimana tanggapan Anda mengenai fee transaksi ini?

Monday, August 15, 2016

Anda Hanya akan Sukses Jika ..................

Tags
Tulisan ini mungkin agak berbeda dengan biasanya, sedikit tidak berhubungan dengan dunia saham. Namun, saya terdorong untuk menulis pos ini sebagai bahan refleksi untuk kita semua. 

Pada hari Jumat, 5 Agustus 2016 sekitar jam 7 malam saya utak-atik Facebook. Seperti biasa saya ingin baca2 komen orang2 di FB tentang saham. Perhatian saya teralihkan oleh online chat, ada teman SMA saya (sebut saja Si A) yang lumayan akrab, dan sudah lama tidak pernah berjumpa. Saya langsung chat. Dari chat tersebut singkat cerita teman saya yang punya hobi main game dan utak-atik komputer tiba2 "menekuni" bidang akuntansi. Ternyata, bidang yang "ditekuninya" bukan karena keinginan, namun karena "paksaan" dari orang tua. Sejatinya, teman saya Si A memang punya passion yang kuat di bidang Informasi Teknologi (IT). 

Sedikit mengenang masa2 SMA. Di SMA saya muridnya banyak yang nakal. Murid2 yang nakal ini nggak pernah niat belajar. Disuruh belajar, besok balik malas lagi. Tapi begitu waktunya ada event2 sekolah, dimana mereka diminta untuk perform sebagai pemain band, atau MC, performanya langsung josss.. Top markotop. 

Nah, mungkin di sekeliling Anda, Anda sering menemukan orang2 bekerja tidak sesuai dengan passionnya. Atau bahkan "menekuni" bidang tertentu karena dipaksa. Dan tentunya, orang2 yang bekerja tidak sesuai dengan passsionnya, biasanya akan cenderung lebih tertekan dan sulit memberikan performa yang bagus dan mengesankan. 

Jadi sebenarnya jika seseorang tidak memberikan performa atau kinerja maksimal atau cuman kinerja setengah2, bisa jadi penyebabnya: Seseorang tidak bekerja sesuai dengan apa yang disukai. Kesimpulannya, Anda hanya akan sukses jika Anda menyukai apa yang Anda kerjakan.

Memang kita semua tidak bisa menyangkal, bahwa yang nomor satu sukses itu berasal dari Tuhan. Sesuka apapun Anda terhadap suatu pekerjaan, kalau Anda nggak mengandalkan Tuhan, Anda tidak akan pernah bisa sukses. [Catatan: Bukan berarti Anda ikut Tuhan, Anda akan langsung sukses dalam satu malan. Tidak ada jalan instan menuju sukses. Sukses adalah sebuah proses jatuh bangun yang panjang].

So, kalau Anda ingin bisa bekerja secara maksimal dan enjoy, temukanlah bidang pekerjaan yang cocok untuk Anda, selama passion Anda tetap halal tidak masalah. Dan satu pelajaran berharga lainnya: Jangan pernah memaksa seseorang / anak untuk menjajal bidang tertentu kalau memang mereka tidak menyukainya. Apa yang Anda inginkan dan sukai, belum tentu cocok untuk orang lain, dan juga sebaliknya.

Misalnya Anda memiliki passion yang sangat kuat didunia trading saham. Anda ingin menjadi full time trader. Baca pos: Menjadi Full Time Trader Part I dan Menjadi Full Time Trader Part II. Ya, berusahalah untuk menjadi full time trader yang handal. Memang, ada banyak hal yang harus dikorbankan. Anda harus meluangkan banyak waktu untuk menganalisis, Anda harus berusaha untuk mengumpulkan modal dan sedikit berkorban untuk menunda membeli barang2 yang Anda sukai dan pengorbanan2 lainnya.

Jika orang2 di sekeliling Anda mencibir profesi Anda, karena Anda hanya trading di rumah, kok nggak kerja kantoran, Anda nggak usah terlalu peduli. Kalau trading adalah passion Anda, jalanilah dengan sepenuh hati, jangan mudah terpengaruh oleh omongan orang. 

Intinya, Anda bisa sukses kalau Anda menyukai apa yang Anda kerjakan. Dan semua kesuksesan tersebut adalah hasil dari sebuah proses, bukan pencapaian dalam satu malam.

