Saturday, April 30, 2016

Fraksi Harga Kecil Vs Besar, Mana yang Lebih Cepat Cuan?

[Bagi Anda yang ingin mendapatkan ebook pasar modal, strategi trading dan belajar saham terbaru, + free software saham dan konsultasi, Anda bisa mendapatkannya disini: Buku Saham.]

Harga saham di pasar modal sangat bervariasi. Harga saham terendah di pasar reguler adalah Rp50 per lembar saham (bisa berubah sewaktu-waktu tergantung kebijakan Bursa Efek Indonesia). Dan harga saham tertinggi tidak terbatas. Tinggi rendahnya harga saham sangat berpengaruh terhadap modal yang Anda trading-kan di pasar saham. Semakin tinggi harga saham, maka semakin besar modal yang Anda butuhkan dan sebaliknya.

Nah, saat Anda ngomong tentang harga saham, maka harga saham tidak bisa lepas dengan yang namanya fraksi harga. Fraksi harga adalah batasam harga dan kelipatan harga saham yang diatur dalam perdagangan saham di pasar saham. Aturan fraksi harga sekarang (bisa berubah sewaktu-waktu tergantung kebijakan Bursa Efek Indonesia) adalah sebagai berikut. 


Per 2 Mei 2016, Bursa Efek Indonesia sudah merevisi fraksi harga menjadi 5 fraksi, bukan 3 fraksi. Silahkan simak selengkapnya di pos saya: Fraksi Harga Baru dan Dampaknya terhadap Pasar Modal.

Kalau di pasar saham, tentunya ketika waktu pasar buka Anda bisa melihat fraksi harga saham di antrian offer dan bid saham tertentu. Saya contohkan sistem antrian saham GGRM (kiri), PWON (kanan) dan WSKT (bawah). Harga saham GGRM mencapai Rp60.000 per lembarnya, oleh karena itu fraksi harganya adalah Rp25. Karena harga saham PWON dibawah 500, maka fraksi harga adalah Rp1. Sedangkan WKST harganya sekitar Rp1.700, maka fraksi harganya adalah Rp5. 




Gambar diatas menunjukkan sistem antrian saham di pasar modal. Di situlah Anda bisa melihat fraksi harga. Setiap sistem selalu menunjukkan fraksi harga. Misalnya, saham PWON. Lihat Bid Price, ada harga 457, 458, 459, 460, 461. Kenaikan dari 457 ke 458 itu yang namanya fraksi harga. Seperti tabel diatas tadi, semakin besar harga saham, fraksi harganya akan semakin besar juga.  

Yang jadi pertanyaan: Lebih cepat dapat untung mana kalau beli saham yang fraksi harganya kecil atau fraksi harganya besar? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita lihat ilustrasinya dibawah.

ILUSTRASI FRAKSI HARGA

Misalkan Anda membeli saham PWON di harga Rp450 sebanyak 100 lot. Selain beli saham PWON, Anda juga beli saham GGRM di harga Rp60.200 sebanyak 1 lot dan membeli saham WSKT pada harga Rp1.785 sebanyak 26 lot. Lihat tabel dibawah ini (klik untuk memperbesar).

Ilustrasi tabel 1

Ilustrasi tabel 2

Ternyata, kenaikan fraksi harga yang kecil dan fraksi harga yang besar memberikan potensi besar kecilnya cuan yang berbeda. Ketika Anda membeli PWON di 450 dan menjual di 451, Anda belum bisa cuan. Hal ini dikarenakan anda harus menanggung fee beli dan fee jual dari sekuritas (pada contoh ini saya ambil fee beli sebesar 0,17% dan fee jual sebesar 0,27%).

Demikian juga ketika anda membeli saham GGRM. Ketika anda menjual GGRM di 60.225 (beli di 60.200) anda belum bisa cuan. Ketika anda beli WSKT di 1.785 dan jual di 1.790 anda juga belum bisa cuan. 

Anda baru bisa cuan (dengan memperhitungkan fee beli dan fee jual), ketika anda:

1. Menjual saham PWON di harga 453 (naik 2 fraksi). Dengan modal Rp4.517.769 dan kenaikan 2 fraksi harga anda bisa menghasilkan cuan sebesar Rp10.119.

2. Menjual GGRM di 60.500 (naik 11 fraksi). Jika anda beli GGRM, dengan modal lebih besar, yaitu Rp6.033.665, anda butuh kenaikan 11 fraksi baru anda bisa cuan. Cuan yang anda dapatkan pun masih lebih kecil yaitu sebesar Rp3.431.

2.  Menjual WSKT di 1.795 (naik 2 fraksi). Jika anda beli WSKT yang fraksi harganya 5, dengan modal Rp4.654.399 anda sama-sama butuh kenaikan 2 fraksi saja untuk bisa cuan sama seperti PWON. Tetapi, cuan yang anda dapatkan masih lebih kecil dibandingkan PWON, yaitu sebesar Rp5.509.

"Jadi Bung Heze, apa arti semua ini?" Tanya anda 

Artinya, fraksi harga yang kecil-lah yang berpotensi menghasilkan cuan yang cepat dan lebih banyak dibandingkan dengan fraksi harga yang besar. Urutannya: fraksi harga Rp1 yang paling cepat, diikuti fraksi harga Rp5 kemudian fraksi harga Rp25. Semakin kecil fraksi harga saham, maka potensi kenaikan fraksi yang kecil akan lebih cepat menghasilkan cuan. Semakin banyak lot yang Anda miliki, otomatis profit semakin besar ketika Anda menjual saham dengan harga yang lebih tinggi daripada harga belinya. 

Gimana, sudah paham sampai disini?

^_^ ^_^ ^_^ ^_^

Jadi, meskipun BEI pada akhirnya merubah kebijakan fraksi harga, saya rasa fraksi harga yang paling kecil yang akan memberikan return lebih cepat daripada fraksi harga yang besar. Alasan inilah yang menjadi salah satu dasar mengapa, para trader suka harga saham yang kecil, dibawah Rp1.000 per lembar atau bahkan dibawah Rp500 per lembar yang fraksi harganya masih Rp1. Saham2 gorengan banyak sekali yang harganya dibawah Rp500 dan terbukti diminati oleh bandar.

"Lalu, kalau trading enaknya saya pilih mana? Mana yang lebih baik antara fraksi harga kecil dan besar? "

Semua itu tergantung dari dana yang Anda miliki. Tentunya, dana kecil yang hanya Rp5.000.000 tidak akan bisa digunakan untuk membeli, bahkan untuk 1 lot saham GGRM yang harga per lembarnya mencapai Rp60.000. Itu masih belum dikenakan fee transaksi beli. Kalau Anda hanya punya dana Rp2.000.000 untuk trading, maka belilah saham2 yang harganya rendah. 

Tapi ada satu hal lebih penting yang harus anda pahami: Harga saham fraksi harganya  rendah bukan berarti bagus semua untuk trading karena cuannya lebih cepat. Ada faktor lainnya. Apa itu?

Jawabannya adalah: FAKTOR RISIKO. Harga saham yang rendah justru harus Anda waspadai, karena harga saham rendah banyak yang tidak likuid, volatil, dan sering digoreng. Kalau mau beli saham yang fraksi harganya kecil, pilihlah saham yang likuid dan saham2 yang familiar untuk anda. 

Monday, April 25, 2016

Menjadi Full Time Trader Part II

Beberapa bulan lalu saya pernah ngepos tulisan: Menjadi Full Time Trader Part I. Sebenarnya, saya tidak berencana membuat tulisan Part II untuk full time trader. Namun, banyak pengalaman yang mengingatkan saya tentang profesi ini, membuat saya ingin melanjutkan tulisan karya saya tentang full time trader. 

Sudah agak lama, saya pernah bercerita kepada salah seorang teman saya: "Saya ingin sekali menjadi full time trader. Dimana saya trading saham di rumah dan melakukan analisis secara independen"


Mendengar pernyataan saya tersebut, teman saya menjawab sambil senyum2 nggak enak: "Investasi saham nggak ngapa-ngapain donk".

Apa yang bisa disimpulkan dari percapakan diatas, khususnya mengenai profesi full time trader? Ada beberapa poin:

- Full time trader adalah profesi yang aneh bagi kebanyakan masyarakat Indonesia.
- Full time trader masih banyak belum dianggap sebagai profesi.
- Full time trader adalah "profesi" pengangguran.
- Full time trading nggak perlu ngapa-ngapain. 

Mendengar cerita rekan2 yang juga full time trader, saya juga mengalami hal yang sama. Kalau Anda menjadi full time trader, siap2 saja lingkungan Anda (walaupun tidak selalu), akan selalu mengejek profesi yang Anda tekuni. 

Kalau di pos pertama: Menjadi Full Time Trader Part I saya menyatakan syarat2 yang harus Anda penuhi kalau memang Anda ingin menjadi full time trader. Katakanlah, seluruh syarat2 tersebut sudah Anda penuhi, kemudian Anda sudah siap. Sekarang masalahnya, apakah lingkungan Anda, mungkin keluarga, teman2 Anda bisa menerima profesi tersebut?Apalagi profesi trading adalah profesi yang masih awam, dianggap judi oleh kebanyakan masyarakat Indonesia.

Di satu sisi, mindset dan psikologi masyarakat Indonesia tidak terbiasa melihat pekerjaan pemain saham full time. Masyarakat Indonesia setiap hari dihadapkan pada kondisi dimana bekerja adalah 8 jam sehari, mulai pagi hingga sore, mulai hari senin-jumat atau senin-sabtu dan harus bergulat dengan kemacetan lalu lintas. Mindset inilah yang sudah terbentuk dalam benak masyarakat Indonesia, sehingga kalau Anda bekerja mendapatkan uang di depan komputer di rumah Anda sendiri, dan "hanya" klik tombol Buy dan Sell, rasanya aneh sekali. Apakah Anda sebagai trader, merasa layak mendapatkan uang dengan cara trading? 

Mari kita simak....

SELUK BELUK MENJADI TRADER

Saya ingin menekankan kepada Anda, bahwa profesi trading bukanlah profesi yang semudah dan senganggur yang Anda bayangkan. Kalau Anda mau memutuskan menjadi pemain saham full time, Anda mau nggak mau harus duduk tekun di kantor Anda di rumah, untuk menganalisis saham2 yang bagus. Bahkan waktu market tutup, Anda harus menyeleksi saham2 untuk dibeli besok. Anda harus terus-menerus memantau, mengamati berita2 untuk memutuskan IHSG bergerak ke arah mana, untuk memutuskan sektor2 saham mana yang layak untuk Anda tradingkan. Anda bahkan harus bisa memutuskan apakah Anda hari itu perlu trading atau tidak. 

Pada saat di depan monitor - membeli dan menjual saham, disebut dengan eksekusi, Anda harus bisa ambil keputusan cepat. Anda harus mampu mengambil keputusan beli, jual. Anda harus mampu mengambil keputusan cepat dan tepat untuk take profit, untuk cut loss demi melindungi modal Anda. 

Anda akan dihadapkan pada keputusan yang akan membingungkan Anda, apakah harus menjual atau menahan saham yang Anda miliki. Saat prediksi Anda salah, Anda harus membuat keputusan yang tepat. Saat prediksi Anda benar, Anda tidak boleh terbawa euforia pasar. 

Anda harus terus meng-update analisis Anda kalau Anda ingin dapat uang dari trading. Kalau boleh saya samakan, profesi full time trader sebenarnya sama saja dengan profesi seorang broker atau analis saham. Seorang broker harus terus meng-update informasi2 pasar. Harus memiliki informasi saham2 yang bagus untuk dibeli dari para analis berpengalaman di kantor sekuritas-nya. Demikian juga dengan seorang full time trader. So, menjadi seorang trader bukanlah profesi pengangguran.

Hanya saja, yang membedakannya kalau broker bekerja di kantor sekuritas resmi dengan mengenakan pakaian formal dan jam kerja yang sudah ditetapkan, sedangkan full time trader bekerja di rumah, bisa memakai kaos oblongan dan celana pendek. Pemain saham full time punya waktu yang lebih fleksibel karena tidak terlalu terikat oleh waktu. 

Yang jadi permasalahan, memang banyak dari masyarakat Indonesia, khsusunya masyarakat yang masih awam dengan keberadaan pasar modal, memiliki mindset yang tertanam kuat bahwa kerja harus 8 jam sehari. Sedangkan profesi full time trader tidak mengharuskan Anda untuk bekerja dengan aturan demikian. Profesi ini justru memberikan waktu yang lebih fleksibel kepada Anda.

Melalui pos ini sebenarnya secara tidak langsung saya ingin "mempromosikan" profesi full time trader. Supaya Anda jangan beranggapan yang salah terhadap profesi ini. Seperti yang saya paparkan di pos pertama, bahwa profesi ini adalah profesi yang menjanjikan. APa yang saya paparkan mengenai seluk beluk menjadi trader, setidaknya memberikan gambaran kepada Anda bahwa full time trader adalah sebuah pekerjaan. Anda bisa mempertimbangkannya jika ingin menjadi pemain saham. 

Satu lagi, bagi rekan2 yang memiliki profesi sebagai full time trader, atau pengalaman rekan2 mengenai keberhasilan dan pengalaman2 di dunia trading saham, rekan2 bisa share pengalamannya. Silahkan kirimkan pengalaman Anda ke email: suksesbelajarsaham@gmail.com. Bagi rekan2 yang mengirim ke email saya, pengalaman rekan2 akan saya tampilkan di pos di website ini.. 

Sunday, April 24, 2016

Menjadi Full Time Trader Part I

Profesi full time trader (Tujuan: Trading for A Living).... Kedengarannya keren juga ya? Benar. Full time trader  dalam benak kebanyakan orang, termasuk saya (barangkali Anda juga) adalah: 

- Tidak perlu kerja kantoran.
- Kerja cukup di rumah, cuma trading doank, waktu fleksibel.
- Kaya.
- Punya banyak waktu luang. 
- Punya modal besar untuk trading saham.
- Bisa liburan sesuka hati.
- Memberikan kebebasan waktu dan tempat.

Tokoh yang saya kagumi: meskipun dia investor, bukan trader adalah Lo Kheng Hong. Beliau hanya hidup dari investasi saham saja dan beliau bisa keluar negeri setahun 2 kali.  Walaupun bukan trader, tapi konteksnya disini adalah FULL TIME. Barangkali kalau beliau istilah pas-nya full time investor. Tapi, itu membuktikan bahwa berdagang saham secara full time, memang bisa memberikan Anda kebebasan, keleluasaan. 

Semua itu memang benar. Itulah pekerjaan dan sukacita dari seorang full time trader. Nah, kalau barangkali dari Anda ada yang punya cita2 jadi full time trader, Anda tentu harus mempersiapkan banyak hal, bukan hanya ilmu, tapi kedisiplinan dan faktor psikologis Anda harus siap. So, kesimpulannya untuk menjadi full time trader seperti poin2 yang saya sebutkan diatas tidaklah mudah.

Kemudian Anda memantapkan diri Anda: "Pak, saya memutuskan untuk menjadi full time trader, langkah saya selanjutnya harus bagaimana?"

OK, kalau Anda sudah memutuskan menjadi full time trader, maka saya anggap Anda sudah pintar. Pintar dalam hal apa? Dalam hal menganalisis kondisi market secara global. 

