Anda lebih suka pakai mana? Analisis teknikal klasik atau analisis teknikal modern? Jika belu tahu perbedaannya, silahkan simak perbedaan keduanya dibawah ini.
Analisis teknikal klasik adalah analisis dengan mempelajari POLA/PATTERN dari pergerakan harga saham. Contoh analisis teknikal klasik: mempelajari pola2 candlestick, menentukan garis support dan resisten, menentukan tren harga saham, menentukan pola2 tren (seperti head and shoulder, triple tops, triple bottom, bowl dll).
Analisis teknikal modern adalah analisis teknikal yang mempelajari INDIKATOR untuk menentukan sinyal beli dan sinyal jual. Contoh analisis teknikal modern adalah stochastic oscillator, relative strengh index (RSI), relative volume index (RVI), moving average, MACD.
Analisis teknikal modern tidak mempelajari pola2 candlestick. Analisis teknikal modern melihat sinyal beli dan jual murni berdasarkan grafik. Kalau Anda lihat, seperti RSI, moving average semuanya adalah murni menggunakan analisis grafik.
"Mana yang lebih baik antara keduanya?"
Semua ada kelebihan dan kekurangannya masing2. Analisis teknikal modern lebih mudah dipelajari karena Anda hanya perlu belajar death cross dan golden cross untuk mennetukan sinyal beli dan jual. Itu doank. Akan tetapi, analisis teknikal modern kalah akurat kalau digunakan untuk memprediksi saham dibandingkan dengan analisis teknikal klasik.
Analisis teknikal klasik, karena harus mempelajari pattern, maka penilaiannya akan menjadi sangat subjektif, sehingga jadi agak susah untuk dipelajari. Sebagai contoh, Saya bisa saja bilang candlestick hari ini membentuk bullish harami, tapi Anda bisa saja bilang itu masih belum membentuk bullish harami. Menentukan garis support dan resisten juga tidak ada patokan benar salah, sangat subjektif. Tapi seperti yang saya katakan, analisis teknikal klasik lebih akurat dalam memprediksi harga saham.
Analisis teknikal klasik bisa jadi lebih baik dan akurat untuk memprediksi pergerakan harga saham. Lho kok bisa begitu? Mari kita simak penjelasannya dibawah ini.
Dalam analisis teknikal klasik, harga akan memberikan sinyal ke pattern, sehingga ketika harga saham besok ada indikasi akan jatuh atau rebound, harga saham memberikan konfirmasi. Konfirmasi akan tampak dalam bentuk pattern, seperti doji, grafik head and shoulder dan sebagainya. Karena harga yang memberikan konfirmasi, pattern yang terbentuk sesuai dengan apa yang "diinginkan" oleh harga saham tersebut. Harga saham bilang besok pingin naik, maka pola yang terbentuk adalah bullish. Harga saham bilang pingin turun, maka pola yang terbentuk adalah bearish. Jadi, lebih akurat.
Sedangkan dalam analisis teknikal modern, indikatorlah yang akan memberikan sinyal ke harga saham. Indikator yang mengendalikan harga saham. Indikator membentuk golden cross dan indikator bilang kepada Anda bahwa besok harga akan naik. Nah, kalau ternyata besok ada berita buruk tentang emiten tersebut, terus harga sahamnya anjlok berarti golden crossnya jadi nggak valid donk?
Benar sekali. Saya yang setiap hari memantau pergerakan market dan dulu saya nggak mau belajar analisis teknikal klasik karena alasannya susah. Tapi sekarang saya memprediksi harga saham 80-90% pakai analisis teknikal klasik. Karena kenyataannya, saya memprediksi pakai teknikal modern, grafik yang sudah golden cross, ternyata justru besok harganya turun. Lihat contoh grafik BKSL dibawah ini. Harga saham kelihatan sudah golden cross tapi harganya malah turun lagi
Analisis teknikal modern kesannya mendikte harga saham. Padahal, harga saham tidak bisa didikte. Itu semua adalah murni dari transkasi permintaan dan penawaran di pasar saham.
"Jadi Pak, analisis teknikal modern itu jelek ya?"
Tidak bukan begitu maksud saya. Saya bukan bermaksud untuk menjelekkan analisis teknikal modern. Teknikal modern tetaplah berguna, tapi kalau Anda ingin bisa memprediksi lebih akurat, Anda harus mau belajar analisis teknikal klasik. Sekali lagi, teknikal modern bisa digunakan dan tetap valid, tetapi Anda harus memadukannya dengan analisis teknikal klasik.
Sepengalaman saya, waktu dulu cuma pakai stochastic dan RSI tingkat keakuratan prediksi harga saham memang hanya 40-50% saja. Jadi, sekarang saya lebih suka mengombinasikan keduanya. Jika analisis teknikal klasik memberikan sinyal buy kemudian didukung dengan sinyal beli juga pada teknikal modern, maka saya bisa merekomendasikan buy untuk suatu saham.