Analisis Teknikal: Hati2 Jika Menemukan Pola Candlestick Seperti Ini

Di saat pasar saham bullish seperti saat ini, Anda tetap tidak boleh gegabah dalam mengejar saham2 yang sudah naik tinggi. Ada baiknya jika Anda menunggu koreksi pendek terlebih dahulu, apalagi Anda harus tahu bahwa saham tidak terus bergerak naik. Anda bisa baca lagi pos saya disini: Tetap Slow dan Waspada Saat Saham Naik. 

Belakangan ini, mayoritas saham di BEI sedang berada dalam tren naik (uptrend). Dan, banyak sekali saham2 yang sedang berada dalam tren naik sampai batas resisten tertentu, membentuk pola candlestick yang sangat rawan menuju profit taking. Ya, saya menemukan banyak sekali pola candlestick saham seperti yang saya katakan diatas. Pola apakah itu?

Jawabannya: adalah tweezer top dan atau matching high candle. Saya lebih suka menyebut dengan sebutan saya sendiri yaitu: Candlestick 2 Same high. Baca juga: Belajar Candlestick Part I. Belajar Candlestick Part II. Gambarnya seperti dibawah.
















[Catatan: pola candlestick seperti ini akan sering Anda temui dalam kondisi tren saham yang sedang naik kencang]

Apa artinya? Intinya, kedua pola candle tersebut adalah perpaduan 2 candlestick, yaitu candlestick harga tertinggi kemarin dengan candlestick harga tertinggi hari ini. Yang mana, kedua harga high, baik high kemarin dan high hari ini adalah sama persis. 

Misalnya: Harga high kemarin adalah 700. Kemudian, harga high hari ini juga 700, sehingga akan terbentuk pola candle high yang sejajar. Candle dengan pola seperti demikian mengindikasikan bahwa: Para pelaku pasar (trader) tidak ingin harga naik lebih tinggi lagi melewati batas harga atas, yaitu 700.  

Pelaku pasar menganggap harga saham sudah rally kencang, sehingga pelaku pasar mempertahankan harga saham tidak naik lebih tinggi (maksimal sampai 700, selama 2 hari atau lebih). Sehingga, kalau harga saham selama 2 hari berturut-turut tertahan di harga high yang sama, hal tersebut adalah tanda2 bahwa harga akan terjadi koreksi / turun / trader profit taking.  

Jadi, kalau Anda menemukan pola2 saham seperti diatas, Anda sangat dan sangat saya sarankan untuk tidak membeli saham tersebut pada hari itu. Kalau Anda sudah pegang sahamnya, sebaiknya Anda tutup posisi dahulu, dan tunggu koreksi, kemudian ambil di harga bawah.

Berikut adalah contoh2 pola candle 2 same high yang saya temui pada beberapa saham uptrend. 

Saham NIKL. Harga high 2 hari berturut-turut: 605 (tanda persegi).


Saham NIKL tertahan di di harga high selama 2 hari yaitu 605. Setelah itu, Anda lihat candle saham NIKL keesokan harinya tampak lebih rendah (koreksi), walaupun beberapa hari kemudian rebound. 

Saham PNLF. Harga high 3 hari berturut-turut: 238 (tanda persegi).


PNLF selama 3 hari selalau tertahan di harga high 238, dan tidak pernah lebih tinggi dari harga high-nya. Kemudian keesokan harinya Anda bisa melihat langsung terjadi koreksi yang cukup besar (candle merah panjang), setelah itu perlahan kembali rebound.  

Saham PWON. Harga high 2 hari berturut-turut: 690 (tanda persegi pertama). Kemudian terdapat lagi harga high kedua selama 2 hari berturut-turut di 685 (tanda persegi kedua)


Pada tanda persegi pertama, PWON membentuk harga high di 690 selama 2 hari. Namun setelah itu, PWON langsung mengalami koreksi cukup tajam keesokan hari. Demikian juga pada tanda persegi kedua, dimana PWON membentuk harga high di 685 selama 2 hari, setelah itu, PWON langsung koreksi selama 2 hari.  

Saham LSIPHarga high 2 hari berturut-turut: 1.595 (tanda lingkaran).



Selama 2 hari LSIP terlihat membentuk harga high di harga 1.595. Setelah itu, LSIP mengalami koreksi cukup tajam keesokan harinya, dan dilanjutkan kembali dengan rebound. 

