Wednesday, March 16, 2016

Mencintai Satu Saham

Jika Anda seorang pedagang saham seperti saya, apalagi jika sudah trading beberapa tahun sampai bertahun-tahun, Anda pasti sering menemui saham yang membuat Anda nyaman. Maksud saya, saham yang membuat Anda nyaman adalah saham yang sudah terbukti berkali-kali memberikan cuan, sehingga Anda selalu men-tradingkan hampir setiap saat. Ketika harga saham tersebut turun mencapai harga support tertentu, Anda tidak ragu untuk membeli, karena Anda yakin harga saham tersebut akan kembali naik ke harga resistennya. 

Saya pun juga pernah merasakan memiliki saham yang saya anggap sebagai saham yang luar biasa, karena sudah berkali-kali profit di saham tersebut. Namun, apakah berarti saham yang Anda anggap nyaman terbukti 100% bisa memberikan profit setiap saat? Jawabannya, belum tentu.

Kalau di pasar modal Anda barangkali pernah mendengar istilah: "Jangan mencintai satu saham." Mengapa? Karena pertama, kalau Anda mencintai satu saham, maka Anda akan terpaku untuk membeli saham itu saja. Padahal, di satu sisi masih banyak saham2 likuid lainnya yang sudah memberikan indikator rebound dan tentunya sangat layak untuk ANda tradingkan. Sehingga, Anda justru melewatkan kesempatan emas untuk memburu saham2 potensial lainnya. Kedua, kalau Anda mencintai satu saham, bahayanya Anda bisa2 mengabaikan analisis teknikal. Saking sukanya di satu saham tersebut, waktu harganya turun ataupun naik Anda tidak bisa mengambil keputusan secara objektif. Waktu harganya turun, harusnya Anda mulai jual, tapi saham Anda di portofolio malah ikut2-an turun. Saya pikir Anda pasti memahami apa maksud kedua pernyataan saya tersebut.

Nah sekarang saya akan menanyakan pada Anda: Andai saja ternyata saham yang Anda sangat sukai ternyata sedang berada dalam tren sideways, apakah Anda akan tetap terus menunggu saham tersebut dan tidak memilih saham2 lainnya?

Saya pribadi pernah terjebak dalam kesalahan trading: Mencintai satu saham. Karena saya sangat percaya pada satu saham dan memang sudah terbukti memberikan profit berkali-kali, maka saya jadi terpaku di satu saham. Suatu saat karena IHSG kurang kondusif, minim sentimen positif, akhirnya saham kesukaan saya juga ikut terpengaruh. Yang awalnya saham tersebut naik-turunnya cukup jelas, mendadak saham saya jadi sideways. Karena saya sudah terlanjur mencintai saham tersebut, saya terus berharap agar harga saham tersebut turun dan saya bisa beli sahamnya. Alih-alih turun, harganya malah sideways terus. 

Ternyata pada saat itu, ada banyak saham yang sudah memberikan indikator rebound dan saya justru tidak menyadarinya, karena saya cuma tertarik menunggu saham kesayangan saya. Saya baru menyadari ketika ada beberapa saham yang terus saja rally, dan ketika saya cek grafiknya, saham2 tersebut sudah memberikan indikator rebound beberapa hari lalu. 

"Wah, sayang sekali, saya luput lihat saham2 ini, mestinya saya entry secepatnya". Pikir saya.

Saya pun pernah saking sukanya pada satu saham, justru akhirnya membuat saya rugi di saham tersebut. Lho, kok bisa begitu? Saat kondisi pasar sedang tidak kondusif, saya bukannya keluar dari market malahan menambah jumlah lot saham tersebut, dengan melakukan averaging down. Namun, karena harganya justru turun, akhirnya saya lakukan cut loss.  

Dari pengalaman saya, bisa ditarik kesimpulan bahwa: mencintai satu saham, sampai2 terpaku pada satu saham yang Anda sayangi, membuat Anda menjadi semakin tidak peka terhadap kondisi pasar. Karena tidak peka terhadap kondisi pasar, kemungkinannya sangat besar Anda melewatkan saham2 yang bagus secara teknikal untuk dibeli. 

Jadi, solusinya bagaimana Bung Heze?

Solusinya, Anda harus mau belajar teknikal di saham2 yang lain. Jangan hanya terpaku pada satu saham yang Anda cintai. Ingatlah, trading saham itu tidak kaku dan memberikan keleluasaan sebebas-bebasnya pada Anda untuk membeli saham apapun. Jadi, saya sarankan supaya Anda juga selalu mencari saham2 yang sudah rebound secara teknikal. 

Tapi kalau Anda jeli membaca pos2 saya di web ini, barangkali Anda menemukan pos: Trader Harus Memiliki Saham Pilihan Part II. Dan juga pos: Menetapkan Saham Pilihan untuk Trading: Di pos tersebut justru menyarankan pada Anda untuk selalu memiliki saham2 pilihan. Saham pilihan maksudnya adalah saham2 yang bisa memberikan return konsisten pada Anda karena Anda sudah memahami pola pergerakaanya. Istilahnya, saham tersebut tidak asing bagi Anda, sehingga disarankan supaya Anda alangkah baiknya selalu memprioritaskan untuk menambah porsi trading di saham2 pilihan ketimbang memilih saham2 yang Anda "tidak kenal".

Tapi tadi Bung Heze menyarankan agar tidak terpaku pada saham2 tertentu saja, kok sekarang menyarankan lebih banyak trading di saham2 tertentu (saham pilihan)? 

Benar, saya selalu menyarankan Anda untuk punya saham pilihan, TETAPI Anda tetap tidak boleh terpaku pada saham2 kesukaan Anda saja. Makna dari pos ini, malah menyarankan pada Anda untuk terus belajar teknikal dengan mencari saham2 lain yang rebound, yang mungkin di luar saham2 pilihan Anda. Karena sewaktu-waktu saham2 pilihan Anda mungkin bergerak sideways, atau kondisi market sedang dipenuhi berita yang kurang baik, yang sangat berpengaruh pada sektor saham2 pilihan Anda. Anda bisa mengalihkan ke saham2 likuid lainnya. Intinya: Jangan mencintai satu saham. Terutama kalau Anda pemula, belajarlah untuk mengenal karakteristik saham sebanyak-banyaknya.

This Is The Oldest Page