Tapi, sekali lagi bukan berarti analisis teknikal klasik bisa memberikan kepastian 100% tingkat keakuratannya. Pergerakan pasar saham sangat fluktuatif. Oleh karena itu, kemungkinan meleset tetap ada. Di pasar modal tidak ada sesuatu yang pasti. Anda tetap harus mempelajari kondisi pasar dalam situasi bullish maupun bearish.
"Mana yang lebih baik antara keduanya?"
Semua ada kelebihan dan kekurangannya masing2. Analisis teknikal modern lebih mudah dipelajari karena Anda hanya perlu belajar death cross dan golden cross untuk mennetukan sinyal beli dan jual. Itu doank. Akan tetapi, analisis teknikal modern kalah akurat kalau digunakan untuk memprediksi saham dibandingkan dengan analisis teknikal klasik.
Analisis teknikal klasik, karena harus mempelajari pattern, maka penilaiannya akan menjadi sangat subjektif, sehingga jadi agak susah untuk dipelajari. Sebagai contoh, Saya bisa saja bilang candlestick hari ini membentuk bullish harami, tapi Anda bisa saja bilang itu masih belum membentuk bullish harami. Menentukan garis support dan resisten juga tidak ada patokan benar salah, sangat subjektif. Tapi seperti yang saya katakan, analisis teknikal klasik lebih akurat dalam memprediksi harga saham.
Analisis teknikal klasik bisa jadi lebih baik dan akurat untuk memprediksi pergerakan harga saham. Lho kok bisa begitu? Mari kita simak penjelasannya dibawah ini.
Dalam analisis teknikal klasik, harga akan memberikan sinyal ke pattern, sehingga ketika harga saham besok ada indikasi akan jatuh atau rebound, harga saham memberikan konfirmasi. Konfirmasi akan tampak dalam bentuk pattern, seperti doji, grafik head and shoulder dan sebagainya. Karena harga yang memberikan konfirmasi, pattern yang terbentuk sesuai dengan apa yang "diinginkan" oleh harga saham tersebut. Harga saham bilang besok pingin naik, maka pola yang terbentuk adalah bullish. Harga saham bilang pingin turun, maka pola yang terbentuk adalah bearish. Jadi, lebih akurat.
Sedangkan dalam analisis teknikal modern, indikatorlah yang akan memberikan sinyal ke harga saham. Indikator yang mengendalikan harga saham. Indikator membentuk golden cross dan indikator bilang kepada Anda bahwa besok harga akan naik. Nah, kalau ternyata besok ada berita buruk tentang emiten tersebut, terus harga sahamnya anjlok berarti golden crossnya jadi nggak valid donk?
Benar sekali. Saya yang setiap hari memantau pergerakan market dan dulu saya nggak mau belajar analisis teknikal klasik karena alasannya susah. Tapi sekarang saya memprediksi harga saham 80-90% pakai analisis teknikal klasik. Karena kenyataannya, saya memprediksi pakai teknikal modern, grafik yang sudah golden cross, ternyata justru besok harganya turun. Lihat contoh grafik BKSL dibawah ini. Harga saham kelihatan sudah golden cross tapi harganya malah turun lagi
Analisis teknikal modern kesannya mendikte harga saham. Padahal, harga saham tidak bisa didikte. Itu semua adalah murni dari transkasi permintaan dan penawaran di pasar saham.
"Jadi Pak, analisis teknikal modern itu jelek ya?"
Tidak bukan begitu maksud saya. Saya bukan bermaksud untuk menjelekkan analisis teknikal modern. Teknikal modern tetaplah berguna, tapi kalau Anda ingin bisa memprediksi lebih akurat, Anda harus mau belajar analisis teknikal klasik. Sekali lagi, teknikal modern bisa digunakan dan tetap valid, tetapi Anda harus memadukannya dengan analisis teknikal klasik.
Sepengalaman saya, waktu dulu cuma pakai stochastic dan RSI tingkat keakuratan prediksi harga saham memang hanya 40-50% saja. Jadi, sekarang saya lebih suka mengombinasikan keduanya. Jika analisis teknikal klasik memberikan sinyal buy kemudian didukung dengan sinyal beli juga pada teknikal modern, maka saya bisa merekomendasikan buy untuk suatu saham.
Tapi, sekali lagi bukan berarti analisis teknikal klasik bisa memberikan kepastian 100% tingkat keakuratannya. Pergerakan pasar saham sangat fluktuatif. Oleh karena itu, kemungkinan meleset tetap ada. Di pasar modal tidak ada sesuatu yang pasti. Anda tetap harus mempelajari kondisi pasar dalam situasi bullish maupun bearish.