Baca pos: Analisis Fundamental: Analisis Rasio Keuangan.
Rasio pasar digunakan untuk menunjukkan sejauh mana investor saham menilai layak tidaknya harga saham perusahaan untuk dibeli. Harga wajar disini yang dimaksud adalah murah tidaknya harga saham perusahaan. Ketika investor menilai bahwa harga saham perusahaan masih wajar (belum terlalu tinggi) dan perusahaan tersebut memiliki potensi pertumbuhan, maka harga saham perusahaan itulah yang memiliki kesempatan untuk bertumbuh dalam jangka panjang. Jadi, dengan adanya rasio pasar, Anda sebagai calon investor bisa memprediksi harga saham dimasa mendatang menggunakan data2 yang pasti, bukan dengan angan2.
Pada bahasan ini saya akan menekankan pada 2 rasio pasar saja, yaitu: Price Book to Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER). PER dan PBV adalah rasio pasar yang paling sering digunakan. Itulah mengapa Anda perlu benar2 memahami kedua rasio tersebut. Dalam prakteknya, PER jauh lebih sering digunakan ketimbang PBV karena PER lebih fokus pada laba bersih, sedangkan PBV lebih fokus pada perhitungan ekuitas. Laba bersih lebih mencerminkan kinerja perusahaan sesungguhnya dibandingkan ekuitas. Itulah mengapa PER lebih sering digunakan ketimbang PBV.
Berikut adalah jenis2 rasio pasar.
1. Price Earning Ratio (PER). Untuk penjelasan dan fungsi PER, silahkan baca disini: Analisis Fundamental Saham: Price Earning Ratio (PER).
2. Price Book Value Ratio (PBV).
PBV fungisnya sama dengan PER: Menghitung harga wajar saham perusahaan. Rumus PBV adalah sebagai berikut.
Book value (nilai buku) adalah nilai ekuitas per saham (equity per share). Cara menghitungnya adalah Ekuitas dibagi jumlah saham beredar. Contoh: PT Bank BRI (BBRI), memiliki nilai ekuitas per saham pada tahun 2012 sebesar Rp2.630 per saham. Harga saham BBRI akhir tahun 2012 adalah sebesar 6.950. Maka nilai PBV adalah: 6.950 / 2.630 = 2.64 kali.
Apakah nilai 2.64 kali ini termasuk murah atau mahal? Untuk menentukan murah atau mahalnya nilai PBV Anda harus membandingkannya dengan sektor industri sejenis. Karena BBRI masuk dalam industri perbankan, maka Anda harus membandingkan dengan sektor perbankan. PBV industri sektor perbankan pada tahun 2012 adalah sebesar 2.37 kali. Karena PBV BBRI lebih tinggi dibandingkan PBV industri, maka dapat dikatakan PBV BBRI termasuk tinggi. Means, harga sahamnya sudah 'mahal'.
Tetapi apakah 'mahal' berarti BBRI nggak layak lagi dibeli karena harga sahamnya ketinggian? Tidak juga. PBV adalah salah satu ukuran rasio pasar, namun disisi lain Anda juga harus mempertimbangkan pertumbuhan dan kinerja BBRI. PBV BBRI diatas rata2 industri pada tahun 2012 dan harga sahamnya adalah Rp6.950. Akan tetapi, sampai tahun 2016 ini, harga sahamnya sudah mencapai Rp12.000!
"Berarti perhitungan rasio pasar nggak akurat donk Bung Heze?" Protes Anda.
Bukan begitu. Menginterpretasikan rasio memang cukup subjektif. Nilai PBV yang lebih tinggi dibandingkan sektor industri tidak serta merta mencerminkan harga saham yang sudah tidak bisa naik lagi. Perhitungan PBV hanyalah adalah salah satu ukuran. Oleh karena itu, Anda harus memiliki penilaian yang subjektif dan akurat jika ingin menentukan apakah harga saham akan bertumbuh dimasa mendatang. Ada baiknya Anda juga membaca PER, karena PER lebih mencerminkan kondisi kinerja perusahaan (menggunakan laba bersih), sehingga menurut saya pribadi, PER lebih akurat ketimbang PBV.
Baca juga: