Tuesday, September 13, 2016

Makna dan Fungsi Rasio Earning Per Share (EPS)

Baca juga: Analisis Rasio Keuangan: Rasio Profitabilitas / Rentabilitas.

Rasio Earning per Share (EPS) atau dalam bahasa Indonesia: Rasio Laba per Saham. Laba disini yang dimaksud adalah: Laba bersih. Sedangkan saham yang dimaksud disini adalah: Jumlah saham yang beredar di pasar. Jadi, pengertian EPS:

Pertama, digunakan untuk menunjukkan seberapa besar laba yang dihasilkan per lembar saham beredar. Kedua, menunjukkan laba bersih yang siap dibagikan kepada pemegang saham. Ketiga, Seberapa besar keuntungan yang diperoleh investor berdasarkan per lembar sahamnya. Rumus EPS adalah sebagai berikut:



Anda tidak perlu repot2 menghitung EPS. Cukup Anda ketahui saja caranya, karena pada laporan keuangan sudah disajikan informasi mengenai EPS.

Faktor2 penyebab kenaikan EPS

1. Laba bersih meningkat, jumlah saham beredar tetap. 
2. Laba bersih meningkat, jumlah saham beredar turun / berkurang.
3. Laba bersih meningkat, jumlah saham beredar meningkat, tetapi perusahaan tetap mampu mencetak kenaikan laba bersih yang naik secara signifikan. 

Faktor2 penyebab penurunan EPS

1. Laba bersih turun, jumlah saham beredar tetap
2. Laba bersih turun, jumlah saham beredar naik / bertambah
3. Laba bersih meningkat, jumlah saham beredar meningkat signifikan, sehingga membuat nilai rasio EPS turun. 

Implikasi rasio EPS: jika EPS meningkat berarti keuntungan yang diperoleh investor per lembar saham semakin besar, dan sebaliknya. Karena jika EPS meningkat, berarti perusahaan mampu menghasilkan kenaikan laba bersih, sehingga investor akan memperoleh keuntungan laba per lembar yang semakin besar. 

Lantas mengapa Anda perlu mengetahui rasio EPS? 


EPS perlu Anda ketahui untuk melihat seberapa besar keuntungan yang bisa Anda dapatkan per lembar saham (sesuai definisi diatas). Pertama, hal ini dikarenakan untuk membeli sebuah perusahaan (baca: investasi), Anda perlu membeli laba per saham, bukan membeli laba keseluruhan (membeli perusahaan secara keseluruhan). Anda tidak mungkin membeli perusahaan secara keseluruhan.  

Kedua, perusahaan dengan laba bersih yang lebih besar, belum tentu memiliki laba per lembar saham yang sama. Tidak percaya? Misalnya: Perusahaan A memiliki laba bersih Rp100.000. Perusahaan B memiliki laba bersih sebesar Rp50.000. Tetapi jumlah saham beredar perusahaan A sebesar 10.000 dan perusahaan B sebesar 4.000. 

Maka, laba per saham perusahaan A adalah: 100.000 / 10.000 = Rp10. Sedangkan laba per saham perusahaan B adalah: 50.000 / 4.000 = Rp12,5. Laba perusahaan A memang lebih besar 2x lipat dibandingkan perusahaan B, tetapi laba per saham perusahaan B ternyata lebih besar ketimbang perusahaan A. Hal tersebut dikarenakan jumlah lembar saham beredar pada perusahaan B lebih sedikit dibandingkan perusahaan A. 

Perlu Anda ingat, jumlah lembar saham beredar bisa saja bertambah maupun berkurang. Jumlah saham beredar bertambah apabila perusahaan melakukan aksi korporasi seperti stock split, right issue. Sedangkan jumlah lembar saham beredar berkurang apabila perusahaan melakukan aksi korporasi seperti reverse stcok split. 

EPS memang bisa digunakan untuk membandingkan pertumbuhan laba per saham. Dengan EPS, Anda akan tahu bahwa laba bersih perusahaan yang lebih besar ketimbang perusahaan lainnya, belum tentu perusahaan yang labanya lebih besar pasti lebih menarik. Jadi, dengan EPS Anda bisa melihat apakah laba per saham perusahaan lebih besar atau kecil. 

Itulah mengapa EPS banyak digunakan dalam analisis fundamental. EPS masih ada kekurangannya. Apa kekurangannya? EPS tidak bisa digunakan untuk menentukan wajar tidaknya harga saham perusahaan.

Oleh karena itu, rasio EPS biasanya dikombinasikan dengan Price Earning Ratio (PER) untuk menghitung harga wajar saham. Silahkan baca pos: Harga Wajar Saham: Price Earning Ratio (PER)