Seorang full time trader (harusnya) paham kapan saatnya masuk pasar - kapan saatnya keluar - kapan saatnya wait and see. Contohnya: akhir April tahun 2015 saat pasar saham mulai anjlok dan banyak berita2 buruk mulai bermunculan soal penurunan perekonomian kita, krisis utang Yunani, perlambatan ekonomi China, apa yang harus dilakukan full time trader? Harusnya dia segera keluar dari pasar (jual saham2nya), kemudian wait and see sampai kondisi pasar mulai bullish, dan sentimen buruk mulai reda.

Kalau Anda masuk pasar saat IHSG anjlok tahun 2015 untuk trading harian, maka keputusan Anda SALAH. Kenapa? Karena banyak sekali harga saham yang sudah terdiskon, eh ternyata harganya masih turun besok, dan turun lagi lebih banyak esok harinya. Kalau Anda berpikir hari ini harga saham BBRI sudah terdiskon (murah karena turun terus), lalu Anda beli, kemudian harganya turun terus, saham Anda pasti 'nyantol'. 

$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$

Nah, sekarang kembali ke pertanyaan tadi: "Saya ingin menjadi full time trader". Menjadi full time trader kelihatannya enak, tapi TIDAK SEMUDAH APA YANG ANDA BAYANGKAN. Ada banyak yang harus Anda pertimbangkan.

Pertama. Bekal ilmu analisis teknikal. Itu pasti. Saya rasa sudah jelas.  Kalau mau jadi trader, ya Anda harus punya kemampuan trading yang baik. Bukan hanya kemampuan analisis saham spesifik, tapi Anda harus bisa analisis kondisi pasar secara global, termasuk sentimen2 yang berpengaruh kuat terhadap IHSG. Seperti yang saya paparkan tadi, Anda harus paham kapan saatnya masuk pasar - kapan saatnya keluar - kapan saatnya wait and see.

Jam terbang sangat mempengaruhi kemampuan Anda untuk menjadi full time trader. Saran saya, kalau mau jadi full time trader, pengalaman Anda trading di pasar modal harus diatas 5 tahun. Supaya Anda punya kesempatan mempelajari kondisi pasar dalam berbagai situasi.

Kedua.  Full time trader membutuhkan dana besar. Menjadi full time trader artinya Anda harus siap modal besar, karena full time trader penghasilan utamanya dari trading itu sendiri, sehingga kalau modal Rp10.000.000 atau Rp25.000.000 mungkin terlalu kecil. Full time trader, saran saya modal minimal adalah Rp100.000.000. Ingat, semakin besar modal, return semakin besar. Jika Anda ingin mendapat penghasilan lebih dari Rp5.000.000 sebulan, maka saran saya Anda masukkan dana lebih dari Rp100.000.000.

Kalau Anda memutuskan akan terjun sebagai full time trader, maka Anda harus menghitung berapa kebutuhan Anda dalam sebulan dan tingkat keuntungan yang bisa Anda capai dalam sebulan ketika Anda melakukan aktivitas trading sehari-hari. Jadi katakanlah, biaya hidup Anda sebulan adalah 5 juta, dan karena Anda sudah ahli, Anda bisa menghasilkan keuntungan trading sebulan adalah 7%.  Dengan perhtungan tersebut maka Anda harus mengeluarkan dana sebesar Rp71.500.000 (5 juta / 7%).. Tapi, tentu saja Anda nggak mungkin hidup dengan break event point (pendapatan = biaya). Jadi, investasi Rp71.500.000 itu kurang, karena modal sekian hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup Anda saja.

Sedangkan, Anda pasti juga memerlukan biaya darurat, biaya investasi, keperluan2 lainnya. Tentu, Anda harus memasukkan dana lebih dari itu. Apalagi kalau Anda membaca alasan keempat, tentu dana Rp71.500.000 dengan asumsi pengeluaran per bulan Anda 5 juta dan Anda bisa dapat return sebulan 7% sangat dan sangat kurang. Jadi, itulah alasan mengapa Anda harus memasukkan dana minimal Rp100.000.000 jika Anda memutuskan untuk menjadi full time trader dengan tujuan Trading for A Living.

Ketiga. Disiplin eksekusi. Karena modal harus besar, maka Anda harus disiplin melakukan cut loss dan take profit. Jangan sampai Anda tidak disiplin pada aturan cut loss yang Anda tetapkan, saham turun banyak baru Anda cut loss dan ruginya besar sekali, kemudian Anda menangis dan menganggap saham itu judi. Demikian juga, ketika Anda menetapkan take profit di harga sekian, maka Anda juga harus disiplin melakukannya.  

Keempat. Siapkah psikologis Anda, jika tidak ada penghasilan? Perlu Anda ketahui bahwa menjadi full time trader, berarti Anda harus siap2 jika tidak ada penghasilan dalam jangka waktu tertentu? Lho, apa maksudnya?

Maksudnya begini, tadi saya jelaskan dengan contoh IHSG 2015 bahwa Anda harus paham kapan saatnya masuk pasar - kapan saatnya keluar - kapan saatnya wait and see. Nah, kalau pasar saham kita anjlok, artinya Anda jangan masuk pasar. Kalau pasar saham anjlok seperti tahun 2015, sampai 6 bulan (April - September), apalagi waktu IHSG seperti tahun 2008, maka Anda bahkan harus siap tidak ada penghasilan sama sekali selama waktu 6 bulan tersebut, bahkan bisa lebih dri 6 bulan. Siapkah Anda?

Dalam kondisi market bullish, Anda bisa mendapatkan return puluhan kali lipat dalam satu bulan. Apalagi sebagai full time trader yang (seharusnya) sudah paham betul kondisi saham dan market, memperoleh profit dari dana Rp100.000.000 menjadi Rp500.000.000 dalam sebulan bukan hal yang mustahil. Tapi kalau pasar lagi lesu, Anda bahkan harus siap tidak ada penghasilan dari trading. 

Maka solusinya: Anda harus bijak kelola profit yang Anda dapatkan. Kalau dapat profit banyak dalam kondisi pasar bullish, maka jangan boros. Sisakan dana Anda minimal Rp80.000.000 dari profit Anda untuk motif berjaga-jaga: Apabila pasar sedang lesu, Anda sudah punya simpanan. Kalau dalam kondisi market lesu, jangan tergoda masuk, apalagi untuk ambil saham2 gorengan yang tidak jelas arah pergerakannya. 

Dari pemaparan saya diatas, sudah jelas dan sangat jelas sekali kalau menjadi full time trader atau bahasanya adalah Trading for A Living itu gampang2 susah. Celakanya, banyaaaaak sekali para pemula yang belum apa2, yang ilmunya masih sedikit sudah ngarep dapat penghasilan berlipat ganda dari trading. Bahkan dengan modal yang nggak seberapa besar, banyak pemula yang ngarep dapat penghasilan puluhan kali lipat dalam sebulan. 

Kalau Anda menginginkan menjadi full time trader, Anda harus memenuhi empat aspek tersebut. Bagaimana dengan pemula? Kalau masih pemula jangan menjadi full time trader. Matangkan dahulu analisis Anda dan psikologis Anda, baru menjadi full time trader. 

Dan tentu saja, kalau Anda belum punya semua itu, atau bahkan terlewat satu aspek saja, maka kurungkan niat Anda untuk jadi full time trader dan penuhi dahulu aspek2 tersebut.

Baca pos lanjutan: Menjadi full time trader (Part II)

Friday, April 22, 2016

Menjadi Trader atau Investor Saham? - Part V

Baca part sebelumnya: Menjadi Trader atau Investor Saham? - Part IVPerlu Anda ketahui, untuk menjadi seorang investor, Anda tidak hanya membutuhkan kemampuan fundamental, namun Anda harus memiliki mental yang kuat. Artinya, sebagai seorang investor Anda tidak seharusnya menjual saham ketika harganya baru naik 15% dalam beberapa bulan. 

Namanya juga investor, saham yang Anda pegang harusnya Anda simpan untuk jangka panjang diatas 1 tahun. Di satu sisi, sebagai seorang investor, Anda harus tahan kalau melihat harga saham Anda tiba2 turun, dan Anda tetap memiliki keyakinan bahwa harga saham akan berbalik naik, karena analisis fundamental Anda sudah menyatakan sebelumnya.

Misalnya: Anda membeli saham AABB di harga Rp5.000. Lima bulan kemudian harga saham Anda naik menjadi Rp6.100. Tiba2 karena Indonesia sedang dilanda berita2 buruk,  dan kebetulan berita2 tersebut memberikan pengaruh yang besar pada lini sektor usaha yang Anda investasikan. Harga saham Anda pun ikut ikut turun. Dari 6.100 turun menjadi 5.500. 

Kemudian turun lagi menjadi 4.500. Seorang investor ketika melihat penurunan harga sahamnya, tidak akan langsung melakukan cut loss. Namun, mereka memiliki mental dan prinsip yang kuat dengan tetap memegang sahamnya (hold), karena analisis fundamental Anda sudah mengatakan bahwa perusahaan tersebut prospek dan harganya akan kembali, kecuali jika terjadi hal2 diluar dugaan Anda (misalnya: perusahaan tiba2 berpindah lini bisnis).

Coba perhatikan investor2 yang sudah sukses sebagai seorang investor di pasar modal, contohnya Warren Buffet. Beliau memegang saham dalam jangka waktu yang sangat lama, tidak menjual sahamnya meskipun harga sahamnya mengalami penurunan. Meskipun Bursa saham Amerika sedang dilanda berita buruk sekalipun. 

Perhatikan pula investor Indonesia Lo Kheng Hong, yang dijuluki sebagai Warren Buffet-nya Indonesia. Salah satu saham yang dipegang sampai sekarang adalah PTRO. Saham PTRO Lo Kheng Hong boleh saya katakan mengalami penurunan, namun beliau tidak menjual sahamnya. Mengapa? Karena beliau memiliki prinsip dan mental sebagai seorang investor, bukan sebagai seorang trader.

Seorang investor bahkan berani membeli saham tidur, jika memang analisis mereka menganggap bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek yang luar biasa. Bahkan, sampai beberapa bulan kedepan ketika sahamnya masih saja tidur, sang investor tidak akan melepas sahamnya. Berbeda dengan trader, kalau melihat saham tidur, sudah pasti 100% akan dihindari. 

Nah, kalau Anda adalah tipikal orang2 sabar, malahan Anda tidak tahan kalau terus-menerus pantengin layar monitor. Anda juga didukung dengan analisis fundamental yang baik. Maka Anda adalah tipe investor. Memang masih banyak para trader yang ngakunya investor, padahal mereka tidak kuat melihat saham2 yang disimpan turun, akhirnya sebentar langsung dijual. 

Kalau Anda lebih cocok menjadi trader karena karakter Anda sama sekali tidak pernah bisa menyimpan saham untuk jangka waktu yang lama, namun Anda ngotot jadi investor, Anda bisa2 malah rugi bukan untung. Sebaliknya, kalau Anda sangat menyukai perusahaan2 yang bertumbuh dan analisis jangka panjang Anda kuat, Anda bisa menyimpan saham2 yang bagus, namun Anda ngotot menjadi trader, maka kerugian-lah yang akan Anda dapatkan.

Jadi, menjadi trader atau investor tidak ada yang lebih baik, dan tidak ada yang lebih buruk. So melalui pos ini, setidaknya saya ingin memberikan gambaran pada Anda: Anda harus menentukan apakah Anda adalah seorang trader atau investor, ditinjau dari praktik secara langsung di lapangan (pasar saham). 

Thursday, April 21, 2016

Menjadi Trader atau Investor Saham?- Part I

Beberapa bulan lalu, saya mengadakan survei di web ini dengan pertanyaan: Anda memilih menjadi trader atau investor saham? Dari hasil survei diperoleh jawaban dari para responden dengan total suara: 114 suara sebagai berikut:

Day trader (Hitungan menit - jam)        : 9 suara (7%)
Day trader (1-3 hari, maks 1 minggu)    : 56 suara (49%)
Trader 1-3 minggu                                     : 20 suara (17%)
Trader 1-3 bulan                                         : 10 suara (8%)
Trader mid term 3-9 bulan                      : 4 suara (3%)
Investor (>1 tahun)                                   : 15 suara (13%)

Berikut adalah cropping hasil survei yang sudah saya lakukan di web Saham Gain.



Terima kasih rekan2 yang telah meluangkan waktu untuk ikut dalam partisipasi survei pasar modal di web Saham Gain. Sebelum saya menjelaskan lebih lanjut, ada baiknya Anda mengetahui terlebih dahulu tipe2 trader dan investor:
  1. Scalping trader: trading untuk hitungan jam, bahkan menit.
  2. Swing trader: trading untuk rentang waktu beberapa hari sampai satu bulan. Biasanya disebut sebagai trend following, karena tipikal swing trader adalah mereka yang mengandalkan pergerakan tren. 
  3. Mid term trader: prinsipnya sama dengan swing trader (sama2 sebagai trend following), hanya jangka waktunya beberapa bulan sampai dengan satu tahun. Trader tipe ini disebut juga sebagai semi investasi, karena mereka trading untuk rentang waktu yang agak panjang. 
  4. Investor: Investasi untuk jangka waktu diatas satu tahun. Investor dibagi menjadi value investor dan grwoth investor, namun tidak akan saya bahas lebih lanjut di pos ini. 
Nah, dari hasil survei tersebut didapatkan suara terbanyak dari rekan2 yang memilih untuk menjadi day trader rentang waktu maksimal 1 minggu sebanyak 56 suara (49% dari total suara). Dan suara terbanyak kedua adalah trading untuk rentang waktu 1-3 minggu sebanyak 20 suara (17% dari total suara). 

Artinya, kalau disimpulkan, banyak dari Anda yang sangat suka untuk menjadi swing trader dengan rentang waktu trading beberapa hari sampai dibawah 1 bulan. Trading tidak terlalu cepat, tapi juga tidak terlalu lama. 

Mid term trading memang jarang disukai trader, karena para trader merasa bahwa trading dengan rentang waktu beberapa bulan itu terlalu lama, dan rasanya nanggung banget. Kalau mau trading jangka waktu agak panjang, sekalian saja investasi. Dari hasil survei, hanya 4 suara saja (3% dari total suara) yang memilih menjadi mid term trader. 

Demikian juga dengan scalping trader (hitungan menit - jam), yang hanya 9 suara (7% dari total suara). Menjadi scalping trader tidak mudah, karena Anda harus memiliki timing keluar masuk yang pas dalam rentang waktu yang sangat cepat, bahkan dalam hitungan menit.

Kembali lagi ke judul pos diatas: "Enaknya saya menjadi trader atau investor saham?" Semua tergantung pada tujuan Anda masing2. Dalam hal apa anda dikatakan cocok sebagai investor, dan dalam hal apa anda cocok dikatakan sebagai trader? Mau tahu jawabannya? Baca lanjutan tulisan ini: Menjadi Trader atau Investor Saham?- Part II.

Wednesday, April 13, 2016

Membuat Trading Plan (Pemula - Expert) Part II (Konsistensi Trading Plan)

Di pos saya sebelumnya: Membuat Trading Plan (Pemula - Expert) Part I saya sudah membahas cara membuat trading plan. Nah, barangkali Anda orang yang kritis kemudian bertanya kembali:

 "Berarti dengan trading plan dan memtauhinya, sudah menjamin saya bisa langsung untung besar donk?"

Kalau Anda bertanya seperti itu, jujur saja saya jawab apa adanya: Tidak juga....

Selalu saya utarakan kepada Anda khususnya melalui tulisan2 yang saya utarakan di pos web ini, jangan memiliki harapan yang terlalu besar untuk bisa profit segede mungkin dari pasar saham. Dapat profit dari pasar saham itu tidak mudah. Maka dari itu, untuk menyiasatinya dan untuk mematahkan siklus psikologi pasar yang berulang, Anda harus disiplin dan konsisten dalam menjalankan trading plan Anda. Ketika Anda bisa menjalankan trading plan dengan konsisten, maka profit juga akan mengikuti dengan konsisten. Baca pos: Kesalahan Utama Trading: Untuk Uang. 

Perhatikan kata kunci dari kata2 yang saya cetak tebal: KONSISTEN. Jadi, tujuan PERTAMA ketika Anda membuat trading plan adalah membuat supaya Anda bisa UNTUNG KONSISTEN dan bisa menekan kerugian Anda secara KONSISTEN pula. Untung konsisten bukan berarti untung gede dan spektakuler!

Wah, berarti saya tidak bisa untung besar donk kalau sudah punya trading plan?

Maksud saya bukan seperti itu. Sekarang saya beri 2 pilihan pada Anda:

1. 25 kali transaksi saham Anda menghasilkan 18 untung dan 7 cut loss tapi keuntungan Anda sangat konsisten walaupun kecil dan cut loss Anda dua kali lebih kecil dari cuan Anda. Total: Anda cuan

2. Anda dalam 2 kali transaksi untung Rp10.000.000, tapi dalam 5 transaksi saham berikutnya rugi Rp10.000.000. Total: break event poin (BEP).

Anda pilih yang mana? Kalau menurut ilmu konsistensi, seharusnya yang lebih baik yang pilihan nomor 1. 

Kenapa Anda perlu untung konsisten dahulu? Karena di pasar saham Anda tidak akan mudah untuk meraup keuntungan. Seperti pengalaman saya, 6 bulan pertama trading saham, saya bisa mendapatkan cuan yang gede, setelah itu hanya 2 transaksi saya, bisa menimbulkan kerugian sebesar cuan yang saya peroleh di 6 bulan pertama. Kenapa bisa terjadi seperti itu? Karena saya tidak punya trading plan.  

Jadi perlu Anda ketahui, kalau Anda trading tidak punya trading plan dampaknya akan sangat berbahaya bagi modal yang Anda tanamkan di saham. Kenyataannya, banyak sekali pemula yang cuma mau untung besar dalam sekejap tanpa punya trading plan. Banyak sekali orang2 yang terjebak dalam iming2 bahwa trading saham itu mudah tanpa memaparkan risiko dan pentingnya trading plan. Dan percayalah Anda tidak akan untung tapi malah buntung.. 

Dengan trading plan bukan berarti Anda tidak bisa untung besar dari pasar saham. Para full time trader pasti bisa mendapatkan keuntungan besar dari saham? Lho kok bisa begitu? Jelas saja, karena para full time ini hanya memenuhi kebutuhuan hidup sehari-harinya dari saham saja, sehingga dipastikan full time bisa dan paham cara mencetak cuan yang besar dari pasar saham. Baca juga pos: Menjadi Full Time Trader Part I.

Tapi yang saya tekankan disini bukan cuan yang besar, namun konsistensinya. Para full time trader bisa mencetak cuan yang besar, dan mereka melakukannya secara KONSISTEN, termasuk ketika mereka harus menetapkan batasan cut loss secara KONSISTEN juga. Para trader yang sudah bisa mencetak keuntungan secara spektakuler di pasar saham, bukan berarti mereka trading beberapa bulan kemudian cuan gede.

Para trader yang bisa mencetak keuntungan besar diawali dari KONSISTENSI mereka. dari kekonsistenannya menjalankan trading plan itulah, perlahan mereka bisa mencetak trading2 berkualitas dan akhirnya berubahlah menjadi profit yang besar yang diperoleh secara KONSISTEN pula. Jadi, trader yang sudah bisa untung secara konsisten dan atau konsisten dan besar, mereka tidak mudah terpengaruh total oleh kondisi psikologi FEAR AND GREED, karena mereka memiliki dan menjalankan trading plan-nya.

Saya pribadi baru bisa mencetak keuntungan konsisten dengan strategi2 teknikal yang saya buat setelah saya menjalankan trading plan saya. Di awal menjalankan trading plan, saya sering berganti trading plan dan pada akhirnya saya menemukan trading plan dan strategi "bermain" saham yang pas. 

Ketika saya mendapatkan untung konsisten, hal ini bukan juga jaminan untuk saya bahwa saya tidak terbawa oleh arus psikologi fear and greed. Namun, trading plan mampu mengarahkan Anda untuk menuju pada konsistensi trading yang benar..

Jadi, berhentilah berharap terlalu besar dari pasar saham. Tentukan tipe dan strategi trading Anda, dan buatlah trading plan serta laksanakan.  

Saturday, April 09, 2016

Membuat Trading Plan (Pemula - Expert) Part I

Berkaitan dengan pos sebelumnya: Psikologi Pasar: Fear And Greed Part III salah sudah menulis tentang bagaimana cara untuk mengalahkan psikologi yang berulang: FEAR and GREED yang selalu menghantui para trader. Seperti saya paparkan di pos sebelumnya, cara paling penting untuk mengalahkan psikologi tersebut adalah dengan cara membuat dan mematuhi TRADING PLAN Anda. Dengan trading plan, jalan Anda akan lebih lurus dan tidak tergoda dengan saham2 yang tidak jelas.

Lalu Anda bertanya: "Trading plan itu yang seperti apa ya?

Menurut definisi saya trading plan merupakan untuk Strategi perencanaan manajemen modal trader dan investor dalam memetakan portofolio pilihan, menetapkan strategi analisis indikator dan menetapkan batasan take profit (memaksimalkan keuntungan) serta menimimalkan kerugian sekecil mungkin, supaya bisa mendapat profit secara konsisten, yang pada akhirnya bisa membuat profit menjadi besar. 

Jadi kata2 kunci trading plan disini adalah:

- Perencanaan portofolio
- Perencanaan indikator pilihan
- Memaksimalkan profit
- Meminimalkan cut loss
- Memanajemen modal

Tujuan trading plan: sangat jelas untuk menghindarkan Anda dari kondisi psikologis yang berpotensi menyerang Anda: FEAR and GREED, seperti yang saya paparkan di pos2 sebelumnya tentang psikologi trading. Tujuan akhirnya: Anda profit maksimal dan rugi seminimal mungkin.

OK Anda sudah paham apa itu trading plan dan mengapa sangat dibutuhkan. Nanti akan saya jelaskan lebih banyak tentang kegunaan trading plan ini. Mungkin Anda sudah banyak yang tidak sabar dan bertanya: "Terus gimana caranya buat trading plan?"

Disinilah saya akan memberi saran singkat pada Anda mengenai cara membuat trading plan untuk tahap pemula - mahir, berdasarkan pada kata2 kunci diatas. Saya mulai saja.

---------------------------------------------------------

Anda adalah seorang pemula, benar2 pemula... Maka apa yang harus saya lakukan?

Pertama. Tentukan jangka waktu trading. Anda ingin trading harian, mingguan, atau bahkan menjadi scalping trader, yang masuk-keluar pasar hanya dalam hitungan jam bahkan menit? Jika Anda memilih untuk menjadi scalping dan trading mingguan tidak masalah, namun pisahkan dana Anda. Untuk pemula, saya menyarankan Anda trading harian, sekitar 2 hari - 1 minggu. Tujuannya supaya Anda lebih banyak mempelajari analisis teknikal dan mempelajari pergerakan market. Dengan demikian, Anda bisa lebih peka. 

Kedua. Perencanaan modal dan manajemen modal. Modal pemula yang saya sarankan ada di kisaran Rp1.000.000 - Rp1.500.000. Jangan lebih dari itu. Setelah itu, Anda rencanakan maksimal Anda punya 3 portofolio. Jangan pernah menghabiskan dana Anda 100% pada saham2 yang Anda beli. Selalu sisakan dana di account balance Anda. Untuk memanajemen modal, bahasan trading plan secara jelas silahkan baca lagi pos: Perencanaan Dana Untuk Trading Saham, Baca juga: Ilustrasi Membeli Saham dengan Modal Rp500.000

Ketiga, siapkan portofolio pilihan Anda. Saran saya, usahakan Anda memilih portofolio dari saham2 LQ45. Anda harus memiliki saham2 pilihan Anda yang Anda gunakan untuk trading. Tujuannya agar Anda tidak mudah terjebak dengan saham2 yang pergerakannya tidak likuid. Sudahkah Anda membaca pos: Menggunakan Diversifikasi Saham yang Pas. Baca juga: Menetapkan Saham Pilihan Trading. Baca juga: Trader Harus Punya Saham Pilihan.

Keempat, siapkan indikator2 yang cocok untuk Anda. Setiap indikator yang digunakan oleh orang lain belum tentu cocok untuk Anda. Oleh karena itu, Anda harus memulai dengan trial and error untuk mencoba indikator2 yang cocok dan pas untuk trading Anda. Baca pos: Analisis Teknikal Klasik Vs Teknikal Modern.

Kelima. Nah ini adalah bagian terpenting yang TIDAK BOLEH DIABAIKAN oleh setiap trader. Apa itu? Menentukan take profit dan batasan cut loss. Saat membeli saham, Anda harus sudah tahu kapan Anda tak profit dan kapan Anda cut loss. Lalu berapa persentase saya harus melakukan take profit dan cut loss?

Sebenarnya take profit itu paling tidak harus 2x lebih banyak dari cut loss (take profit: cut loss= 2:1). Kalau sudah expert, take profit harus 3x lebih banyak dari cut loss (take profit: cut loss= 3:1. Intinya, Anda harus bisa sebesar mungkin dengan menyempitkan / meminimalkan sekecil-kecilnya batasan cut loss. 

Tapi kalau Anda pemula, kelihatannya sulit kalau Anda harus menetapkan take profit segede mungkin dan cut loss sekecil mungkin. Maka dari itu, saran saya untuk pemula, Anda menetapkan disiplin cut loss sebesar 5% dengan take profit sebesar 6-7%.. Silahkan lihat tabel dibawah.






Target pertama bukan dapat untung sebesar-besarnya, tapi adalah supaya Anda bisa profit konsisten dan Anda menekan kerugian dengan konsisten. cut loss sebesar 5% terlihat cukup berat, namun setidaknya Anda belajar terlebih dahulu. Setelah Anda sudah mulai memahami pasar, Anda sudah tahu batasan2 cut loss dan take profit. Anda bisa menurunkan batasan cut loss lebih rendah dengan take profit lebih besar. ANda bisa menaikkan 2x liat take profit: cut loss = 2:1. Berikut adalah saran take profit dan cut loss jika Anda sudah mulai memahami kondisi pasar dan seluk beluk trading.





Jika Anda sudah mahir, Anda bisa meningkatkan take profit Anda dan meminimalkan persentase cut loss. Dan tentu saja, inilah akhir dari tujuan dari setiap orang untuk trading dan sekaligus menjadi tujuan akhirnya yaitu memaksimalkan profit dan meminimalkan kerugian sekecil-kecilnya. 

Jika Anda bertanya kembali: "Seberapa lama kira2 seseorang dapat dikatakan mahir untuk menjadi seorang pro dan bisa handal dalam memaksimalkan keuntungan dan menekan kerugian?"

Tidak ada patokan pasti. Namun, kalau Anda baru berkecimpung di dunia saham 2-3 tahun, maka saya pastikan Anda belum cukup kuat untuk bisa naik ke posisi pro..  Coba Anda bayangkan, seorang Christiano Ronaldo (CR). CR bisa bermain di klub2 besar, seperti Manchester United dan Real Madrid, mencetak banyak gol2 spektakuler dengan skill yang menawan, apakah CR hanya butuh berlatih selama 2 tahun? Tentu tidak kan? CR butuh berlatih bertahun-tahun, bahkan mungkin sejak dia masih usia dini. 

Sama juga dengan trading saham. Kalau Anda ingin mahir, mulailah dengan belajar, mulailah dengan membuat trading plan. Kembali lagi ke bahasan poin kelima maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

"Take profit dan cut loss harus ditentukan berdasarkan trading plan Anda, bukan berdasarkan antrian bid-offer".  Anda harus sudah memiliki trading plan dan Anda harus berusaha untuk mematuhi trading plan Anda sendiri. 

Keenam. Disiplin dan konsisten. Ini adalah bagian paling sulit untuk diterapkan. Kalau Anda beli saham, Anda menetapkan take profit sebesar 5%, lalu harganya tiba2 naik 5%, segera tak profit. Itu adalah arti dari disiplin dan konsisten. 

Banyak trader yang terjebak dalam kondisi pasar. Mereka sesungguhnya sudah memiliki trading plan, karena mereka melihat harga saham yang naik cepat, mereka terus ngarep, dan akhirnya mereka yang harusnya sudah profit malah rugi. Sayang sekali bukan?

"Tapi Pak, saya sudah disiplin dan konsisten menjalankan trading plan, kok malah banyak cut loss-nya ya?"

Kalau Anda terus2-an cut loss, berarti ada yang salah dengan salah satu trading plan Anda. KEMUNGKINAN TERBESAR adalah: Kesalahan Anda membaca indikator, kurang peka dalam memprediksi pergerakan market, indikator yang Anda gunakan tidak cocok dengan karakter Anda, atau bahkan Anda malah beli saham2 yang tidak likuid. Jadi, kalau Anda terus2 an cut loss, segera perbaiki cara analisis Anda.

Kemudian Anda masih belum puas dan kembali menimpal: "Hahaha cut loss? buat apa? Toh harganya nanti juga naik, rugi lah kalau cut loss, ntar malah rugi."

Cut loss adalah bagian dari trading plan. Kalau Anda tidak melakukan cut loss, waktu dan modal Anda akan hilang. Mengapa? Karena dengan cut loss sedini mungkin:

1. Anda menyelamatkan modal Anda.
2. Anda bisa memindahkan/membeli saham di harga yang rendah dan bagus.

Dibandingkan menahan saham nyantol yang bisa Anda jual, kenapa tidak Anda alihkan saja ke saham2 yang bisa mencetak profit? Baca juga psos: Penyebab Saham 'Nyantol': Trader Tidak Mau Cut Loss."

Itulah kira2 cara membuat trading plan yang saya sarankan kepada Anda. Ingat itu tadi adalah saran. Sesuaikan sendiri dengan kondisi Anda. 

Jadi Pak, Apakah ketika kita membuat trading plan, maka kita bisa mencetak keuntungan2 spektakuler?... 

Silahkan simak jawabannya di pos lanjutan: Membuat Trading Plan (Pemula - Expert) Part II (Konsistensi Trading Plan).

Psikologi Pasar: Fear And Greed (Part III)

Baca juga pos sebelumnya (Part I): Psikologi Pasar: Fear And Greed (Part I)


Di dua pos sebelumnya saya sudah menjelaskan banyak mengenai psikologi pasar yang berulang, dan psikologi bandar. Dan kini Anda mengetahui mengapa di pasar modal psikologi Fear and Greed ini akan selalu terulang, karena dalam ilmu psikologis quote terkenal: Orang akan cenderung merespon dengan emosi yang sama terhadap masalah yang sama. Hal ini juga berlaku untuk pasar modal, di mana cerminan psikologis (pasar merespon masalah yang sama dengan cara yang sama) pasar digambarkan dalam grafik harga saham (chart). Fear and greed akan selalu terulang dan pasar akan meresponnya dengan cara yang sama.

Dari dua pos Part I dan Part II yang sudah saya jelaskan, saya dan Anda pasti setuju bahwa psikologi pasar bisa menjerumuskan kita dalam kerugian yang besar. Bahkan dalam kondisi pasar bullish sekalipun seorang trader tanpa perencanaan yang baik bisa rugi besar. Tapi masalahnya,  walaupun siklus emosi tersebut selalu terulang, namun tidak mudah untuk mengalahkan rasa fear and greed. Lalu bagaimana cara mengatasinya? 

