Monday, July 25, 2016

Trading Saham Mengandalkan Rekomendasi, Pilih yang Mana? - Part III

Baca pos sebelumnya: Trading Saham Mengandalkan Rekomendasi, Pilih yang Mana? - Part II.

Analis saham yang tidak resmi, atau katakanlah mereka yang menyebut dirinya sebagai seorang analis, jumlahnya sangat buanyaak. Tentunya, tidak semua dari mereka BENAR-BENAR berkompeten. Tanpa bermaksud menjelekkan siapapun. tingkat persentase "para analis" tersebut lebih sering salah. Lalu, bagaimana dengan broker saham?

Broker sebenarnya adalah tempat yang baik untuk belajar saham. Mengapa demikian? Karena broker saham mengerti betul kondisi market dan pola2 teknikal saham. Kalau yang ini nggak usah ditanya, broker kerjanya tiap hari mantau pasar saham. Saya pribadi juga banyak belajar saham dari broker. 

Terus kenapa broker bukanlah rekomendasi yang bisa "diandalkan" untuk  belajar saham? Karena broker tidak hanya melayani Anda sebagai nasabah. Broker punya banyak nasabah lain yang mungkin juga memiliki kepentingan yang sama dengan Anda. 

Sehingga, kemungkinan besar Anda tidak mungkin tanya2 ke broker setiap saat, atau meminta broker Anda untuk membuatkan Anda analisis teknikal setiap harinya yang bisa Anda pelajari. Membuatkan analisis teknikal untuk Anda pelajari adalah profesi murni seorang analis saham.   

Selanjutnya adalah mengikuti rekomendasi dari: Teman Anda. Inilah yang sebenarnya tidak saya sarankan pada Anda, teman beli saham, terus Anda ikut2an. 

"Beli saham apa?"

Jawab Anda: Saham INAF.

Kenapa beli INAF, teknikalnya rebound?

Jawab Anda: Nggak lihat teknikalnya sih. Andy (teman Anda yang jago trading) tadi beli INAF. Aku ikut beli. Hehehe

Dalam banyak kasus, terkadang trader melakukan trading karena ikut2an teman. Kalau harga sahamnya ternyata malah turun, Anda jadi meng-kambinghitam-kan teman Anda. Kalaupun Anda ingin berguru pada teman Anda, teman Anda belum tentu mau mengajarkan secara detail, apalagi strategi2 trading jitu yang dia gunakan untuk dapat profit. Coba Anda pikirkan, apa untungnya teman Anda menghabiskan waktu untuk mengajari Anda trading, kecuali kalau Anda mau membayar. Kalaupun Anda membayar, belum tentu teman Anda mau memberikan tips2 tradingnya dengan detail. 

Next, bagaimana dengan orang2 di media sosial, seperti forum pasar modal, grup Facebook dan lain2. Kalau Anda pernah join di berbagai grup saham di medsos, Anda pasti seringkali melihat banyak trader yang suka pamer profit. Trader memamerkan beli saham tertentu, dan harganya terbukti naik. Tidak jarang pula, ada "ajakan"untuk membeli saham. Lalu, apakah ada yang ikut2-an? Buanyaak sekali. 

Masalahnya, para trader yang suka pamer profit, belum tentu mereka bisa profit konsisten. Mungkin banyak dari trader yang pamer ketika mendapat durian runtuh, namun dibalik itu, mereka juga menyembunyikan kerugiannya. So, saran saya jangan pernah mengikuti apa yang dipamerkan oleh mereka, dengan ikut2-an membeli sahamnya. Akan lebih baik jika Anda mampu menganalisis sendiri secara objektif. 

Nah, kembali lagi: Kalau para analis ternama dan berpengalaman pun punya kemungkinan besar rekomendasi yang diberikan akan salah, lalu mengapa saya justru lebih percaya dan bisa banyak2 belajar dari mereka? Jawabannya adalah karena saya memilih analis yang tepat, tidak sembarang analis

Lalu, bagaimana caranya menemukan seorang analis yang bisa Anda andalkan untuk belajar saham?

Anda harus MENCARI, entah analis di kantor sekuritas Anda, analis maupun analis di tempat lain. Itulah kenapa saya selalu menyarankan Anda untuk banyak2lah belajar pada orang2 yang lebih senior daripada Anda. Dengan banyak belajar, Anda akan menemukan analis yang pas untuk Anda jadikan sebagai wadah belajar saham. Tips dari saya, kalau Anda belajar dari analis pemberi rekomendasi saham, ada baiknya selalu Anda simpan analisis2 teknikal / chart  yang diberikan oleh analis, dan selalu Anda pelajari chart2 tersebut.