$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$

Pola candle yang sering ditemui pada saham2 uptrend seperti diatas, terbukti memberikan hasil yang akurat tentang prediksi harga keesokan hari, sebagai dasar untuk keputusan trading. Kalau diperhatikan lagi dengan seksama, maka ketika suatu saham membentuk pola two same high candle, biasanya disertai koreksi harga saham hanya 1 hari, setelah itu rebound. Namun tidak menutup kemungkinan koreksi akan berlanjut selama beberapa hari.

Friday, August 12, 2016

Tetap Slow dan Waspada di Saat Saham Naik

Judul diatas mungkin menimbulkan sedikit kontroversi bagi pembaca web Saham Gain. Waktu saham naik2nya kan mestinya borong saham yang banyak, ini kok malah disuruh waspada?  Saya bisa membaca pasti itu yang terlintas dalam pikiran Anda. 

Anda semua pasti tahu, saat ini pasar modal Indonesia sedang dilanda euforia. IHSG sekarang sedang melaju kencang bak mobil yang melaju cepat di jalan tol. Berikut adalah laju grafik IHSG yang sedang berada pada tren bullish.


Kalau Anda perhatikan tren diatas, maka posisi IHSG kita sedang bullish. IHSG yang pada Bulan Mei 2016 masih bertengger di posisi 4.600-4.800-an, kini sudah menembus level 5.400 dan akan menguji resisten all time high di angka 5.524. Apa lagi penyebab utamanya kalau bukan: Tax Amnesty dan Sri Mulyani Effect. Dan, IHSG kita terhitung mulai awal tahun memberikan kenaikan paling tinggi diantara indeks2 dunia, kenaikan IHSG sampai 18% sejak awal tahun 2016 - awal Agustus 2016. Bagaimana dengan portofolio Anda? Apakah bertumbuh? Sudah mencetak return berapa persen?

Sebagai sedikit bocoran, saham2 sekarang yang sangat bagus untuk dikoleksi adalah saham2 di sektor properti. 

Kembali lagi dengan judul pos diatas, kalau saham naik kan seharusnya borong saham. Namun, saya justru menyarankan untuk 'tetap waspada'. Apa artinya? Artinya saya menyarankan pada Anda untuk tidak larut dalam euforia pasar. Saat kondisi pasar saham naik, jangan borong banyak saham . Nah lho?

Kenaikan harga saham belakangan ini didukung oleh tax amnesty dan Sri Mulyani Effect. Selain itu, kenaikan juga didukung pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2016 yang naik dibanding kuartal I: 5,18% vs 4,92%. Tetapi sekali lagi, kondisi ekonomi Indonesia masih belum mencerminkan fundamental ekonomi seutuhnya. Mengapa demikian?

Tax amnesty belum memberikan dampak apapun ke sektor riil maupun perekonomian Indonesia, karena dampak tax amnesty bersifat jangka panjang. Bukan berarti ada tax amnesty, maka perekonomian Indonesia langsung pulih dengan segera. Demikian juga dengan masuknya kembali Sri Mulyani sebagai menteri keuangan, bukan berarti ekonomi Indonesia otomatis pulih 100%. Di satu sisi, Indonesia masih terdapat shortfall target pajak sebesar 219 triliun. Sehingga pemerintah harus memangkas belanja negara sebesar 133 triliun, seperti perjalanan dinas, biaya operasional dan biaya2 lainnya yang dianggap kurang diperlukan.

Masih ingat kejadian tahun 2015 kemarin? Kondisi perekonomian kita lesu, sehingga hampir semua harga saham berjatuhan. Padahal, pada pertengahan 2014 - pertengahan April 2015 pasar saham berada dalam tren strong bullish. Sayangnya, di saat strong bullish seperti itu, banyak sekali trader yang memborong saham banyak2, terus beli, tanpa waspada sedikitpun, tanpa mengamankan portofolionya.

Hasilnya, ketika pasar saham benar2 jatuh, buanyaak trader yang sahamnya nyangkut. Kenaikan IHSG yang terjadi sebelumnya hanyalah euforia saja, bukan mencerminkan fundamental ekonomi sesungguhnya. Biasanya, pasar saham yang naik terlalu tinggi tidak menutup kemungkinan adalah indikasi bubble. Meskipun untuk tahun 2016 ini, saya yakin kenaikan IHSG bukanlah pertanda bubble tersebut. 