Jawabannya adalah: TRADING PLAN dan KONTROL EMOSI.

Membuat dan mematuhi trading plan Anda adalah hal yang paling penting. Tanpa trading plan, Anda akan kesulitan mengelola portofolio dan manajemen modal Anda. Tidak percaya? Silahkan baca pos selanjutnya: Membuat Trading Plan (Pemula - Expert) Part I. Intinya, trading plan membuat trading Anda menjadi lebih teratur dan konsisten. Sangat penting untuk menetapkan kedisiplinan dalam trading plan Anda. Jangan melanggar aturan Anda sendiri. Profit konsisten bisa Anda dapatkan kalau Anda bisa mematuhi trading plan Anda sendiri.

Rekomendasi para analis. Terlalu percaya pada rekomendasi para analis membuat trading plan Anda semakin kacau, yang pada akhirnya percaya atau tidak akan membuat Anda terjebak dalam kondisi fear and greed. Silahkan baca pos: Seberapa Akurat Rekomendasi Para Analis?

Kedua, kontrol emosi. Kontrol emosi tidak lepas dari kemampuan Anda menjalankan trading plan Anda. Ketika Anda bisa menjalankan trading plan dan KONSISTEN melakukannya, Anda tidak akan terjebak dalam kondisi fear and greed. Fear and greed di pasar modal terjadi karena para trader tidak bisa mengendalikan emosi mereka. Emosi yang berlebihan terjadi karena mereka mudah tergoda oleh saham2 yang naik cepat tanpa didasari analisis yang baik. 

Dalam kondisi pasar yang sedang bullish, Anda tidak boleh mudah tergiur untuk lekas membeli saham2 yang harganya naik kencang. Apalagi, kalau saham2 tersebut sudah diluar trading plan Anda. 

Tapi Pak, harganya naik terus nih. Untuk apa momen tersebut kalau nggak dimanfaatin?

Jika Anda bertanya seperti itu maka akan saya jawab: saham2 di pasar modal dalam kondisi bullish, akan ada banyak sekali yang naik, apakah Anda harus membelinya semua? Kalau Anda membeli semua, portofolio Anda akan membengkak, dan profit Anda tidak akan maksimal. Anda harus mampu menyeleksi portofolio berdasarkan analisis Anda. 

Demikian juga dengan kondisi pasar yang sedang bearish. Katakanlah karena kondisi pasar yang sedang bearish, harga saham Anda turun. Apakah Anda harus ketakutan sampai keringat dingin?

Tentu saja tidak. Lalu bagaimana cara mengatasi kondisi pasar bearish? CUT LOSS. Kalau harga saham Anda sudah turun sesuai dengan batasan cut loss Anda, segera cut loss, jangan panik dan jangan terus berharap. Anda tidak perlu takut luar biasa ketika pasar bearish. Ketika Anda cut loss, Anda sudah mengamankan modal Anda. Keputusan selanjutnya adalah wait and see dan melihat peluang di harga rendah.

'Ah, Pak Heze ini. Ngomong gampang. Ngelaksanakannya susah.

Saya akui melaksanakan tidak semudah bicara. Saya sendiri terkadang ragu untuk mematuhi beberapa trading plan saya sendiri, tapi mau tidak mau saya harus melaksanakannya. Ketika saya mematuhi trading plan saya, kerugian saya terkontrol dan saya bisa profit konsisten. 

So, cara mengalahkan kondisi pasar fear and greed itu sendiri adalah dengan mematuhi trading plan Anda. Dengan menyiapkan take profit dan mematuhi batasan cut loss.  Sudahkah Anda membaca pos: Fakta-fakta Psikologi di Pasar Saham? Tentunya, Anda juga harus bisa membaca kondisi pasar. Artinya apa? Artinya, Anda harus bisa melakukan analisis pasar secara objektif dan independen, yang tidak terlalu bergantung pada analis. 

Keberhasilan Anda mematahkan siklus psikologi emosi yang berulang, tergantung dari diri Anda sendiri, bukan pada orang lain, bukan pada pasar. Pasar tidak akan peduli seberapa besar Anda untung, seberapa besar Anda rugi.

Tuesday, April 05, 2016

Psikologi Pasar: Fear And Greed (Part II) --> Psikologi Bandar

Baca juga pos sebelumnya: Psikologi Pasar: Fear And Greed (Part I)

Nah, setelah memahami mengenai psikologi pasar yang utama, yaitu Fear And Greed, Anda mulai memahaminya. Namun barangkali Anda adalah orang yang kritis, kemudian bertanya: "Lalu bagaimana psikologi pasar saham bandar yang suka "mempermainkan" harga saham?" 

Pertanyaan ini yang saya tunggu2

Sederhana saja. Perlu Anda ketahui bahwa bandar juga mempermainkan pikiran Anda dengan cara memanfaatkan situasi fear and greed. Dan bandar biasanya sengaja mengincar saham2 yang harganya rendah bahkan sampai harga Rp100 per lembar dan yang sahamnya tidak likuid. Kenapa kok bandar kebanyakan mempermainkan saham2 yang harganya rendah dan tidak likuid? Bukannya saham yang nggak likuid bukan cuma saham2 yang harganya rendah? Saham2 yang harganya tinggi pun banyak juga yang tidak likuid. 

Psikologi yang akan menjawab pertanyaan tersebut. Saham2 yang harganya rendah tidak akan membutuhkan modal yang besar untuk masuk, bahkan dana Rp500.000 Anda sudah bisa beli sahamnya. Secara psikologi, orang2 akan lebih tertarik ketika melihat shaam murah yang harganya naik kencang, karena merupakan kesempatan cuan dengan modal.

Sedangkan kalau sahamnya mahal dan harganya naik kencang, orang mungkin masih akan pikir2. Selain harganya mahal, sahamnya naik kencang berarti harganya tambah mahal lagi, dan semakin susah mereka untuk menjangkau saham tersebut dengan modal yang kecil.

Bandar biasanya mempermainkan psikologis investor2 ritel dan terbukti investor2 ritel inilah yang selalu terjebak dalam permainan bandar. Bandar seringkali mempermainkan psikologis investor ritel melalui rumor2 yang ada. Namanya juga rumor, kebenarannya belum terbukti. Sudahkah Anda membaca pos: Buy On Rumor, Sell On News?

 Saya kasih contoh konkrit dengan sedikit ilustrasi:

Saham AABB harganya Rp125 dan saham ini tidak likuid. Pergerakan harga saham ini hampir tidak bergerak karena yang mentradingkan hanya sedikit. Tiba2 karena sebuah rumor saham AABB naik kencang sekali. Hari pertama tiba2 naik menjadi Rp140. Keesokan harinya, naik menjadi Rp158. Si Ali mulai tertarik dengansaham AABB. Secara PSIKOLOGIS, Si Ali dapat tergoda membeli saham AABB karena melihat kenaikannya kencang, sudah begitu harganya murah.

Ali mulai masuk di saham AABB di harga Rp160. Dan benar saja sahamnya naik lagi sampai Rp171. Ali sudah menetapkan akan menjual di Rp170, tetapi karena sahamnya naik kencang, disinilah rasa GREED Ali mulai muncul. Ali mulai berharap supaya harga saham naik lagi menjadi Rp179 dan otomatis si Ali sudah melanggar trading plan-nya sendiri. 

Di saat harga naik menjadi Rp173 tiba2 harga jatuh dalam hitungan menit menjadi 164. Ali menjadi panik, namun ditengah kepanikannya (rasa fear) si Ali masih berharap harga saham balik ke harga Rp170. Ternyata, harga saham masih saja jatuh sampai Rp150 dan keesokan harinya harga saham jatuh lagi ke Rp135. Dan beberapa hari kemudian harga saham turun sampai Rp106, kemudian harga saham AABB stagnan. 