Nah, inilah yang jadi alasan mengapa dalam keadaan IHSG yang naik kencang, Anda harus tetap waspada. Jangan sampai karena IHSG naik kencang, Anda kehilangan kontrol.

Jadi bagaimana strategi trading yang PALING IDEAL pada saat IHSG sedang (strong) bullish?

Strategi paling ideal adalah dengan menerapkan trading plan. Baca pos: Ciri2 Trader yang Tidak Punya Trading Plan (belum terbit... coming soon). Tetap slow dan waspada terhadap fluktuasi. Tetap menyikapi pasar dengan cool, kalem, rileks, jangan terbawa euforia. Intinya cuman itu saja kok. Dalam kondisi pasar saham bullish, tidaklah sulit (mudah) untuk mendapatkan cuan dari saham. Yang paling penting, Anda harus mampu menyeleksi saham2 yang layak dibeli menurut pengamatan dan analisis Anda, sehingga Anda tidak terjebak dengan saham2 yang naik cepat tanpa didasari alasan yang jelas. 

Saya lebih menyarankan Anda, untuk memasukkan 2-4 saham saja yang menurut Anda bakalan bullish, dengan porsi modal yang lebih besar. Misalnya: Biasanya Anda mendiversifikasikan saham dengan 4-5 saham. Nah, dalam kondisi pasar strong bullish, Anda bisa coba 'menyempitkan' jumlah portofolio Anda menjadi 3 saham saja, dengan alokasi modal yang lebih besar. Selain itu, dengan posisi portofolio yang tidak terlalu banyak akan memudahkan Anda untuk memantau portofolio. 

Monday, August 08, 2016

Kenali Saham Gorengan di Indonesia

Di pasar modal Anda pasti sering mendengar istilah saham gorengan. Saya rasa semua orang bisa mendefinisikan saham gorengan. Ya, saham gorengan adalah saham yang pergerakannya tidak likuid dan mudah dipermainkan oleh bandar saham. Kalau boleh saya katakan, saham gorengan ini banyaknya malah di Indonesia. 

Lha, kenapa begitu? Tanya Anda.

Sebenarnya ada kaitannya dengan Hipotesis Pasar Efisien. Namun, saya tidak akan membahas lebih banyak tentang topik tersebut (suatu saat akan saya bahas di pos tersendiri). Berhubung di Indonesia ini banyak saham2 gorengan, maka yang perlu Anda ketahui adalah bagaimana mengenali ciri2 saham gorengan. Oke, here we go.

Pertama. Saham gorengan tidak likuid. Tidak likuid artinya kapitalisasi pasarnya* kecil, tidak banyak terjadi aktivitas jual-beli pada saham tersebut. Bisa dikatakan juga, antrian bid-offernya hanya sedikit. Saham2 yang tidak likuid akan lebih mudah dipermainkan oleh bandar, dibandingkan saham2 likuid dengan kapitaliasasi pasar besar dan jumlah antrian bid-offer yang sangat banyak. 

* Kapitalisasi pasar adalah jumlah saham beredar x harga saham perusahaan. 

Kedua. Pola grafiknya sangat tidak beraturan. Volume tidak stabil, seringkali grafik terbentuk dengan volume kecil, tiba2 volume jadi sangat besar tanpa penyebab yang jelas. Harga saham nggak bergerak, pada saat2 tertentu saham naik kencang, lalu turun drastis dengan sangat cepat. 

Anda ingin lihat contoh pola grafik saham gorengan? Berikut adalah contohnya, saham berkode PRAS.



Tampak jelas sekali, inilah contoh grafik saham gorengan. Volume sangat tidak stabil. Seringkali volume tidak muncul, tiba2 muncul dengan volume besar. Saham sering tidak di-tradingkan (lihat tanda persegi). Kemudian sesekali harga saham naik dan turun begitu drastisnya dengan volume besar (lihat tanda panah). Saham2 dengan grafik seperti ini tidak dapat dianalisis dengan analisis teknikal. 

Ketiga. Harga saham cenderung relatif rendah, biasanya dibawah 1.000. Mengapa relatif rendah? Karena semakin kecil harga saham, semakin kecil pula dana yang Anda butuhkan untuk membeli saham. Kemungkinan besar, dan seringkali terbukti saham2 yang digoreng oleh bandar justru adalah saham2 yang harganya rendah,  bahkan saham gocap akan kerap mudah menjadi incaran bandar.

Masih ingat ketika saham BUMI yang sudah menjadi gocap kemudian digoreng kembali? Tepatnya pada tanggal 9 Juni 2016, saham BUMI  masih tidur nyenyak, pada harga Rp50, tetapi tiba2 saja volume membesar. Dan benar saja, keesokan harinya saham BUMI tiba2 bergerak naik sampai kena auto reject kanan. Keesokan harinya lagi, kena AR kanan sampai ke harga 90. Cepat sekali bukan? 

Tiba2 dalam beberapa hari harganya langsung turun drastis, dan sampai saat pos ini ditulis harganya kembali ke 68. Anda bisa lihat grafiknya dibawah. Jelas sekali inilah contoh saham gorengan - Saham BUMI.



Catatan: Harga saham cenderung rendah tidak selalu saham gorengan. Harga saham yang agak tinggi, bisa juga adalah saham gorengan. Namun, secara umum saham gorengan adalah saham2 yang harganya rendah / murah. 

Mengapa saham2 murah (yang tidak likuid) banyak yang digoreng? Dari sisi psikologis, orang akan lebih "senang" melihat saham murah ketimbang mahal, karena lebih mudah untuk membeli sahamnya. Investor ritel di pasar modal dengan modal terbatas sangat buannyakk.. Sehingga, dengan harga saham relatif rendah, bandar lebih mudah mengajak Anda para investor ritel dengan dana kecil agar ikut2an masuk di saham sudah direncanakan bandar, dan ujung2nya jadilah nyangkuters.. 

Keempat. Kebanyakan emiten bermasalah. Emiten mengalami masalah utang, track record direksi yang buruk, kebakaran pabrik dan lain-lain. Emiten yang bermasalah biasanya harga sahamnya cenderung turun drastis. Ketika terjadi penurunan harga saham, bandar bisa menaikkan harga saham secara tidak wajar sewaktu-waktu. Meskipun demikian, perlu Anda ketahui bahwa tidak semua saham gorengan adalah emiten2 yang memiliki masalah internal.   

Contohnya, BUMI. Contoh lainnya adalah SIAP, TRAM. 

Kelima. Naik turunnya harga saham tidak pasti. Seperti yang saya paparkan di poin kedua, harga saham gorengan tidak menentu, dan tidak dapat dideteksi oleh analisis teknikal.  

SAHAM GORENGAN ATAU BUKAN????????

Di Facebook Belajar Saham, seringkali saya sering menerima pertanyaan dari rekan2: "Pak, ada rekomendasi saham gorengan nggak?" "Pak, saham gorengan itu apa aja?" 

Nah, kalau Anda ingin tahu daftar saham gorengan yang ada di pasar saham Indonesia, maka saya nggak akan memberikan daftarnya.

"Lho, kenapa? Kok pelit banget" Protes Anda. 

Menentukan saham gorengan atau bukan adalah penilaian yang agak SUBJEKTIF. Apa artinya? Artinya setiap orang, setiap broker, setiap dari Anda, bisa saja memiliki interpretasi yang berbeda-beda untuk menentukan apakah saham A, saham B, saham C termasuk dalam jenis saham gorengan atau bukan. Tidak percaya? Saya beri contoh. 

Saham Sri Isman Rejeki (SRIL) adalah saham LQ45 selama beberapa perioda - saat pos ini ditulis SRIL masih masuk anggota LQ45. Tetapi, banyak trader yang menyebut SRIL adalah saham gorengan. Harga saham SRIL selalu sideways. Tiba2 dengan volume besar SRIL naik kencang, hanya satu-dua hari, lalu turun lagi dengan cepat... Berarti SRIL juga saham gorengan? Dipikir-pikir, iya juga sih....  

Tapi kalau dibilang gorengan kok masuk LQ45? Nah inilah, subjektifitas penilaian setiap orang terhadap saham gorengan bisa saja berbeda. Itulah mengapa saya tidak pernah memberikan daftar saham gorengan, bahkan memberikan rekomendasi saham gorengan. Toh, saya juga nggak punya teman bandar. 