Ternyata saham AABB terkena Unusual Market Activity (UMA) karena pergerakan saham yang tidak wajar. Karena melihat saham yang nilainya terus turun, Ali tidak berani cut loss, dan sahamnya 'nyantol'. Dana yang dimiliki Ali terpenjara dan tidak dapat digunakan apa2 selain menunggu harga sahamnya naik kembali (itupun kalau bisa naik melebihi harga beli awalnya). 

Nah dalam praktiknya Anda akan sering menemui hal2 seperti ini. Itulah mengapa banyak yang bertanya kepada saya: "Pak, saham A, saham B naiknya kapan?" Dimana saham2 tersebut yang notabene saham2 nggak likuid. Perlu Anda ketahui, bandar seakan paham apa yang kita inginkan. Bandar tahu jika investor2 ritel mulai masuk di saham2 yang mereka goreng. Saat harga sudah terlalu tinggi menurut pandangan bandar, bandar memahami situasi GREED dari kebanyakan para investor ritel. Disinilah bandar memanfaatkan momen tersebut. 

Bandar memahami kalau investor2 ritel mudah dipancing melalui kenaikan saham2 "jelek". Saat bandar sudah merasa harga sahamnya tinggi, bandar akan langsung menjual sahamnya, dan sebagian investor ritel pun akhirnya ikut melakukan selling, sehingga bukan tidak mungkin dalam satu saham terjadi panic selling karena perasaan takut (fear).  Setelah bandar mendapat keuntungan besar, bandar akan pergi begitu saja, sehingga trader2 yang belum sempat jual sahamnya, karena dipermainkan oleh perasaan greed oleh para bandar, sahamnya 'nyantol'.

$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$

Sedikit melenceng dari topik bahasan ini, melalui tulisan ini sebenarnya saya pribadi juga ingin mengungkapkan - agar pengatur regulasi di pasar modal kedepannya bisa lebih peka terhadap situasi2 seperti ini (saham gorengan). Di akun facebook Belajar Saham, ketika saham2 yang naiknya banyak sekali dan tidak wajar, banyak komentar2 dari rekan2 yang intinya sebenarnya komplain: 

"Kenapa BEI selalu memberikan status UMA dan suspend pada perusahaan2 yang sahamnya naik tidak wajar, tapi kalau sahamnya turun drastis, sama BEI malah dibiarkan aja?" Sejujurnya, saya juga punya pertanyaan yang sama dengan rekan2. Karena saya merasa ketika saham2 yang naik kencang kebanyakan diberikan status UMA yang dapat Anda lihat melalui situs www.idx.co.id. Namun, tidak banyak saham2 yang turun drastis diberikan status UMA. Peran regulator kedepannya semoga lebih bisa menertibkan keberadaan saham2 gorengan di pasar modal, supaya tidak merugikan investor ritel yang dananya kecil. 

Kembali lagi ke toipk, lantas, bagaimana mengalahkan rasa serakah dan takut tersebut? Baca pos selanjutnya: Psikologi Pasar: Fear And Greed (Part III) - Mengalahkan Fear And Greed.

Sunday, April 03, 2016

Tips Memilih Perusahaan Sekuritas Terbaik

Memilih perusahaan sekuritas yang bagus memang gampang-gampang susah. Kalau Anda ingin buka akun di kantor sekuritas saham, Anda harus memilih satu diantara ratusan perusahaan sekuritas yang ada di Indonesia. Bagi Anda yang ingin buka akun rekening efek Supaya Anda bisa menyeleksi kantor sekuritas mana yang bagus, perhatikan tips2 dibawah ini.

1. Track Record

Hendaknya Anda harus mempertimbangkan track record perusahaan sekuritas. Track record dalam hal ini adalah bebas dari sanksi serta kejujuran dalam mengelola nasabah. Hal ini penting, jika perusahaan sekuritas banyak memiliki sanksi, maka dapat dikatakan perusahaan tersebut tidak bisa mengelola usaha bahkan nasabahnya. 

2. Setoran Awal

Bagi Anda yang merasa memiliki dana serba terbatas tapi ingin terjun ke dunia pasar modal, Anda harus menanyakan berapa setoran awal untuk membuka akun efek. Tahun 2015, Bursa Efek Indonesia mempermudah syarat setoran awal untuk nasabah dengan penyetoran awal minimal hanya Rp100.000, namun tidak semua kantor sekuritas. Anda harus melakukan cross-check.

3. Fee Transaksi

Pertimbangkan fee transaksi. Fee transaksi jangan sampai terlalu besar karena fee transaksi yang besar dapat mempengaruhi jumlah transaksi pembelian maupun penjualan Anda.  

4. Fasilitas Software

Fasilitas software kiranya harus memenuhi kebutuhan para nasabah. Data-data grafik secara real time, akses pialang online melalui software, menu untuk melihat pergerakan setiap sektor perusahaan, informasi laporan keuangan, informasi lokasi perusahaan. Jangan sampai Anda mendapatkan fasilitas software dengan data yang tidak real time setiap saat, sehingga menyesatkan analisis teknikal Anda.  

5. Fasilitas Online Trading

Pertimbangkan kantor sekuritas yang memiliki fasilitas online trading. Hal ini sangat berguna bagi Anda uang ingin trading sendiri.

6. Ketersediaan Rekomendasi Saham Harian

Khusus untuk Anda yang masih belum bisa menganalisis sendiri, jika Anda membutuhkan rekomendasi dari broker, maka pertimbangkan kantor sekuritas yang menyediakan rekomendasi tersebut.  

7. Jumlah Investor (nasabah)

Perlu kiranya diperhatikan berapa jumlah nasabah yang dimiliki kantor sekuritas. Nasabah yang terlalu banyak juga menunjukkan ketidak-efektifan. Mengelola nasabah telralu banyak dapat membuang terlalu banyak waktu dan menurunkan kualitas pelayanan. Pada akhirnya, berpengaruh pada profesionalisme. Sebaliknya, nasabah terlalu sedikit juga menunjukkan kantor sekuritas tersebut tidak profitable. Anda bisa membandingkan 2 / lebih kantor sekuritas untuk mengetahuinya.

8. Modal Perusahaan

Semakin besar modal, perusahaan menunjukkan bahwa semakin banyak transaksi jual-beli saham yang terjadi. Hal ini juga menunjukkan bahwa perusahaan sekuritas tersebut memang dipercaya nasabah.

9. "Punya Nama"

"Punya nama" artinya: kantor sekuritas tersebut sering dipercaya sebagai penjamin emisi efek, atau kantor sekuritas tersebut sering dijadikan rujukan untuk analisis di media masa online ekonomi, seperti Kontan, Bisnis Indonesia.

10. Pertimbangan Tambahan: Punya Prestasi

Anda bisa mempertimbangkan perusahaan yang punya prestasi, seperti peringkat terbaik kantor sekuritas yang mampu menyampaikan ketetapan waktu laporan keuangan, ketepatan disclosure, perusahaan yang punya laba, modal, aset terbanyak. Prestasi kantor sekuritas juga menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memang profitable, sehingga profesional dalam menjalankan bisnisnya. Anda bisa mencari peringkat2 untuk perusahaan terbaik di Majalah Investor, atau investar.idx.co.id atau bisa googling dengan mengetikkan kata kunci tertentu. 

Setiap kantor sekuritas pasti membuka cabang di berbagai kota. Kalau Anda ingin mengetahui alamat kantor sekuritas yang ingin Anda tuju di domisili, jangan tanya saya, karena saya bukan mesin pencari alamat. Silahkan googling, Anda pasti menemukan. Setiap kantor sekuritas juga memiliki website resmi, di mana di web mereka pasti akan dituliskan alamat cabang dan pusat dari kantor sekuritas mereka.