Bagaimana, Anda sudah paham tentang saham gorengan? 

Sunday, August 07, 2016

Analisis Teknikal Saham Vs Bandarmologi ?

Seorang trader (Anda, saya) membeli sebuah saham dengan harapan harga saham akan naik dimasa mendatang. Lalu, darimana Anda bisa begitu yakin dan berharap kalau saham yang Anda beli harganya akan naik dimasa mendatang?

"Menggunakan analisis teknikal" Jawab Anda. 

Ya, saya setuju dengan Anda. Namun pernahkah (bahkan sering) Anda melihat harga saham yang naik-turun begitu cepat, seenaknya sendiri dan seakan sama sekali tidak bisa "dideteksi" melalui analisis teknikal? Atau, pernahkah Anda membeli saham (mungkin saham2 yang kurang likuid) yang secara analisis teknikal sudah rebound, tetapi harga sahamnya malah berantakan? 

Bukankah saham2 di pasar modal itu digerakkan oleh tangan2 manusia? Jadi, apa gunanya grafik teknikal? Grafik kan "cuma" pergerakan harga masa lalu? Bagi para penganut random walk theory, mereka menyatakan bahwa analisis teknikal dan fundamental itu tidak memberikan efek, karena pergerakan harga saham bersifat acak dan tidak dapat dideteksi melalui grafik. Artinya, penganut teori ini tidak mempercayai konsep analisis teknikal: History Repeat Itself. Silahkan baca pos saya: Prinsip-prinsip Dasar Analisis Teknikal

Salah satunya sebenarnya bisa dibuktikan dengan harga saham yang tidak bisa dideteksi secara teknikal itu tadi. Yaitu saham2 yang digerakkan oleh tangan bandar. Ilmunya adalah bandarmologi. Dan percayalah, Anda maupun saya yang notabene adalah investor ritel dengan modal biasa2 saja nggak akan pernah bisa mengalahkan si bandar (mereka sering bekerja lebih dari satu orang untuk menghancurkan harga saham) yang memiliki modal gede, dan kesempatan besar untuk mempermainkan harga saham.

Lalu pertanyaannya kalau memang seperti demikian, apa gunanya analisis teknikal? Masih bergunakah analisis teknikal untuk trading saham? Jadi siapa yang lebih kuat: Analisis teknikal atau bandar?

Berhubung saya adalah penganut analisis teknikal murni, maka saya akan menjawab bahwa analisis teknikal tetaplah sangat amat berguna. Tetapi, saya harus akui bahwa di pasar modal bandar akan selalu "berkeliaran", untuk meraup keuntungan dan tidak peduli Anda mau untung atau rugi. 

Sehingga, saham2 yang digerakkan oleh tangan2 bandar, menyebabkan analisis teknikal menjadi kurang berguna. Tidak semua saham bisa dengan mudah digerakkan bandar. Artinya, analisis teknikal memang bermanfaat sebagai alat analisis, tetapi tidak untuk semua saham. 

Saya yakin semua saham, selikuid apapun pasti tetap ada bandarnya. Hanya bedanya, saham2 likuid tidak akan mudah digoreng, karena jumlah transaksi dan uang masuk-keluarnya yang sangat besar. 

Kalau Anda sudah tahu di pasar modal bandar pasti berulah. Dan kalau Anda sudah merasakan pahitnya rugi di saham gorengan, maka ya hindarilah saham2 tersebut. Bagaimana cara melihat ciri2 saham gorengan di Indonesia? Baca pos: Kenali Saham Gorengan di Indonesia.. 

 Kalau mau trading, saya sarankan trading-lah di saham2 likuid, yaitu saham2 LQ45. Akan lebih baik lagi kalau Anda trading di saham2 yang sudah Anda pahami pola teknikalnya. Baca pos: Jaminan Cuan: Jaminan Cuan: Tips Memilih Saham untuk Trading - Part I. Baca Part II: Jaminan Cuan: Tips Memilih Saham untuk Trading - Part II.

Thursday, August 04, 2016

Pengaruh Berita dan Keputusan Trading Saham

Di pasar modal akan selalu ramai dengan berita pasar, berita emiten, berita lain2 yang ada kaitannya dengan naik-turunnya IHSG. Setiap ada good news, IHSG bisa langsung melejit. Sebaliknya, ketika ada bad news, IHSG langsung ambruk. Contohnya: Ketika terjadi Brexit (Britain Exit), IHSG langsung anjlok, padahal sejatinya pengaruh Brexit ke Indonesia tidak ada pengaruh secara langsung. 

Jadi seumpama ada berita2 seperti ini:

Nilai ekspor Indonesia bulan ini turun drastis. Apakah itu artinya Anda tidak trading dulu hari itu?

Indeks Asia dibuka sumringah. Apakah itu artinya saatnya Anda trading dan beli saham banyak2?

The FED akan menaikkan suku bunga. Apakah itu artinya Anda tidak usah trading sampai The FED menurunkan suku bunganya?

Laba SMGR semester ini naik dibandingkan perioda yang sama tahun lalu. Apakah itu artinya Anda segera beli saham SMGR?

Jika Anda jawab YA, maka Anda harus banyak belajar analisis teknikal, jangan terpaku pada berita. Berita bukanlah patokan Anda mengambil keputusan trading, tetapi berita ada untuk Anda cermati. Dan satu lagi, berita ada untuk menambah wawasan Anda. Bukan untuk keputusan final jual beli saham. Mengapa demikian?

Saya kasih satu contoh, dari sekian banyak contoh. Kemarin sebelum pasar saham buka, saya baca berita tentang muramnya pasar ASEAN akibat tingginya impor baja dari China. Sebagaimana Anda tahu, barang produk China sangat kuat di pasaran karena harga murah, tapi kualitasnya nggak murahan. China bisa menekan biaya produksi seminimal mungkin. Ketika impor baja meningkat, hal itu turut menekan kelangsungan industri2  baja di Indonesia. Dalam berita Kontan, disebutkan, salah satunya perusahaan baja di Indonesia yang terbesar yaitu PT Krakatau Steel (KRAS). 

Artinya, seharusnya saham KRAS hari itu juga akan turun kan. Tetapi? Pada penutupan, KRAS malah naik sebanyak 6,35%. Dan waktu itu, KRAS memang sudah menunjukkan teknikal rebound, baik dari indikator stochastic, momentum, A/D. Hal ini mengindikasikan bahwa berita bukanlah dasar keputusan untuk membeli dan menjual saham. 

Namun, bukan berarti berita itu tidak penting. Jika berita itu adalah berita yang memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap IHSG, Anda harus peka. Contohnya, ketika Anda mengamati nilai tukar Rupiah terus turun, banyak sektor usaha rugi, tapi IHSG naik terus seperti pada tahun 2015. Nah, ini yang perlu Anda waspadai. Itu adalah indikasi "bubble" ekonomi. Kalau sudah melihat indikasi seperti itu, suatu saat "gelembung"-nya akan meletus. Artinya, Anda harus cepat2 keluar dari pasar dan usahakan jangan trading dulu (wait and see). 

Tapi inti dari pos ini adalah mengajarkan Anda supaya jangan terlalu latah dengan berita. Inti dari trading saham itu sebenarnya cuma satu: Analisis Teknikal. Silahkan baca pos: Prinsip-prinsip Dasar Analisis Teknikal. Coba Anda bayangkan, apakah Anda bisa mengambil keputusan objektif jika Anda memiliki terlalu banyak berita2 informasi? Tentu tidak kan?

Dalam trading saham, banyak trader yang masih sering mengandalkan berita. Laba PT A naik, berarti harga sahamnya bakal naik. Tidak seperti itu. Kalau Anda adalah seorang teknikalis, yang perlu Anda perhatikan adalah momentum-nya (analisis teknikal). So, kalau Anda mau trading saham, fokuslah saja belajar analisis teknikal. Baca pos: Panduan Belajar Analisis Teknikal Saham/Forex. 

Trading Saham: Ekspektasi Vs Realita

Ucok dan timnya akan menjalani pertandingan basket sebatas di Kota-nya. Kalau memang lolos, tim Ucok akan langsung dikirim untuk bertanding di kejuaraan kampus se Jawa Timur. Kalau lolos lagi, naik level bertanding di tingkat nasional. Dan kalau performa tim Ucok luar biasa, tim Ucok punya kesempatan besar untuk bertanding dengan para pemain NBA.

Karena punya kesempatan untuk menjajal dan bertemu dengan pemain NBA, tim Ucok langsung memikirkan strategi bagaimana caranya mengalahkan pemain NBA dengan postur dan badan yang lebih besar.  Ekspektasi Ucok yang terlalu besar untuk bertemu dengan para pemain NBA, bukannya membuat tim Ucok bertemu dengan pemain NBA dan bertanding, malah membuat tim Ucok tidak lolos di pertandingan basket di kotanya. 

Dari kasus diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan, kira2 seperti ini: 

"Segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Kalau dalam kasus ini berarti: "Ekspektasi yang berlebihan itu tidak baik."

Yang menyebabkan kegagalan tim Ucok dalam meraih kejuaraan basket di kotanya adalah karena tim Ucok tidak fokus pada pertandingan yang dihadapinya, namun malah fokus pada eskpektasinya yang terlalu tinggi untuk menjajal kemampuan pemain NBA.  

Terus Bung Heze, apa hubungannya sama trading saham?

Trading saham sering diidentikkan sebagai profit yang besar. Sehingga, hal tersebut membuat seorang trader pemula melupakan REALITA dan cenderung ber-eskpektasi terlalu tinggi. Ekspektasi yang terlalu tinggi tersebut antara lain: baru belajar trading berharap dapat untung 30%, 40%, 50% per bulan. Seorang pemula, mungkinkah?

Mungkin saja. Tapi kebanyakan trader pemula (baru trading beberapa bulan) yang bisa profit besar di awal2, tidak menutup kemungkinan akan terkena rugi besar pada transaksi saham berikutnya. Hal ini dikarenakan seorang pemula masih perlu banyak belajar, dan membentuk mental serta psikologi trading yang benar. 

So, lebih baik tinggalkan ekspektasi2 Anda yang terlalu tinggi, karena ekspektasi adalah ibarat mimpi. Namanya juga mimpi pasti belum terwujud. Kalau Anda terus bermimpi, Anda tidak akan bisa fokus dalam trading Anda. Para trader yang terlalu banyak bermimpi akan dapat profit dalam sekejap mata, yang ada bukannya untung malah buntung. 

Lalu apa yang harus saya lakukan Bung Heze?

Yang harus Anda lakukan adalah: MENERIMA REALITA. Kalau Anda memang rugi, terimalah realita itu. Kalau Anda belum bisa dapat profit segede trader2 lainnya, terimalah realita itu. Kalau IHSG naik tapi saham Anda turun, terimalah realita itu. Kalau saham Anda beli terus langsung turun, terimalah realita itu. Jangan meng-kambinghitam-kan pasar saham sebagai tempat judi atau menyalahkan orang lain, atau marah karena tidak sesuai ekspektasi Anda. 

Perlu Anda pahami:
"Trader yang siap menerima realita adalah trader yang siap untuk bangkit dan belajar". 
Satu-satunya cara supaya Anda mendapatkan profit konsisten dan pada akhirnya mencapai profit yang besar, hanyalah menerima realita, terus BELAJAR dan BERPROSES. Hmmm.. kedengarannya sih mudah, tapi tidak jarang trader yang sulit menerima realita. Kalau rugi menyalahkan pasar, orang lain, broker. Padahal, kerugian yang terjadi adalah murni karena kesalahan trader itu sendiri. Kerugian yang dialami disebabkan karena karena trader terlalu banyak ber-ekspektasi dan melupakan proses. 

Seseorang yang banyak ber-eskpektasi biasanya cenderung kehilangan fokus dalam trading. Karena pikirannya profit besaaarrr melulu, pengambilan keputusan menjadi tidak objektif. Waktu pasar saham bullish kencang, beli saham sebanyk-banyaknya, euforia berlebihan. Waktu pasar saham turun, langsung panik, stress, nggak bisa tidur. 

So, mulai sekarang hilangkan ekspektasi Anda yang berlebihan, dan mulailah menerima realita dari hasil trading Anda. Kalau prinsip saya, trading harusnya dibuat enjoy aja.. Jadi nggak ada yang namanya nggak bisa tidur, mau makan nggak enak, mau beraktivitas nggak enak hanya karena saham. Enjoy dalam trading bisa dicapai kalau Anda terus belajar dan berproses.